Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memproyeksikan penggunaan satelit Republik Indonesia (Satria-1) dan base transceiver station (BTS) sebagai tulang punggung konektivitas untuk mendukung program digitalisasi pendidikan yang ambisius, yaitu penyediaan 330.000 layar digital pintar (Smart TV) yang terhubung ke internet di seluruh Indonesia. Inisiatif ini merupakan bagian integral dari visi Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pemanfaatan teknologi pembelajaran interaktif.
Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya Komdigi, Wijaya Kusumawardhana, menjelaskan bahwa kementeriannya sedang mempersiapkan berbagai opsi untuk memastikan ketersediaan jaringan internet yang handal dan merata, terutama di wilayah-wilayah pelosok yang selama ini kesulitan mengakses konektivitas. Opsi-opsi tersebut mencakup pemanfaatan teknologi fiber optik, BTS, dan satelit, yang akan disesuaikan dengan kondisi geografis dan infrastruktur yang tersedia di masing-masing lokasi sekolah.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) di bawah naungan Komdigi, akan menjadi garda terdepan dalam mengoperasikan BTS dan Satria-1 milik pemerintah untuk mendukung program ini. Bakti memiliki pengalaman yang luas dalam membangun dan mengelola infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah terpencil dan terluar Indonesia, sehingga diharapkan dapat memastikan keberhasilan program digitalisasi pendidikan ini.
"Prinsipnya, kami mendukung penyediaan jaringannya. Jika wilayah-wilayah tersebut tidak bisa dijangkau dengan fiberisasi, kita akan menggunakan BTS. Setidaknya, kita juga menyediakan akses melalui satelit, dengan parabola. Kami menyediakan itu," kata Wijaya, seperti dikutip dari Antara, Senin (22/9/2025). Pernyataan ini menegaskan komitmen Komdigi untuk memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia untuk memastikan konektivitas yang merata dan berkualitas.
Wijaya menambahkan bahwa Komdigi telah memiliki pengalaman dalam memperluas jaringan internet di Indonesia melalui berbagai metode. Pengalaman ini akan menjadi modal berharga dalam menyesuaikan konfigurasi jaringan yang ada untuk memenuhi kebutuhan spesifik program distribusi layar digital pintar ke sekolah-sekolah. Penyesuaian ini akan memastikan bahwa layar digital pintar dapat berfungsi secara optimal dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa dan guru.
"Sebetulnya, untuk program ini (pemerataan internet) kita sudah ada (jalankan). Tapi karena ini untuk smart TV (layar digital pintar), tentunya kita lihat konfigurasinya dan nanti kita sesuaikan," ujar Wijaya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Komdigi tidak memulai dari nol, tetapi memanfaatkan infrastruktur dan pengalaman yang sudah ada untuk mempercepat dan meningkatkan efektivitas program digitalisasi pendidikan ini.
Selain mengandalkan infrastruktur dan sumber daya internal, Komdigi juga akan melibatkan perusahaan telekomunikasi swasta untuk membantu pelaksanaan program ini. Keterlibatan operator telekomunikasi akan memperkuat kapasitas dan jangkauan jaringan internet, serta memastikan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Kemitraan antara pemerintah dan swasta ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang positif dan mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan.
"Kita pasti akan melibatkan teman-teman dari operator untuk terlibat di dalam program-program pemerintah tentunya," ucap Wijaya. Pernyataan ini membuka peluang bagi perusahaan telekomunikasi untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sekaligus memperluas pangsa pasar mereka di sektor pendidikan.
Presiden Prabowo Subianto sendiri telah menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan distribusi layar digital pintar ke 330.000 sekolah di seluruh Indonesia. Melalui teknologi ini, siswa akan mendapatkan akses ke pelajaran-pelajaran berkualitas tinggi dengan konten yang menarik, termasuk animasi. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan di era digital.
Sekretaris Jenderal Kementerian Komdigi, Ismail, menjelaskan bahwa tidak semua sekolah yang menerima bantuan Smart TV akan mendapatkan dukungan koneksi internet baru. Dukungan koneksi internet baru akan diprioritaskan untuk sekolah-sekolah yang berada di area blankspot atau yang memiliki akses internet yang sangat terbatas. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada digunakan secara efisien dan efektif.
"Karena smart screen ini jangan-jangan diberikan yang titik akses yang sudah ada gitu. Jadi beririsan hal yang seperti itu, bukan sebuah titik baru yang harus dibangun, mungkin ada titik juga di situ," ucapnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya koordinasi dan perencanaan yang matang untuk menghindari duplikasi dan memastikan bahwa program ini memberikan manfaat yang maksimal bagi sekolah-sekolah yang membutuhkan.
Dalam pelaksanaannya, Komdigi bekerja sama dengan dua kementerian terkait, yaitu Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) untuk perguruan tinggi, serta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk jenjang SMA ke bawah. Kerjasama ini bertujuan untuk memastikan bahwa program digitalisasi pendidikan ini selaras dengan kurikulum dan kebutuhan masing-masing jenjang pendidikan.
"Jadi sekarang ada dua kementerian, ada yang untuk kampus, ada untuk level SMA ke bawah. Untuk SMA, kita lebih banyak dukungannya di SMA ke bawah karena kampus ini sebagian besar sudah mandiri. Untuk SMA ke bawah, itu titiknya sudah ada sekarang," pungkasnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa program digitalisasi pendidikan ini mencakup seluruh jenjang pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dengan fokus utama pada peningkatan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Program digitalisasi pendidikan melalui pemanfaatan layar digital pintar ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dengan akses ke konten pendidikan yang berkualitas dan interaktif, siswa diharapkan dapat belajar dengan lebih efektif dan menyenangkan. Guru juga akan mendapatkan manfaat dari teknologi ini, karena dapat menggunakan layar digital pintar untuk menyajikan materi pelajaran dengan lebih menarik dan interaktif.
Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mempersempit kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Dengan menyediakan akses internet dan layar digital pintar di sekolah-sekolah di daerah terpencil, pemerintah berupaya untuk memastikan bahwa semua siswa di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Namun, keberhasilan program ini juga bergantung pada beberapa faktor kunci, seperti ketersediaan infrastruktur yang memadai, kualitas konten pendidikan yang relevan, dan kemampuan guru untuk memanfaatkan teknologi ini secara efektif. Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa semua faktor ini terpenuhi agar program digitalisasi pendidikan ini dapat mencapai tujuannya.
Selain itu, perlu juga diperhatikan aspek keamanan dan privasi data dalam penggunaan layar digital pintar. Pemerintah perlu memastikan bahwa data siswa dan guru terlindungi dari penyalahgunaan dan akses yang tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan standar keamanan yang ketat dan memberikan pelatihan kepada siswa dan guru tentang pentingnya menjaga privasi data.
Secara keseluruhan, program digitalisasi pendidikan melalui pemanfaatan layar digital pintar ini merupakan inisiatif yang menjanjikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi generasi muda Indonesia dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di era digital.
Namun, perlu diingat bahwa teknologi hanyalah alat. Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada ketersediaan teknologi, tetapi juga pada komitmen dan dedikasi para guru, siswa, dan seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan. Dengan kerjasama yang baik, kita dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak Indonesia untuk meraih cita-cita mereka.
Komitmen Komdigi untuk mengandalkan Satria-1 dan BTS menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi masalah konektivitas di daerah terpencil. Satelit Satria-1, yang dirancang khusus untuk menyediakan layanan internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur terrestrial, akan menjadi solusi yang efektif untuk menjangkau sekolah-sekolah di wilayah pelosok. Sementara itu, BTS akan memperkuat jaringan internet di daerah-daerah yang sudah memiliki infrastruktur telekomunikasi yang memadai.
Dengan kombinasi teknologi satelit dan BTS, Komdigi optimis dapat menyediakan konektivitas yang handal dan merata untuk mendukung program digitalisasi pendidikan ini. Program ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi transformasi digital di sektor pendidikan dan membawa manfaat yang besar bagi seluruh masyarakat Indonesia.