Kerala Man Loses Rs 3.72 Crore in ‘Virtual Arrest’ Cyber Scam in Kollam

  • Maskobus
  • Sep 13, 2025

Seorang pria berusia 79 tahun dari Kollam, Kerala, menjadi korban penipuan siber "penangkapan virtual" yang merugikannya sebesar Rs 3.72 crore (sekitar Rp 7,1 miliar). Penipu siber yang menyamar sebagai polisi berhasil memperdaya korban untuk mentransfer sejumlah besar dana ke rekening mereka. Kepolisian Siber Kollam telah mendaftarkan kasus ini dan sedang berupaya membekukan rekening-rekening yang terlibat dalam aksi penipuan tersebut.

Kejadian ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan kecanggihan dan kelicikan penjahat siber yang terus mencari cara baru untuk mengeksploitasi orang-orang yang rentan. Modus operandi "penangkapan virtual" melibatkan pelaku yang menyamar sebagai petugas penegak hukum, menakut-nakuti korban dengan tuduhan palsu, dan memanipulasi mereka untuk menyerahkan uang.

Kasus di Kollam ini menyoroti beberapa aspek penting dari penipuan siber yang perlu dipahami oleh masyarakat luas. Pertama, penipu menggunakan taktik intimidasi dan tekanan psikologis yang kuat untuk membuat korban panik dan kehilangan akal sehat. Kedua, mereka memanfaatkan teknologi seperti panggilan video WhatsApp untuk menciptakan ilusi kredibilitas dan otoritas. Ketiga, mereka memanfaatkan ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman korban tentang prosedur hukum dan sistem perbankan.

Kronologi Penipuan:

Menurut laporan polisi, korban menerima panggilan WhatsApp pada tanggal 7 Juli dari seseorang yang memperkenalkan diri sebagai petugas dari BSNL (Bharat Sanchar Nigam Limited), sebuah perusahaan telekomunikasi milik negara di India. Penelepon tersebut mengklaim bahwa nomor telepon korban sedang dalam pengawasan Polisi Siber Mumbai karena diduga terlibat dalam kegiatan ilegal.

Kerala Man Loses Rs 3.72 Crore in ‘Virtual Arrest’ Cyber Scam in Kollam

Korban kemudian menerima panggilan video WhatsApp dari orang lain yang mengenakan seragam polisi dan memperkenalkan diri sebagai petugas Polisi Siber Mumbai. Penipu ini menuduh bahwa rekening bank telah dibuka secara curang menggunakan rincian Aadhaar (kartu identitas unik India) milik korban dan disalahgunakan untuk kegiatan kriminal.

Penipu bahkan menunjukkan kepada korban surat perintah penangkapan palsu dan mengklaim bahwa dia berada di bawah "penangkapan virtual." Korban kemudian diminta untuk hadir di hadapan pengadilan virtual melalui panggilan video. Pengadilan virtual (palsu) memberikan jaminan kepada korban dengan syarat dia tetap berada di bawah pengawasan terus-menerus petugas investigasi dengan menjaga panggilan WhatsApp tetap aktif.

Korban semakin ketakutan ketika penipu mengancam bahwa kegagalan untuk mematuhi akan mengakibatkan pembekuan rekening bank dan penyitaan propertinya. Dalam upaya untuk meyakinkan korban lebih lanjut, penipu meyakinkannya bahwa dia akan dibebaskan jika dia memverifikasi rekening banknya. Sebagai bagian dari "verifikasi," dia diminta untuk mentransfer dana dari rekeningnya dan rekening istrinya ke rekening bank yang diberikan oleh para pelaku.

Transfer Dana dan Kesadaran akan Penipuan:

Karena percaya pada klaim penipu, korban melakukan 17 transaksi transfer dana antara 23 Juli dan 29 Agustus, dengan total Rs 3.72 crore. Dia baru menyadari bahwa dia telah ditipu setelah uang itu tidak dikembalikan seperti yang dijanjikan.

Tindakan Polisi:

Kepolisian Siber Kollam telah mendaftarkan kasus ini berdasarkan bagian 318(2), 318(4), 3(5) dari Bharatiya Nyaya Sanhita (undang-undang pidana India) dan Bagian 66D dari Undang-Undang Teknologi Informasi. Polisi telah melacak rekening bank yang digunakan untuk menerima dana hasil penipuan dan sedang berupaya membekukannya. Investigasi lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan menangkap para pelaku.

Peningkatan Kasus Penipuan Siber di India:

Kasus yang dialami pria dari Kerala ini hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus penipuan siber yang terjadi di India. Data menunjukkan bahwa kejahatan siber, termasuk penipuan online, mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan penggunaan internet, penetrasi smartphone yang meluas, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang keamanan siber menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap tren ini.

Jenis-Jenis Penipuan Siber yang Umum di India:

Beberapa jenis penipuan siber yang paling umum di India meliputi:

  • Penipuan Phishing: Penipu mengirimkan email atau pesan palsu yang menyamar sebagai organisasi atau individu terpercaya untuk mencuri informasi pribadi dan keuangan korban.
  • Penipuan Romantis: Penipu membangun hubungan romantis palsu dengan korban secara online untuk memanipulasi mereka agar mengirimkan uang.
  • Penipuan Pekerjaan: Penipu menawarkan pekerjaan palsu kepada korban dan meminta mereka membayar biaya pendaftaran atau biaya pelatihan.
  • Penipuan Investasi: Penipu menjanjikan keuntungan tinggi dengan risiko rendah dalam skema investasi palsu.
  • Penipuan Hadiah: Penipu memberi tahu korban bahwa mereka telah memenangkan hadiah atau lotre dan meminta mereka membayar biaya untuk mengklaim hadiah tersebut.
  • Penipuan Dukungan Teknis: Penipu menyamar sebagai perwakilan dukungan teknis dan mencoba untuk mendapatkan akses jarak jauh ke komputer korban untuk mencuri informasi atau menginstal malware.
  • Penipuan Pinjaman Online: Penipu menawarkan pinjaman online dengan persyaratan yang menarik tetapi kemudian meminta korban untuk membayar biaya di muka yang tinggi.

Pencegahan Penipuan Siber:

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri dari penipuan siber:

  • Berhati-hatilah terhadap panggilan atau pesan yang tidak diminta: Jangan pernah memberikan informasi pribadi atau keuangan kepada orang yang tidak dikenal melalui telepon atau internet.
  • Verifikasi identitas penelepon atau pengirim pesan: Jika Anda menerima panggilan atau pesan yang mencurigakan, hubungi organisasi atau individu yang bersangkutan secara langsung untuk memverifikasi keasliannya.
  • Jangan pernah mengklik tautan atau membuka lampiran dari sumber yang tidak dikenal: Tautan dan lampiran ini dapat berisi malware atau mengarah ke situs web palsu yang dirancang untuk mencuri informasi Anda.
  • Gunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk semua akun online Anda: Jangan gunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun.
  • Aktifkan otentikasi dua faktor (2FA) untuk akun online Anda: 2FA menambahkan lapisan keamanan tambahan dengan mengharuskan Anda untuk memasukkan kode yang dikirim ke ponsel Anda selain kata sandi Anda saat masuk.
  • Jaga agar perangkat lunak Anda tetap mutakhir: Perbarui sistem operasi, browser web, dan perangkat lunak keamanan Anda secara teratur untuk menambal kerentanan keamanan.
  • Gunakan perangkat lunak antivirus dan anti-malware: Perangkat lunak ini dapat membantu melindungi perangkat Anda dari malware dan ancaman siber lainnya.
  • Waspadai taktik penipuan yang umum: Ketahui berbagai jenis penipuan siber yang ada dan bagaimana cara kerjanya.
  • Laporkan penipuan siber ke pihak berwenang: Jika Anda menjadi korban penipuan siber, laporkan kejadian tersebut ke polisi dan pusat pelaporan kejahatan siber.

Peran Pemerintah dan Lembaga Penegak Hukum:

Pemerintah dan lembaga penegak hukum memainkan peran penting dalam memerangi kejahatan siber. Mereka bertanggung jawab untuk:

  • Meningkatkan kesadaran publik tentang keamanan siber: Melalui kampanye pendidikan dan program pelatihan, pemerintah dapat membantu masyarakat memahami risiko kejahatan siber dan cara melindungi diri mereka sendiri.
  • Memperkuat undang-undang dan peraturan tentang kejahatan siber: Pemerintah perlu memastikan bahwa undang-undang dan peraturan yang ada cukup untuk mengatasi tantangan kejahatan siber yang terus berkembang.
  • Meningkatkan kapasitas lembaga penegak hukum untuk menyelidiki dan menuntut kejahatan siber: Lembaga penegak hukum perlu dilengkapi dengan sumber daya dan pelatihan yang memadai untuk memerangi kejahatan siber secara efektif.
  • Meningkatkan kerja sama internasional dalam memerangi kejahatan siber: Kejahatan siber sering kali bersifat lintas batas, sehingga kerja sama internasional sangat penting untuk menyelidiki dan menuntut para pelaku.

Kesimpulan:

Kasus penipuan siber yang menimpa pria dari Kollam ini adalah peringatan bagi kita semua. Kita harus tetap waspada dan berhati-hati terhadap ancaman siber yang terus berkembang. Dengan meningkatkan kesadaran, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan bekerja sama dengan pihak berwenang, kita dapat membantu melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari menjadi korban kejahatan siber. Peningkatan literasi digital dan kesadaran akan taktik penipuan menjadi krusial dalam era digital ini. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil perlu berkolaborasi untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi dunia online dengan aman dan bertanggung jawab. Selain itu, penting untuk diingat bahwa jika sesuatu terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar itu adalah penipuan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli atau mencari pendapat kedua sebelum membuat keputusan keuangan yang signifikan atau membagikan informasi pribadi secara online. Dengan kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi risiko menjadi korban penipuan siber dan menciptakan lingkungan online yang lebih aman bagi semua.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :