Kebiasaan Minum Soju Disebut Bikin Angka Kanker Usus Besar di Korsel Naik

  • Maskobus
  • Aug 25, 2025

Jakarta – Konsumsi soju, minuman beralkohol populer di Korea Selatan, semakin disorot sebagai faktor risiko yang berkontribusi pada tingginya angka kanker usus besar di negara tersebut. Sebuah studi komprehensif mengindikasikan adanya korelasi kuat antara kebiasaan minum soju dan peningkatan risiko kanker kolorektal, penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat di Korea Selatan. Penelitian ini menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah sedang, terhadap kesehatan jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Kang Dae-hee dari Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Seoul dan Prof. Shin Sang-ah dari Departemen Pangan dan Gizi Universitas Chung-Ang menyoroti bahwa pola makan yang kurang sehat secara umum meningkatkan risiko kanker kolorektal di Asia, termasuk Korea Selatan. Namun, alkohol, khususnya soju, muncul sebagai faktor risiko yang signifikan.

Korea Selatan telah menjadi salah satu negara dengan tingkat kejadian kanker usus besar tertinggi di dunia. Para peneliti menghubungkan fenomena ini dengan pergeseran pola makan di Asia menuju gaya hidup ala Barat, yang ditandai dengan konsumsi tinggi lemak, kalori, dan daging olahan. Perubahan pola makan ini, dikombinasikan dengan kebiasaan minum alkohol yang meluas, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kanker usus besar.

Studi tersebut mengidentifikasi alkohol sebagai faktor risiko utama. Konsumsi lebih dari 30 gram alkohol per hari, yang setara dengan dua kaleng bir (750 ml) atau 2-3 gelas anggur, secara signifikan meningkatkan risiko kanker usus besar. Yang lebih mengkhawatirkan, jumlah ini setara dengan hanya setengah botol soju, minuman yang secara luas dikonsumsi oleh warga Korea Selatan. Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan konsumsi soju dalam jumlah sedang pun dapat meningkatkan risiko kanker usus besar sebesar 64 persen. Risiko ini konsisten baik pada kanker usus besar maupun kanker rektal.

Prof. Kang menekankan pentingnya intervensi gaya hidup untuk mengurangi risiko kanker kolorektal. "Analisis ini menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi alkohol dan daging olahan dapat menjadi strategi kunci untuk mencegah kanker kolorektal," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya kampanye kesehatan masyarakat yang menargetkan kebiasaan minum dan pola makan untuk mengurangi beban kanker usus besar di Korea Selatan.

Kebiasaan Minum Soju Disebut Bikin Angka Kanker Usus Besar di Korsel Naik

Studi lain, yang dipimpin oleh Profesor Heo Jin-hee dari Universitas Sungkyunkwan, memberikan wawasan lebih lanjut tentang dampak konsumsi alkohol terhadap kanker kolorektal. Penelitian komprehensif ini, yang dilakukan bekerja sama dengan Universitas Harvard, menganalisis pengaruh pola minum, jenis alkohol, periode latensi, dan pantangan terhadap kejadian kanker kolorektal.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute pada 17 Desember 2024, melacak waktu hingga diagnosis kanker kolorektal di antara 137.710 peserta dari American Nurses’ Health Study dan Health Professionals Follow-up Study. Selama periode 30 tahun, terdapat total 3.599 kasus kanker kolorektal yang terdiagnosis. Para peneliti menganalisis kebiasaan konsumsi alkohol para peserta, dengan fokus khusus pada konsumsi soju.

Temuan studi ini mengungkapkan bahwa bahkan konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit pun dapat berdampak pada kanker kolorektal, terutama di kalangan pria. Mereka yang mengonsumsi satu gelas (5-14,9 gram) atau dua gelas (15-29,9 gram) alkohol sehari memiliki risiko kanker kolorektal yang jauh lebih tinggi. Temuan ini menantang gagasan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedang aman dan menyoroti perlunya pendekatan yang lebih hati-hati terhadap konsumsi alkohol.

Prof. Heo menekankan pentingnya temuan ini. "Sudah diketahui bahwa konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor risiko utama kanker kolorektal. Tetapi studi ini penting dalam membuktikan secara ilmiah bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit pun mungkin tidak aman," jelasnya. Pernyataan ini menekankan perlunya perubahan dalam pedoman kesehatan masyarakat dan saran mengenai konsumsi alkohol.

Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa rentang waktu antara konsumsi alkohol dan munculnya kanker kolorektal adalah sekitar 8-12 tahun. Ini berarti bahwa orang yang sebelumnya minum alkohol tidak mengalami penurunan risiko kanker kolorektal yang signifikan, bahkan 10 tahun setelah berhenti minum alkohol. Temuan ini menggarisbawahi efek jangka panjang dari konsumsi alkohol pada kesehatan dan menunjukkan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh alkohol mungkin ireversibel dalam beberapa kasus.

Prof. Heo menyimpulkan dengan penegasan yang kuat tentang risiko konsumsi alkohol. "Kami dengan jelas menegaskan bahwa risiko konsumsi alkohol terhadap kesehatan jangka panjang sangat signifikan," tegasnya. Pernyataan ini merupakan seruan untuk bertindak bagi individu dan pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah konsumsi alkohol dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Implikasi dari penelitian ini sangat luas. Mereka menunjukkan bahwa konsumsi soju, minuman yang banyak dikonsumsi di Korea Selatan, berkontribusi secara signifikan terhadap tingginya angka kanker usus besar di negara tersebut. Temuan ini menyerukan perubahan dalam pedoman kesehatan masyarakat, kampanye kesadaran, dan intervensi gaya hidup untuk mengurangi konsumsi alkohol dan mempromosikan pola makan yang lebih sehat.

Pemerintah dan organisasi kesehatan masyarakat perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini. Hal ini dapat mencakup pelaksanaan kampanye kesadaran yang mendidik masyarakat tentang risiko konsumsi alkohol, promosi pola makan yang lebih sehat yang kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dan penerapan kebijakan yang membatasi aksesibilitas dan keterjangkauan alkohol.

Selain itu, individu perlu bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Ini termasuk membuat keputusan yang tepat tentang konsumsi alkohol, mengadopsi pola makan yang sehat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi kanker usus besar pada tahap awal.

Singkatnya, penelitian yang dilakukan oleh Prof. Kang Dae-hee dan Prof. Shin Sang-ah, serta studi yang dipimpin oleh Profesor Heo Jin-hee, memberikan bukti kuat tentang hubungan antara konsumsi soju dan peningkatan risiko kanker usus besar di Korea Selatan. Temuan ini menyoroti perlunya pendekatan komprehensif untuk mengatasi masalah ini, yang melibatkan intervensi kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup individu, dan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi alkohol dan mempromosikan pola makan yang lebih sehat. Hanya melalui upaya gabungan, Korea Selatan dapat mengurangi beban kanker usus besar dan meningkatkan kesehatan warganya.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :