Di tengah berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) untuk solusi dua negara bagi Palestina (Two-State Solution) di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, puluhan aktivis dan pendukung Palestina menggelar demonstrasi di 46th Street, hanya satu blok dari gedung PBB, pada Senin (22/9) waktu setempat. Aksi unjuk rasa ini bertujuan untuk menyerukan kemerdekaan penuh bagi Palestina dan mengutuk tindakan yang mereka sebut sebagai genosida yang dilakukan oleh Israel.
Demonstrasi berlangsung di pinggir jalan East 46th Street, di mana para peserta dengan bangga mengibarkan bendera Palestina di tengah udara dingin kota New York. Teriakan-teriakan yang menuntut kemerdekaan bergema di sepanjang jalan yang dipadati oleh pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan. Selain bendera, para demonstran juga membawa poster dan spanduk besar dengan pesan-pesan yang kuat, seperti "Israel is using starvation as a final solution" dan "Do not let Israel make you complicit in genocide." Tulisan-tulisan ini menarik perhatian para pengunjung dan media yang melintas di sekitar area PBB.
Suasana demonstrasi secara umum berlangsung kondusif, meskipun sempat menyebabkan kemacetan di jalan-jalan sekitarnya. Aparat kepolisian setempat hadir untuk mengamankan jalannya aksi dan mengatur lalu lintas agar demonstrasi tetap tertib dan tidak mengganggu kegiatan yang berlangsung di dalam gedung PBB. Para demonstran juga menekankan penderitaan yang dialami oleh warga sipil Palestina akibat konflik yang berkepanjangan dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk menolak segala bentuk kekerasan. Mereka berharap agar dunia memberikan perhatian yang lebih besar terhadap situasi kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut.
KTT Two-State Solution, yang diselenggarakan di sela-sela Sidang Umum PBB, dihadiri oleh sejumlah kepala negara, termasuk Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo menyampaikan pidatonya yang menyoroti kondisi terkini di Gaza dan menyerukan dukungan terhadap solusi dua negara. Beliau juga mengajak negara-negara lain untuk mengakui negara Palestina sebagai langkah penting menuju perdamaian yang abadi.
"Pengakuan terhadap negara Palestina adalah langkah yang benar dalam sejarah. Bagi mereka yang masih ragu untuk bertindak, kami katakan, sejarah tidak akan berhenti. Kita harus mengakui Palestina sekarang," tegas Presiden Prabowo dalam pidatonya.
Aksi demonstrasi yang berlangsung di luar gedung PBB ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran dan kemarahan global terhadap situasi yang terjadi di Palestina. Para demonstran, yang berasal dari berbagai latar belakang dan organisasi, bersatu dalam satu tujuan: untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan menuntut diakhirinya pendudukan Israel.
Sejarah konflik Israel-Palestina adalah sejarah panjang yang penuh dengan kekerasan, pengungsian, dan penderitaan. Konflik ini berakar pada klaim yang saling bertentangan atas tanah yang sama, yaitu wilayah yang dikenal sebagai Palestina. Setelah Perang Dunia II dan Holocaust, gerakan Zionis, yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina, semakin kuat. Pada tahun 1947, PBB mengeluarkan Resolusi 181, yang merekomendasikan pembagian Palestina menjadi dua negara: satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab. Namun, rencana ini ditolak oleh pihak Arab, dan pada tahun 1948, perang pecah antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya.
Perang tahun 1948 mengakibatkan pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari rumah mereka, yang kemudian dikenal sebagai Nakba (bencana). Israel memenangkan perang dan memperluas wilayahnya, sementara wilayah Palestina yang tersisa dibagi antara Mesir (Gaza) dan Yordania (Tepi Barat). Sejak saat itu, konflik Israel-Palestina terus berlanjut, dengan serangkaian perang, intifada (pemberontakan), dan negosiasi damai yang gagal.
