Ketindihan Saat Tidur Bukan Mistis, Dokter Jelaskan Sisi Ilmiahnya

  • Maskobus
  • Sep 12, 2025

Jakarta – Fenomena "ketindihan," pengalaman menakutkan yang kerap terjadi saat tidur, seringkali dikaitkan dengan kekuatan mistis, kehadiran makhluk halus, atau gangguan supernatural lainnya. Cerita-cerita seram seputar ketindihan sudah menjadi bagian dari folklore di berbagai budaya, menciptakan aura misteri yang menyelimuti pengalaman tersebut. Namun, di balik kesan mistisnya, dunia medis menawarkan penjelasan ilmiah yang rasional dan dapat dipahami. Praktisi kesehatan tidur, dr. Andreas Arman Prasadja, RPSGT, memberikan pencerahan mengenai sisi ilmiah dari ketindihan, menghilangkan mitos yang selama ini melekat padanya.

Menurut dr. Andreas, ketindihan bukanlah disebabkan oleh kekuatan gaib, melainkan merupakan manifestasi dari kondisi kurang tidur yang ekstrem. Kekurangan tidur yang parah dapat mengacaukan siklus tidur alami tubuh, memicu serangkaian peristiwa fisiologis yang menghasilkan pengalaman ketindihan. Dalam wawancaranya di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, dr. Andreas menjelaskan mekanisme di balik fenomena ini.

"Kalau kita kurang tidur, kurang tidur sedemikian banyak, ya badan, otak kita akan memprioritaskan mimpin dahulu, tidur REM (Rapid Eye Movement) diprioritaskan dulu," ungkap dr. Andreas. Penjelasan ini menggarisbawahi pentingnya tidur yang cukup bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Ketika seseorang mengalami defisit tidur yang signifikan, tubuh secara alami akan berusaha untuk mengganti kekurangan tersebut dengan memprioritaskan fase tidur REM (Rapid Eye Movement). Fase REM adalah fase tidur yang paling aktif, ditandai dengan gerakan mata yang cepat, peningkatan aktivitas otak, dan terjadinya mimpi.

Dalam kondisi normal, fase REM terjadi secara teratur dalam siklus tidur yang sehat. Namun, ketika seseorang mengalami kurang tidur yang parah, tubuh akan mengalami "rebound" REM. Rebound REM terjadi ketika tubuh berusaha untuk mengganti waktu tidur REM yang hilang dengan memaksakan fase REM lebih awal dan lebih intens dari biasanya. Kondisi inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya ketindihan.

"Jadi rebound. Kurang tidur parah, jadi ketika ada kesempatan tidur bisa rebound parah. Apa yang terjadi? Setengah sadar, setengah mimpi. REM sleep yang khas kan adanya mimpi, karena setengah sadar, munculnya dalam bentuk halusinasi," lanjut dr. Andreas. Ketika seseorang mengalami rebound REM, batas antara dunia nyata dan dunia mimpi menjadi kabur. Otak berada dalam kondisi setengah sadar, setengah mimpi, menciptakan pengalaman yang sangat nyata dan seringkali menakutkan. Halusinasi visual, auditori, atau bahkan taktil dapat muncul, memperkuat kesan mistis dari ketindihan.

Ketindihan Saat Tidur Bukan Mistis, Dokter Jelaskan Sisi Ilmiahnya

Salah satu ciri khas dari fase REM adalah kelumpuhan otot sementara yang disebut atonia. Atonia berfungsi untuk mencegah tubuh bergerak dan bertindak sesuai dengan mimpi yang sedang dialami. Dalam kondisi normal, atonia terjadi secara bersamaan dengan fase REM dan berakhir ketika fase REM selesai. Namun, pada kasus ketindihan, atonia dapat terjadi sebelum atau sesudah fase REM, menciptakan pengalaman kelumpuhan yang sangat menakutkan.

"Hal kedua yang khas dalam tahap tidur REM atau tidur mimpi adalah sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Nggak bisa gerak," jelas dr. Andreas. Kelumpuhan tidur inilah yang menjadi inti dari pengalaman ketindihan. Seseorang merasa terjebak dalam tubuhnya sendiri, tidak dapat bergerak, berbicara, atau bahkan berteriak. Perasaan panik dan takut yang menyertai kelumpuhan ini semakin memperkuat kesan bahwa ada kekuatan jahat yang sedang menindih tubuh.

"Ketika masuk REM sleep, tubuh kita ini dilumpuhkan, jadi setengah sadar setengah mimpi, nggak bisa gerak, serem, takut, napas rasanya berat. Artinya (ketindihan) itu kurang tidur yang parah," tutup dr. Andreas. Kombinasi antara halusinasi, kelumpuhan, dan perasaan takut yang intens menciptakan pengalaman ketindihan yang sangat tidak menyenangkan. Namun, penting untuk diingat bahwa semua ini adalah manifestasi dari kondisi kurang tidur yang parah, bukan disebabkan oleh kekuatan mistis atau gangguan supernatural.

Lebih lanjut, dr. Andreas menekankan bahwa ketindihan adalah fenomena yang khas dan dapat terjadi di mana saja, tanpa memandang latar belakang budaya atau kepercayaan seseorang. Siapa pun yang mengalami kurang tidur yang parah berpotensi mengalami ketindihan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola tidur yang sehat dan menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu kualitas tidur.

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ketindihan antara lain:

  • Stres dan kecemasan: Tingkat stres dan kecemasan yang tinggi dapat mengganggu siklus tidur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya ketindihan.
  • Pola tidur yang tidak teratur: Kebiasaan tidur dan bangun pada waktu yang berbeda setiap hari dapat mengacaukan jam biologis tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya ketindihan.
  • Penggunaan alkohol dan obat-obatan: Konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu dapat mengganggu kualitas tidur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya ketindihan.
  • Kondisi medis tertentu: Beberapa kondisi medis seperti narkolepsi, sleep apnea, dan gangguan kecemasan dapat meningkatkan risiko terjadinya ketindihan.

Jika Anda sering mengalami ketindihan, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi frekuensi dan intensitasnya:

  • Prioritaskan tidur yang cukup: Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam.
  • Jaga pola tidur yang teratur: Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, bahkan di akhir pekan.
  • Kelola stres dan kecemasan: Temukan cara-cara yang efektif untuk mengelola stres dan kecemasan, seperti meditasi, yoga, atau terapi.
  • Hindari alkohol dan obat-obatan: Batasi konsumsi alkohol dan hindari penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu kualitas tidur.
  • Konsultasikan dengan dokter: Jika ketindihan sering terjadi dan mengganggu kualitas hidup Anda, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dengan memahami sisi ilmiah dari ketindihan, kita dapat menghilangkan mitos dan ketakutan yang selama ini menyelimutinya. Ketindihan bukanlah gangguan mistis, melainkan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan menjaga pola tidur yang sehat dan mengelola stres dengan baik. Jangan biarkan ketindihan menghantui tidur Anda. Ambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas tidur Anda dan nikmati tidur yang nyenyak dan berkualitas.

(dpy/up)

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :