KDM Minta Kapolda Jabar Usut Tuntas Kasus ODGJ Diduga Tewas Dianiaya di Pangandaran

  • Maskobus
  • Sep 14, 2025

Kasus kematian tragis Muhammad Ilham, seorang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), di sebuah yayasan di Pangandaran, Jawa Barat, terus menuai sorotan. Dugaan kuat mengarah pada penganiayaan sebagai penyebab kematian Ilham, memicu keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM). KDM secara aktif telah berkoordinasi dengan Kapolda Jawa Barat, Irjen. Pol. Akhmad Wiyagus, untuk memastikan kasus ini diusut tuntas dan para pelaku bertanggung jawab atas perbuatan keji mereka.

"Saya sudah berkomunikasi melalui pesan singkat dengan Bapak Kapolda Jabar, dan saya berharap kasus ini dapat segera ditangani dengan cepat dan transparan," ujar Dedi Mulyadi usai menghadiri sebuah acara di Karawang, menunjukkan keseriusannya dalam mengawal kasus ini. KDM menekankan pentingnya pengungkapan kebenaran di balik kematian Ilham, mengingat kasus ini telah menjadi perhatian publik luas, terutama setelah viral di media sosial.

Dedi Mulyadi, yang dikenal dekat dengan masyarakat dan memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial, menyayangkan terjadinya insiden ini. Ia mendesak pihak kepolisian untuk tidak hanya mengungkap pelaku penganiayaan, tetapi juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap operasional yayasan-yayasan yang menangani ODGJ di seluruh Jawa Barat. Hal ini penting untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali di masa mendatang.

"Kita harus memastikan bahwa tempat-tempat rehabilitasi ODGJ benar-benar memberikan pelayanan yang manusiawi dan profesional. Jangan sampai ada lagi kasus kekerasan atau penelantaran yang menimpa saudara-saudara kita yang sedang berjuang dengan masalah kejiwaan," tegas KDM.

KDM Minta Kapolda Jabar Usut Tuntas Kasus ODGJ Diduga Tewas Dianiaya di Pangandaran

Kasus ini bermula ketika Muhammad Ilham, seorang ODGJ, dimasukkan ke sebuah yayasan di Pangandaran pada bulan Mei 2025 dengan harapan mendapatkan perawatan yang layak dan membantu proses penyembuhannya. Keluarga Ilham memilih yayasan tersebut berdasarkan informasi yang mereka peroleh mengenai reputasi yayasan dalam menangani pasien dengan gangguan jiwa.

Namun, harapan keluarga berubah menjadi duka mendalam ketika pada tanggal 21 Agustus 2025, pihak yayasan menghubungi mereka dan meminta izin untuk membawa Ilham ke rumah sakit. Keesokan harinya, keluarga menerima kabar buruk bahwa Ilham telah meninggal dunia dan diminta untuk segera mengambil jenazahnya.

Kecurigaan muncul ketika keluarga melihat kondisi jenazah Ilham. Selain terdapat darah di bagian kepala, terdapat juga luka-luka lebam di sekitar mata, punggung, telinga, serta luka terbuka di bagian kaki. Temuan ini membuat keluarga Ilham tidak percaya bahwa kematiannya disebabkan oleh penyebab alami.

"Di kedua matanya lebam, bahkan mata yang sebelah seperti sudah agak pecah. Ini berdasarkan keterangan dari orang yang memandikan jenazah dan juga dari foto dokumentasi yang kami miliki sebagai bukti," ungkap Nur Fazri Khoeriah, sepupu Ilham, dengan nada sedih dan geram.

Melihat kondisi jenazah yang mencurigakan, keluarga Ilham memutuskan untuk membawa jenazah ke Rumah Sakit Sartika Asih Bandung untuk dilakukan autopsi. Langkah ini diambil untuk mengetahui penyebab pasti kematian Ilham dan memastikan apakah ada unsur kekerasan yang terlibat.

Namun, hingga saat ini, keluarga Ilham belum menerima hasil autopsi dari pihak rumah sakit. Ketidakpastian ini menambah beban psikologis bagi keluarga yang terus berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi Ilham.

Sementara itu, Kasi Humas Polres Pangandaran, Iptu Yusdiana, menyatakan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan. Pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dan mengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap fakta di balik kematian Ilham.

"Kami masih melakukan penyelidikan secara intensif. Beberapa hal terkait penyelidikan akan kami sampaikan di lapangan," ujar Iptu Yusdiana saat dikonfirmasi oleh awak media.

Namun, upaya untuk menghubungi pihak yayasan tempat Ilham dirawat mengalami kendala. Nomor telepon yang tertera tidak aktif, sehingga sulit untuk mendapatkan keterangan dari pihak yayasan terkait kasus ini.

Kasus kematian Muhammad Ilham ini menjadi sorotan tajam bagi sistem perawatan ODGJ di Indonesia. Banyak pihak menuntut adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap yayasan-yayasan atau lembaga yang menangani ODGJ. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan, penelantaran, atau perlakuan tidak manusiawi lainnya terhadap para pasien.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga turut memberikan perhatian terhadap kasus ini. Komnas HAM menyatakan akan melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap kasus kematian Ilham untuk memastikan hak-haknya sebagai seorang ODGJ terpenuhi.

"Kami akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan instansi terkait untuk memastikan kasus ini diusut tuntas dan para pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya. Kami juga akan melakukan kajian terhadap sistem perawatan ODGJ di Indonesia untuk memberikan rekomendasi perbaikan kepada pemerintah," ujar salah seorang komisioner Komnas HAM.

Selain itu, berbagai organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang kesehatan jiwa juga menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan anggaran dan sumber daya manusia yang berkualitas dalam penanganan ODGJ. Mereka juga menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai isu kesehatan jiwa untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODGJ.

Kasus kematian Muhammad Ilham ini menjadi momentum penting untuk melakukan refleksi dan perbaikan terhadap sistem perawatan ODGJ di Indonesia. Semua pihak, baik pemerintah, aparat penegak hukum, lembaga swadaya masyarakat, keluarga, maupun masyarakat umum, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan suportif bagi ODGJ.

KDM, sebagai tokoh publik yang memiliki pengaruh besar di Jawa Barat, terus mengawal kasus ini dan memberikan dukungan moral kepada keluarga Ilham. Ia berharap agar kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak dan tidak ada lagi kejadian serupa di masa mendatang.

"Saya akan terus memantau perkembangan kasus ini dan memastikan bahwa keadilan ditegakkan bagi Ilham dan keluarganya. Saya juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi ODGJ," pungkas KDM.

Keluarga Ilham sendiri berharap agar kasus ini dapat segera terungkap dan para pelaku penganiayaan dapat dihukum seberat-beratnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Mereka juga berharap agar kasus ini dapat menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih peduli dan menghormati hak-hak ODGJ.

"Kami hanya ingin keadilan bagi Ilham. Kami ingin para pelaku bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Kami juga berharap agar tidak ada lagi keluarga lain yang mengalami kejadian serupa," ujar salah seorang anggota keluarga Ilham dengan nada penuh harap.

Kasus kematian Muhammad Ilham ini menjadi simbol perjuangan untuk menegakkan hak-hak ODGJ di Indonesia. Keadilan harus ditegakkan, dan sistem perawatan ODGJ harus diperbaiki agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Semua pihak harus bersatu padu untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan ramah bagi ODGJ, sehingga mereka dapat hidup dengan layak dan bermartabat.

Penting untuk diingat bahwa ODGJ adalah bagian dari masyarakat kita. Mereka memiliki hak yang sama dengan kita untuk hidup, mendapatkan perawatan yang layak, dan diperlakukan dengan hormat. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-hak mereka dan menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan mereka.

Semoga kasus kematian Muhammad Ilham ini menjadi titik balik bagi perbaikan sistem perawatan ODGJ di Indonesia. Semoga keadilan dapat ditegakkan, dan semoga tidak ada lagi ODGJ yang menjadi korban kekerasan atau penelantaran. Mari kita bersama-sama wujudkan Indonesia yang inklusif dan ramah bagi semua warganya, termasuk ODGJ.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :