Kenapa Satelit Nusantara Lima Meluncur Malam Hari di Cape Canaveral

  • Maskobus
  • Sep 10, 2025

Satelit Nusantara Lima (SNL), milik PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), mengalami penundaan peluncuran sebanyak dua kali akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Semula dijadwalkan meluncur pada 8 September 2025, kini peluncuran diundur menjadi 10 September 2025. Meskipun demikian, SNL tetap akan diluncurkan pada malam hari, tepatnya pukul 20.00 waktu Orlando. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa SNL diluncurkan pada malam hari, berbeda dengan peluncuran Satelit Satria-1 pada tahun 2023 yang dilakukan pada siang hari? Padahal, kondisi cuaca pada pagi dan siang hari di Orlando cenderung lebih bersahabat. CEO PSN, Adi Rahman Adiwoso, memberikan penjelasan terkait alasan pemilihan waktu peluncuran ini.

Adi Rahman Adiwoso menjelaskan bahwa pemilihan waktu peluncuran malam hari bertujuan untuk mengoptimalkan posisi orbit satelit, khususnya terkait dengan titik Apogee dan Perigee. "Jadi begini, Bumi itu berputar, dan kita ingin Apogee-nya sudah berada di sekitar plus-minus 113 derajat bujur timur, dengan toleransi 10 derajat," ujarnya saat ditemui di The Gantry at LC-39, Kennedy Space Center. Penjelasan ini mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya Apogee dan Perigee dalam penentuan efisiensi operasional satelit.

Untuk memahami alasan di balik pemilihan waktu peluncuran malam hari, penting untuk memahami konsep Apogee dan Perigee. Adi menjelaskan bahwa orbit satelit berbentuk elips, menyerupai bentuk telur. Dalam orbit elips ini, terdapat dua titik krusial: Apogee, yaitu titik terjauh satelit dari Bumi, dan Perigee, titik terdekat satelit dari Bumi. Untuk SNL, Perigee ditargetkan berada pada ketinggian sekitar 250 kilometer. Ketinggian Perigee ini memiliki implikasi langsung terhadap konsumsi bahan bakar satelit.

"Kalau Perigee-nya terlalu tinggi, misalnya di 500 kilometer seperti Satria-1, itu kurang efisien karena membakar lebih banyak bahan bakar," tambah Adi. Penjelasan ini menyoroti pentingnya penentuan ketinggian Perigee yang tepat untuk menghemat bahan bakar dan memperpanjang masa operasional satelit. Semakin rendah Perigee, semakin sedikit bahan bakar yang dibutuhkan untuk mempertahankan orbit satelit.

Sementara itu, Apogee SNL dirancang berada pada ketinggian supersinkronus, yaitu sekitar 100 ribu kilometer, bukan 36 ribu kilometer seperti orbit geostasioner standar. Orbit geostasioner adalah orbit yang memungkinkan satelit tetap berada di atas titik yang sama di permukaan Bumi. Namun, untuk SNL, dipilih ketinggian Apogee yang lebih tinggi.

Kenapa Satelit Nusantara Lima Meluncur Malam Hari di Cape Canaveral

"Apogee yang tinggi ini memungkinkan satelit didorong ke orbit bundar yang lebih efisien, sehingga menghemat bahan bakar," jelasnya. Dengan kata lain, Apogee yang lebih tinggi memungkinkan satelit untuk mencapai orbit yang lebih stabil dan efisien dalam jangka panjang, yang pada akhirnya akan mengurangi kebutuhan bahan bakar untuk koreksi orbit.

Pemilihan waktu malam hari di Florida, khususnya antara pukul 18.00 hingga 22.00 waktu setempat, bertujuan agar Apogee satelit sudah berada di posisi ideal sekitar 113 derajat bujur timur, yang merupakan lokasi orbit optimal untuk melayani Indonesia dan Asia Tenggara. Posisi 113 derajat bujur timur adalah lokasi strategis yang memungkinkan SNL untuk memberikan cakupan sinyal yang optimal bagi wilayah Indonesia dan sekitarnya.

"Kalau kita luncurkan siang hari, Apogee-nya bisa-bisa berada di atas Afrika atau wilayah lain, sehingga satelit harus melakukan koreksi orbit yang memakan lebih banyak bahan bakar," ungkap Adi. Penjelasan ini menggarisbawahi pentingnya perhitungan yang cermat dalam menentukan waktu peluncuran untuk memastikan satelit mencapai posisi orbit yang diinginkan tanpa perlu melakukan koreksi orbit yang signifikan.

