Duta Besar Republik Indonesia untuk Yordania dan Palestina, Ade Padmo Sarwono, baru-baru ini menyampaikan gambaran yang memilukan tentang kondisi pengungsi Palestina di Yordania. Dalam pertemuan dengan rombongan kemanusiaan Dompet Dhuafa di Amman, Yordania, Dubes Ade mengungkapkan bahwa lebih dari 2,5 juta pengungsi Palestina saat ini tinggal di Yordania, menghadapi berbagai tantangan berat yang mengancam masa depan mereka.
Kisah-kisah yang diceritakan oleh Dubes Ade menyoroti dampak traumatis yang dialami oleh anak-anak Palestina akibat konflik berkepanjangan. Mereka telah kehilangan masa kecil mereka, menyaksikan kematian orang tua, keluarga, dan teman-teman, serta mengalami kekerasan dan pengungsian yang mengerikan. Akibatnya, banyak dari mereka menderita depresi dan masalah psikologis lainnya yang membutuhkan perhatian dan dukungan khusus.
"Karena mereka ini adalah masa depan [Palestina] dan mereka mengalami satu pengalaman yang sangat traumatik, yaitu bapaknya, ibunya, keluarganya, atau tetangganya, sahabatnya semuanya meninggal," ujar Dubes Ade dengan nada prihatin.
Selain masalah psikologis, Dubes Ade juga menyoroti kebutuhan mendesak pengungsi Palestina akan bantuan pokok untuk kehidupan sehari-hari, pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Banyak dari mereka hidup dalam kemiskinan dan kesulitan, tanpa akses yang memadai ke makanan, air bersih, tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Pendidikan juga menjadi tantangan, karena banyak anak-anak pengungsi tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah atau mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal pendidikan, Dubes Ade mengakui peran penting UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), sebuah lembaga PBB yang memberikan bantuan dan layanan kepada pengungsi Palestina di seluruh wilayah. Namun, ia juga menyatakan keprihatinannya tentang upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Israel untuk melemahkan peran UNRWA, termasuk dengan menghentikan pendanaan dan mengurangi operasinya.
"Keberadaan UNWRA sangat krusial. Israel dan Amerika berusaha untuk mengecilkan peran UNRWA ini. Walaupun ini [UNWRA] tujuannya adalah untuk memberikan bantuan pada pengungsi Palestina," tegasnya.
Dubes Ade menjelaskan bahwa UNRWA telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pendidikan, layanan kesehatan, dan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina selama beberapa dekade. Namun, dengan berkurangnya dukungan dari negara-negara donor, UNRWA menghadapi kesulitan keuangan yang serius dan terpaksa mengurangi layanannya, yang berdampak negatif pada kehidupan jutaan pengungsi Palestina.
Keputusan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump pada tanggal 4 Februari 2025, untuk menghentikan pendanaan ke UNRWA merupakan pukulan besar bagi lembaga tersebut dan bagi pengungsi Palestina. Langkah ini dikecam oleh banyak pihak sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak manusiawi, yang akan memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Selain tantangan yang dihadapi oleh pengungsi Palestina di Yordania, Dubes Ade juga menyoroti kesulitan dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah Palestina yang telah lama berada di bawah blokade Israel. Ia mengatakan bahwa jumlah bantuan yang masuk ke Gaza masih jauh dari kata ideal, karena berbagai kendala dan hambatan yang dilakukan oleh Israel.
"Untuk masuk ke Gaza itu tidak mudah dengan menghadapi berbagai kendala atau hambatan yang dilakukan oleh Israel. Sehingga truk-truk atau kontainer yang masuk itu jumlahnya masih kurang banyak dan terakhir yang diberitakan di sini per hari hanya 65 truk. Padahal untuk kebutuhan saat ini, apa yang terjadi di Gaza itu mungkin lebih dari ratusan atau ribuan truk yang diperlukan," jelasnya.
Dubes Ade menekankan bahwa pemerintah Indonesia tetap konsisten dalam mengawal bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Ia juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan tekanan pada Israel agar mencabut blokade Gaza dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mendesak penduduk sipil.
Kisah-kisah yang diceritakan oleh Dubes Ade memberikan gambaran yang jelas tentang penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh pengungsi Palestina di Yordania dan Gaza. Mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan mereka akibat konflik berkepanjangan. Mereka membutuhkan dukungan dan bantuan dari masyarakat internasional untuk mengatasi trauma, memenuhi kebutuhan dasar, dan membangun kembali kehidupan mereka.
Pemerintah Indonesia telah lama menjadi pendukung kuat perjuangan rakyat Palestina dan telah memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan politik kepada mereka selama beberapa dekade. Indonesia juga telah aktif dalam forum-forum internasional untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan menyerukan solusi damai yang adil dan komprehensif untuk konflik Israel-Palestina.
Namun, lebih banyak yang perlu dilakukan untuk membantu pengungsi Palestina dan mengatasi akar penyebab konflik. Masyarakat internasional harus bersatu untuk menekan Israel agar mengakhiri pendudukan ilegalnya atas wilayah Palestina, menghormati hak-hak rakyat Palestina, dan memungkinkan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Selain itu, masyarakat internasional juga harus meningkatkan dukungan keuangan dan politik kepada UNRWA agar lembaga tersebut dapat terus memberikan bantuan dan layanan penting kepada pengungsi Palestina. Mengurangi atau menghentikan pendanaan ke UNRWA hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan dan meningkatkan risiko destabilisasi di wilayah tersebut.
Individu dan organisasi juga dapat memberikan kontribusi dengan menyumbangkan uang, barang, atau waktu untuk membantu pengungsi Palestina. Ada banyak organisasi kemanusiaan yang bekerja di Yordania dan Gaza yang membutuhkan dukungan untuk memberikan makanan, air bersih, tempat tinggal, layanan kesehatan, dan pendidikan kepada pengungsi Palestina.
Kisah-kisah pengungsi Palestina adalah pengingat yang menyakitkan tentang dampak manusiawi dari konflik dan pentingnya perdamaian dan keadilan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk membantu meringankan penderitaan mereka dan bekerja menuju solusi yang adil dan berkelanjutan untuk konflik Israel-Palestina.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa pengungsi Palestina bukan hanya angka atau statistik. Mereka adalah manusia dengan mimpi, harapan, dan aspirasi yang sama dengan kita semua. Mereka berhak untuk hidup dalam damai, keamanan, dan martabat, dan kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk membantu mereka mencapai tujuan ini.
Semoga kisah-kisah yang dibagikan oleh Dubes Ade dapat menginspirasi kita semua untuk bertindak dan membuat perbedaan dalam kehidupan pengungsi Palestina. Mari kita bergandengan tangan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi mereka dan bagi seluruh rakyat Palestina.