Kabar duka menyelimuti dunia hiburan tanah air dengan meninggalnya komedian Mpok Alpa akibat kanker payudara. Penyakit ini kembali menjadi sorotan, mengingatkan kita akan bahayanya kanker payudara sebagai salah satu kanker yang paling mematikan bagi perempuan di seluruh dunia. Selain Mpok Alpa, komedian senior Nunung Srimulat juga diketahui tengah berjuang melawan penyakit yang sama, menambah daftar panjang wanita Indonesia yang harus menghadapi tantangan berat ini. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, khususnya kaum wanita, untuk meningkatkan kesadaran akan kanker payudara, mengenali gejalanya sejak dini, dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Kanker payudara adalah kondisi di mana sel-sel ganas berkembang secara tidak terkendali di dalam jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri dari lobulus (kelenjar penghasil susu), duktus (saluran susu), dan jaringan lemak. Kanker payudara umumnya dimulai di duktus atau lobulus, namun dapat juga menyebar ke bagian lain dari payudara. Jika tidak terdeteksi dan diobati sejak dini, sel-sel kanker dapat menyebar ke luar payudara melalui kelenjar getah bening atau aliran darah, menyebabkan kanker metastasis ke organ-organ lain seperti tulang, paru-paru, hati, dan otak.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan bahwa kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di Indonesia. Setiap tahunnya, ribuan wanita didiagnosis menderita kanker payudara, dan angka kematian akibat penyakit ini juga cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan kanker payudara masih perlu ditingkatkan, terutama mengenai pentingnya deteksi dini dan pencegahan.
Gejala Kanker Payudara yang Perlu Diwaspadai
Mengenali gejala kanker payudara sejak dini adalah kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Berikut adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai dan segera diperiksakan ke dokter:
-
Benjolan di Payudara atau Ketiak: Benjolan adalah gejala yang paling umum dari kanker payudara. Benjolan tersebut biasanya keras, tidak nyeri, dan memiliki bentuk yang tidak beraturan. Namun, tidak semua benjolan di payudara adalah kanker. Benjolan juga bisa disebabkan oleh kondisi lain seperti kista atau fibroadenoma. Oleh karena itu, penting untuk memeriksakan setiap benjolan yang ditemukan di payudara ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Benjolan di ketiak juga perlu diwaspadai karena bisa menjadi tanda penyebaran kanker ke kelenjar getah bening.
-
Perubahan Ukuran atau Bentuk Payudara: Perubahan ukuran atau bentuk payudara yang tidak biasa juga bisa menjadi tanda kanker payudara. Misalnya, salah satu payudara menjadi lebih besar atau lebih kecil dari yang lain, atau bentuk payudara menjadi tidak simetris. Perubahan ini bisa terjadi secara perlahan atau tiba-tiba.
-
Perubahan pada Kulit Payudara: Kulit payudara yang mengalami perubahan seperti kemerahan, penebalan, atau munculnya lesung (dimpling) juga perlu diwaspadai. Lesung pada kulit payudara terjadi karena adanya tarikan dari sel-sel kanker di bawah kulit. Selain itu, kulit payudara juga bisa terasa gatal atau bersisik.
-
Perubahan pada Puting: Perubahan pada puting seperti puting tertarik ke dalam (inverted nipple), keluar cairan dari puting (nipple discharge) yang tidak normal (misalnya berwarna darah atau bening), atau puting terasa sakit juga bisa menjadi tanda kanker payudara. Cairan yang keluar dari puting biasanya tidak terkait dengan menyusui.
-
Nyeri di Payudara: Nyeri di payudara (mastalgia) jarang menjadi gejala kanker payudara. Namun, jika nyeri terasa terus-menerus dan tidak hilang setelah siklus menstruasi selesai, sebaiknya diperiksakan ke dokter.
-
Pembengkakan Lengan: Pembengkakan pada lengan bisa menjadi tanda penyebaran kanker payudara ke kelenjar getah bening di ketiak.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Meskipun penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain:
- Usia: Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian besar kasus kanker payudara terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun.
- Riwayat Keluarga: Wanita yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara, terutama ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini.
- Mutasi Genetik: Beberapa gen seperti BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang memiliki mutasi genetik ini memiliki risiko yang sangat tinggi terkena kanker payudara dan kanker ovarium.
- Riwayat Penyakit Payudara: Wanita yang pernah memiliki riwayat penyakit payudara seperti hiperplasia atipikal atau karsinoma lobular in situ (LCIS) memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
- Menstruasi Dini dan Menopause Terlambat: Wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara karena terpapar hormon estrogen lebih lama.
- Tidak Pernah Hamil atau Melahirkan Anak Pertama Setelah Usia 30 Tahun: Wanita yang tidak pernah hamil atau melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
- Terapi Hormon: Penggunaan terapi hormon pengganti (HRT) setelah menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
- Obesitas: Wanita yang mengalami obesitas setelah menopause memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
- Konsumsi Alkohol: Konsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
- Paparan Radiasi: Paparan radiasi pada dada, misalnya akibat radioterapi untuk pengobatan kanker lain, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Pencegahan Kanker Payudara
Meskipun tidak semua faktor risiko kanker payudara dapat dihindari, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit ini:
- Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI): Lakukan SADARI secara rutin setiap bulan, biasanya seminggu setelah menstruasi selesai. SADARI membantu Anda mengenali kondisi normal payudara Anda sehingga Anda dapat lebih mudah mendeteksi adanya perubahan yang mencurigakan.
- Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS): Lakukan SADANIS oleh dokter atau tenaga medis terlatih setiap 1-3 tahun, terutama jika Anda memiliki faktor risiko kanker payudara.
- Mammografi: Mammografi adalah pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi kanker payudara pada tahap awal, bahkan sebelum benjolan dapat diraba. Wanita berusia 40 tahun ke atas disarankan untuk melakukan mammografi secara rutin setiap 1-2 tahun.
- Gaya Hidup Sehat: Terapkan gaya hidup sehat dengan menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
- Menyusui: Menyusui dapat menurunkan risiko kanker payudara.
- Konsultasi Genetik: Jika Anda memiliki riwayat keluarga kanker payudara yang kuat, pertimbangkan untuk melakukan konsultasi genetik untuk mengetahui apakah Anda memiliki mutasi genetik yang meningkatkan risiko kanker payudara.
Deteksi Dini Kanker Payudara: Kunci Kesembuhan
Deteksi dini adalah kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan kanker payudara. Semakin dini kanker terdeteksi, semakin besar kemungkinan untuk diobati dengan sukses. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda menemukan gejala yang mencurigakan pada payudara Anda.
Kanker payudara adalah penyakit yang serius, tetapi dengan kesadaran, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat, banyak wanita dapat sembuh dan melanjutkan hidup mereka. Mari kita tingkatkan kesadaran akan kanker payudara, saling mendukung, dan bersama-sama melawan penyakit ini. Semoga Mpok Alpa dan Nunung diberikan kekuatan dan kesembuhan.