Solusi dua negara, yang menjadi fokus KTT di PBB, adalah gagasan bahwa Israel dan Palestina harus hidup berdampingan secara damai sebagai dua negara merdeka. Solusi ini telah menjadi dasar dari sebagian besar upaya perdamaian internasional selama beberapa dekade terakhir. Namun, implementasi solusi dua negara menghadapi banyak tantangan, termasuk pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Gaza, pembangunan permukiman ilegal Israel di wilayah pendudukan, dan perpecahan politik di antara rakyat Palestina.
Aksi demonstrasi di New York adalah pengingat bahwa masalah Palestina masih menjadi perhatian utama bagi banyak orang di seluruh dunia. Para demonstran menuntut agar para pemimpin dunia mengambil tindakan yang lebih tegas untuk mengakhiri pendudukan Israel, melindungi hak-hak rakyat Palestina, dan mewujudkan solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan.
Selain menyerukan kemerdekaan dan mengutuk tindakan Israel, para demonstran juga menyoroti dampak kemanusiaan dari konflik yang berkepanjangan. Mereka berbicara tentang kekurangan makanan, air, dan layanan medis di Gaza, serta pembatasan pergerakan dan hak-hak lainnya yang dihadapi oleh warga Palestina di Tepi Barat. Mereka mendesak komunitas internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang lebih besar kepada rakyat Palestina dan untuk menekan Israel agar mencabut blokade Gaza dan mengakhiri pendudukan.
Para demonstran juga mengkritik peran Amerika Serikat dalam konflik Israel-Palestina. Mereka menuduh AS memberikan dukungan yang tidak semestinya kepada Israel dan menghalangi upaya perdamaian. Mereka menyerukan kepada pemerintah AS untuk mengubah kebijakannya dan mengambil pendekatan yang lebih adil dan seimbang terhadap konflik tersebut.
Demonstrasi di New York adalah bagian dari gerakan global yang semakin besar untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina. Di seluruh dunia, orang-orang turun ke jalan untuk memprotes pendudukan Israel, menyerukan boikot produk-produk Israel, dan mendukung organisasi-organisasi yang bekerja untuk membantu rakyat Palestina. Gerakan ini semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh meningkatnya kesadaran tentang penderitaan rakyat Palestina dan kekecewaan terhadap kegagalan upaya perdamaian tradisional.
Masa depan konflik Israel-Palestina masih belum pasti. Namun, satu hal yang jelas adalah bahwa perdamaian hanya dapat dicapai jika hak-hak rakyat Palestina dihormati dan kebutuhan mereka dipenuhi. Solusi dua negara tetap menjadi kerangka kerja yang paling banyak diterima untuk mencapai perdamaian, tetapi implementasinya akan membutuhkan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak, serta dukungan dari komunitas internasional.
Aksi demonstrasi di New York adalah seruan untuk bertindak. Ini adalah pengingat bahwa dunia tidak akan melupakan rakyat Palestina dan bahwa perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan akan terus berlanjut sampai tujuan mereka tercapai. Dunia harus mendengar suara-suara para demonstran dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina dan mewujudkan perdamaian yang abadi.
Sebagai tambahan informasi, beberapa organisasi kemanusiaan internasional, seperti Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah, secara aktif memberikan bantuan kepada warga Palestina yang terkena dampak konflik. Mereka menyediakan makanan, air, tempat tinggal, layanan medis, dan dukungan psikologis kepada mereka yang membutuhkan. Organisasi-organisasi ini juga bekerja untuk melindungi warga sipil dan mempromosikan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional.
Selain itu, banyak organisasi non-pemerintah (LSM) yang bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan di Israel dan Palestina. LSM-LSM ini melakukan berbagai kegiatan, termasuk mediasi konflik, pendidikan perdamaian, advokasi hak asasi manusia, dan pembangunan ekonomi. Mereka bekerja untuk membangun jembatan antara orang Israel dan Palestina dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi kedua bangsa.
Konflik Israel-Palestina adalah masalah kompleks yang tidak memiliki solusi mudah. Namun, dengan kemauan politik, dialog, dan komitmen terhadap keadilan, perdamaian dapat dicapai. Dunia harus terus mendukung upaya perdamaian dan untuk memastikan bahwa hak-hak rakyat Palestina dihormati dan dilindungi.