Bahan bakar satelit, atau fuel, merupakan faktor kunci yang menentukan masa pakai (lifetime) satelit. Jumlah bahan bakar yang tersedia akan menentukan berapa lama satelit dapat beroperasi dan memberikan layanan. Jika terlalu banyak bahan bakar digunakan untuk koreksi orbit, masa operasional satelit bisa berkurang secara signifikan.

"Ini soal efisiensi. Peluncuran malam hari memastikan satelit langsung menuju jalur yang tepat, sehingga lebih hemat bahan bakar," tambahnya. Dengan kata lain, pemilihan waktu peluncuran yang tepat adalah investasi dalam masa depan satelit, memastikan bahwa satelit dapat beroperasi selama mungkin dan memberikan manfaat maksimal.

Adi juga menyebutkan bahwa waktu peluncuran bergantung pada lokasi peluncuran. Setiap lokasi peluncuran memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi lintasan dan orbit satelit. Sebagai perbandingan, peluncuran satelit PSN sebelumnya menggunakan roket Proton di Kazakhstan dilakukan pada siang hari.

"Di Kazakhstan, siang hari bisa optimal karena posisi orbit yang dituju berbeda. Tapi untuk Florida, malam hari adalah waktu terbaik untuk mencapai Apogee di 113 derajat bujur timur," jelas Adi. Penjelasan ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun waktu peluncuran yang ideal untuk semua satelit. Waktu peluncuran yang optimal bergantung pada berbagai faktor, termasuk lokasi peluncuran, orbit yang dituju, dan karakteristik satelit itu sendiri.

Adi juga menyinggung tantangan orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit/LEO) di ketinggian 400 kilometer, yang saat ini dipadati satelit-satelit kecil. Orbit LEO menjadi semakin ramai dengan peluncuran konstelasi satelit kecil untuk berbagai keperluan, seperti komunikasi dan pengamatan Bumi. Kepadatan ini meningkatkan risiko tabrakan antar satelit.

"Kita sengaja menempatkan Perigee di 250 kilometer untuk menghindari tabrakan dengan satelit LEO. Kalau terlalu tinggi, seperti 500 kilometer pada Satria-1, itu kurang efisien karena membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk mencapai orbit geostasioner," ungkapnya. Dengan menempatkan Perigee pada ketinggian yang lebih rendah, PSN berusaha untuk mengurangi risiko tabrakan dengan satelit LEO dan memastikan keselamatan operasional SNL.

Keputusan untuk meluncurkan Satelit Nusantara Lima pada malam hari di Cape Canaveral adalah hasil dari pertimbangan matang dan perhitungan yang cermat. Pemilihan waktu peluncuran ini didasarkan pada tujuan untuk mengoptimalkan posisi orbit satelit, menghemat bahan bakar, dan menghindari risiko tabrakan dengan satelit lain. Dengan demikian, diharapkan SNL dapat beroperasi secara efisien dan memberikan layanan yang optimal bagi Indonesia dan Asia Tenggara selama masa operasionalnya.

Lebih lanjut, pemilihan waktu peluncuran malam hari juga mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi atmosfer dan visibilitas. Kondisi atmosfer pada malam hari cenderung lebih stabil, yang dapat meningkatkan akurasi peluncuran dan mengurangi risiko gangguan. Selain itu, visibilitas yang baik pada malam hari memungkinkan para ahli untuk memantau jalannya peluncuran dengan lebih seksama.

Dengan menggabungkan semua faktor ini, PSN yakin bahwa peluncuran SNL pada malam hari adalah pilihan yang paling tepat untuk mencapai tujuan operasional satelit. Peluncuran ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan konektivitas dan layanan komunikasi di Indonesia dan Asia Tenggara. Satelit Nusantara Lima diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.

Sebagai penutup, penting untuk dicatat bahwa peluncuran satelit adalah proses yang kompleks dan melibatkan banyak faktor yang saling terkait. Pemilihan waktu peluncuran hanyalah salah satu dari banyak keputusan penting yang harus diambil untuk memastikan keberhasilan misi satelit. Dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang cermat, diharapkan Satelit Nusantara Lima dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :