Jumlah Siswa Keracunan MBG di Banggai Kepulauan, Sulteng, Bertambah Jadi 294

  • Maskobus
  • Sep 19, 2025

SALAKAN, BANGGAI KEPULAUAN – Insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, telah memasuki babak baru dengan peningkatan jumlah korban yang signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga Kamis, 19 September 2025, pukul 18.00 WITA, sebanyak 294 siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), telah dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program ini sendiri merupakan inisiatif yang digagas oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dengan tujuan meningkatkan status gizi anak-anak sekolah di seluruh Indonesia.

Peningkatan jumlah korban ini menandai eskalasi serius dari kejadian sebelumnya, di mana pada awalnya dilaporkan 230 siswa mengalami gejala serupa. Lonjakan ini memicu kekhawatiran mendalam di kalangan masyarakat, pemerintah daerah, serta aparat penegak hukum.

Kapolres Banggai Kepulauan, AKBP Ronaldus Karurukan, mengonfirmasi peningkatan jumlah korban dan menyatakan bahwa seluruh siswa yang mengalami gejala keracunan telah mendapatkan penanganan medis intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salakan. "Dari data yang kami terima dari RSUD Salakan, jumlah siswa yang terindikasi keracunan telah mencapai 294 orang," ungkap AKBP Ronaldus.

Gejala yang dialami oleh para siswa bervariasi, mulai dari mual, pusing, muntah, hingga beberapa kasus yang lebih parah mengalami kejang-kejang. Gejala-gejala ini muncul setelah para siswa mengonsumsi makan siang yang disediakan melalui program MBG.

Jumlah Siswa Keracunan MBG di Banggai Kepulauan, Sulteng, Bertambah Jadi 294

Menu makan siang yang menjadi penyebab keracunan massal ini terdiri dari ikan tuna saus, tahu goreng, sayur asam jagung, dan buah jeruk. Kombinasi menu ini, yang seharusnya memberikan nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, justru berujung pada malapetaka keracunan.

Menanggapi situasi darurat ini, tim medis dari RSUD Salakan bergerak cepat untuk memberikan perawatan intensif kepada seluruh pasien. Prioritas utama adalah menstabilkan kondisi pasien dan mencegah komplikasi lebih lanjut. "Mereka langsung diberikan perawatan medis yang diperlukan," tegas AKBP Ronaldus.

Di tengah kepanikan dan kekhawatiran, terdapat sedikit kabar baik. Sejumlah siswa yang sebelumnya dirawat intensif menunjukkan perkembangan positif dan kondisi mereka mulai membaik. Bahkan, sebagian dari mereka telah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan di rumah masing-masing. "Sudah banyak juga yang pulang. Totalnya, untuk pasien yang sudah kembali ke rumah ada 243 orang, sementara yang masih dirawat sekitar 51 orang," jelas AKBP Ronaldus.

Meskipun demikian, pihak kepolisian tidak ingin berspekulasi mengenai penyebab pasti keracunan massal ini. Penyelidikan mendalam dan komprehensif sedang dilakukan untuk mengungkap fakta-fakta di balik insiden ini.

Sebagai langkah awal, Polres Banggai Kepulauan telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi kunci, termasuk petugas dari Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas penyediaan dan distribusi makanan MBG. Selain itu, sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan juga telah diamankan untuk dilakukan uji laboratorium guna mengidentifikasi kandungan berbahaya atau zat beracun yang mungkin terdapat di dalamnya.

"Kami mendatangi rumah sakit, kemudian meminta keterangan dari petugas yang ada di rumah sakit maupun orang tua siswa yang mengalami gejala-gejala pusing, mual, dan muntah," ujar AKBP Ronaldus.

Lebih lanjut, AKBP Ronaldus menegaskan komitmennya untuk mengawal kasus ini hingga tuntas, baik dari aspek kesehatan para siswa yang menjadi korban maupun dari aspek hukum untuk mengungkap penyebab pasti keracunan. "Kami akan kawal hingga tuntas, baik terkait kesehatan para siswa maupun penyelidikan penyebab pasti peristiwa ini," tegasnya.

Sebagai bagian dari proses penyelidikan, Polres Banggai Kepulauan juga telah melakukan penyegelan terhadap tempat produksi makanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan MBG. Penyegelan ini bersifat sementara dan bertujuan untuk mengamankan lokasi kejadian serta mencegah potensi hilangnya barang bukti yang dapat menghambat proses penyelidikan.

"Kami menyegel lokasi penyedia makanan tersebut," kata AKBP Ronaldus. Penyegelan ini akan terus dilakukan hingga penyelidikan selesai dan penyebab pasti keracunan dapat diungkapkan secara transparan dan akuntabel.

Insiden keracunan massal ini menjadi pukulan telak bagi program MBG yang digadang-gadang sebagai solusi untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah. Kejadian ini memicu pertanyaan besar mengenai standar keamanan pangan, proses pengawasan, serta kualitas bahan baku yang digunakan dalam program tersebut.

Pemerintah daerah Kabupaten Banggai Kepulauan juga telah mengambil langkah-langkah cepat untuk mengatasi krisis ini. Selain berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan dinas kesehatan, pemerintah daerah juga telah membentuk tim khusus untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG.

Tim evaluasi ini bertugas untuk mengidentifikasi potensi kelemahan dan kekurangan dalam sistem yang ada, serta memberikan rekomendasi perbaikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Evaluasi akan mencakup aspek-aspek berikut:

  1. Standar Keamanan Pangan: Meninjau dan memperketat standar keamanan pangan yang berlaku bagi penyedia makanan MBG. Hal ini meliputi proses produksi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi makanan.

  2. Pengawasan dan Pengendalian Mutu: Meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu terhadap bahan baku yang digunakan dalam pembuatan makanan MBG. Hal ini melibatkan pemeriksaan rutin terhadap kualitas bahan baku, serta memastikan bahwa bahan baku tersebut memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang ditetapkan.

  3. Pelatihan dan Sertifikasi: Memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada petugas SPPG mengenai praktik-praktik higiene dan sanitasi yang baik dalam penanganan makanan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman petugas mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan keamanan makanan.

  4. Pengujian Laboratorium: Melakukan pengujian laboratorium secara berkala terhadap sampel makanan MBG untuk memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari kandungan berbahaya atau zat beracun.

  5. Keterlibatan Masyarakat: Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi program MBG. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan komite pengawas independen yang melibatkan perwakilan dari orang tua siswa, tokoh masyarakat, dan ahli gizi.

Selain langkah-langkah jangka pendek untuk mengatasi krisis keracunan, pemerintah daerah juga berencana untuk melakukan perbaikan jangka panjang terhadap sistem penyediaan makanan bagi anak-anak sekolah. Hal ini meliputi:

  1. Diversifikasi Sumber Makanan: Mengurangi ketergantungan pada satu jenis menu makanan dan melakukan diversifikasi sumber makanan untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang dan bervariasi.

  2. Penggunaan Bahan Baku Lokal: Memprioritaskan penggunaan bahan baku lokal dalam pembuatan makanan MBG untuk mendukung perekonomian daerah dan mengurangi biaya transportasi.

  3. Pemberdayaan UMKM: Melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal dalam penyediaan makanan MBG untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru.

  4. Edukasi Gizi: Meningkatkan edukasi gizi kepada siswa, orang tua, dan masyarakat mengenai pentingnya makanan bergizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.

  5. Kerja Sama dengan Ahli Gizi: Melibatkan ahli gizi dalam perencanaan menu makanan MBG untuk memastikan bahwa makanan tersebut memenuhi kebutuhan gizi anak-anak sekolah.

Insiden keracunan massal ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program MBG. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga standar keamanan pangan, melakukan pengawasan yang ketat, serta memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak aman dan bergizi.

Pemerintah daerah Kabupaten Banggai Kepulauan berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Prioritas utama adalah memastikan kesehatan dan keselamatan anak-anak sekolah, serta memberikan mereka makanan yang bergizi dan aman untuk dikonsumsi.

Masyarakat juga diharapkan dapat berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan program MBG dan melaporkan setiap potensi pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait, diharapkan program MBG dapat berjalan dengan sukses dan memberikan manfaat yang optimal bagi anak-anak sekolah di Kabupaten Banggai Kepulauan.

Penyelidikan mendalam oleh pihak kepolisian masih terus berlangsung. Hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan diharapkan dapat segera mengungkap penyebab pasti keracunan. Sementara itu, pemerintah daerah terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi para siswa yang masih dirawat di rumah sakit.

Kasus keracunan massal ini menjadi perhatian serius di tingkat nasional. Pemerintah pusat telah mengirimkan tim investigasi untuk membantu pemerintah daerah dalam mengungkap penyebab keracunan dan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap pelaksanaan program MBG di seluruh Indonesia.

Semoga kejadian ini menjadi titik balik bagi perbaikan sistem penyediaan makanan bagi anak-anak sekolah di Indonesia. Dengan komitmen dan kerja keras dari semua pihak, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berprestasi.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :