Kuota 11 Pemain Asing di BRI Super League Masih Jadi Sorotan, Indriyanto Nugroho Bandingkan dengan Eranya Dulu

  • Maskobus
  • Sep 14, 2025

BRI Super League 2025/2026 yang telah memasuki pekan kelima, masih menyisakan perdebatan hangat terkait kuota pemain asing yang mencapai 11 orang per tim. Kebijakan ini menuai kritik karena dianggap membatasi kesempatan bermain bagi pemain lokal, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kualitas tim nasional Indonesia. Mantan striker Timnas Indonesia, Indriyanto Nugroho, turut menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi ini, membandingkannya dengan pengalamannya bermain di era kompetisi domestik yang lalu.

Indriyanto Nugroho, yang dikenal sebagai striker veteran Timnas Primavera dan pernah membela klub-klub besar seperti PSIS Semarang dan Pelita Jaya, mengungkapkan kekhawatirannya melalui kanal YouTube "Bola Bung Binder". Ia menyoroti pentingnya memberikan kesempatan lebih banyak kepada pemain muda Indonesia untuk berkembang dan menunjukkan potensi mereka.

"Nah, ini yang sampai saat ini di benak saya itu, bagaimana pemain-pemain muda ini dikasih kesempatan yang lebih," ujar Indriyanto Nugroho. "Ya, ini harus dilakukan lagi. Jangan hanya cuma, ya maaf, omongan aja. Tapi, paling enggak direalisasikan. Supaya apa? Pemain-pemain muda kita banyak dikasih kesempatan," imbuhnya dengan nada prihatin.

Indriyanto Nugroho menekankan bahwa kompetisi sepak bola, khususnya bagi pemain lokal, seharusnya menjadi muara untuk mencapai tim nasional. Namun, dengan kuota pemain asing yang begitu besar, kesempatan bagi pemain lokal untuk bersinar menjadi semakin terbatas. Hal ini dapat menghambat perkembangan talenta muda dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas tim nasional Indonesia di masa depan.

Kuota 11 Pemain Asing di BRI Super League Masih Jadi Sorotan, Indriyanto Nugroho Bandingkan dengan Eranya Dulu

Lebih lanjut, Indriyanto Nugroho membandingkan kondisi saat ini dengan eranya sebagai pemain, di mana jumlah pemain asing yang diperbolehkan dalam satu tim jauh lebih sedikit. Pada masanya, talenta-talenta lokal memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bermain dan menunjukkan kemampuan mereka di lapangan. Hal ini memudahkan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) untuk melakukan pemantauan dan memilih pemain-pemain terbaik untuk tim nasional.

"Contoh, zaman kita dulu pemain-pemain usia 19, 17, 18 mendapatkan kesempatan lebih karena pemain asing hanya tiga. Jadi, kesempatan kami untuk menunjukkan kualitas kami terbuka sangat lebar. Karena ya itu tadi, pemain asing tiga yang notabene belakang, tengah, dan depan," jelas Indriyanto Nugroho.

Dengan jumlah pemain asing yang terbatas, pemain lokal memiliki peran yang lebih signifikan dalam tim. Mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mentalitas, dan menunjukkan sikap yang baik di lapangan. Hal ini sangat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemain profesional dan juga bagi kemajuan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.

Indriyanto Nugroho juga menyoroti pentingnya kontribusi pemain asing terhadap perkembangan pemain lokal. Menurutnya, pemain asing yang berkualitas dapat memberikan dampak positif bagi pemain lokal melalui transfer ilmu dan pengalaman. Sebaliknya, pemain lokal juga dapat memberikan masukan dan membantu pemain asing untuk beradaptasi dengan budaya dan gaya bermain sepak bola Indonesia.

"Jadi, mungkin pakai pola 3-5-2 atau 4-3-3 atau 3-4-3 itu pemain-pemain lokal kita juga akan terpantau cara bermainnya, bagaimana mentality-nya mereka, bagaimana cara ya kita liga, attitude-nya juga," kata Indriyanto Nugroho.

Indriyanto Nugroho mencontohkan pengalamannya bermain bersama pemain-pemain asing seperti Emanuel De Porras, Julio Lopez, dan Gustavo Hernan Ortiz. Ia mengatakan bahwa mereka saling mendukung dan belajar satu sama lain. Meskipun terkadang ada perbedaan pendapat atau temperamen, mereka tetap mampu bekerja sama dengan baik dan memberikan kontribusi positif bagi tim.

"Sampai saat ini pun saya masih terngiang-ngiang bagaimana saya waktu itu bersama Emanuel De Porras, bersama Julio Lopez, Gustavo Hernan Ortiz, mereka support dan kami bisa juga belajar dari mereka, walaupun mereka punya ‘temperamen’. Tapi, selama kami masih memberikan edukasi yang baik kepada mereka, mereka juga akan memberikan input lagi ke kami," ungkap Indriyanto Nugroho.

Namun, dengan kuota pemain asing yang mencapai 11 orang, dikhawatirkan pemain lokal akan semakin tersisih dan kehilangan kesempatan untuk berkembang. Hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas tim nasional Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, Indriyanto Nugroho berharap agar PSSI dan pihak-pihak terkait dapat mempertimbangkan kembali kebijakan kuota pemain asing dan mencari solusi yang lebih baik untuk mengembangkan sepak bola Indonesia.

Wacana mengenai kuota pemain asing di BRI Super League memang telah menjadi perdebatan panjang di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa kuota pemain asing yang besar dapat meningkatkan kualitas kompetisi dan menarik minat sponsor. Namun, ada juga yang khawatir bahwa hal ini dapat menghambat perkembangan pemain lokal dan merugikan tim nasional Indonesia.

Beberapa pihak mengusulkan agar PSSI menerapkan sistem kuota pemain asing yang lebih selektif, di mana hanya pemain asing berkualitas tinggi yang diperbolehkan bermain di BRI Super League. Selain itu, PSSI juga diharapkan dapat meningkatkan pembinaan pemain muda dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada mereka untuk bermain di level profesional.

Selain Indriyanto Nugroho, beberapa tokoh sepak bola Indonesia lainnya juga telah menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kuota pemain asing di BRI Super League. Mereka berharap agar PSSI dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di level internasional.

Polemik mengenai kuota pemain asing ini juga memunculkan pertanyaan mengenai tujuan utama dari penyelenggaraan kompetisi sepak bola. Apakah tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas kompetisi dan menarik minat sponsor, atau untuk mengembangkan pemain lokal dan memperkuat tim nasional Indonesia?

Pertanyaan ini tentu tidak memiliki jawaban yang mudah. Namun, sebagian besar pecinta sepak bola Indonesia sepakat bahwa tujuan utama dari penyelenggaraan kompetisi sepak bola adalah untuk mengembangkan pemain lokal dan memperkuat tim nasional Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh PSSI dan pihak-pihak terkait seharusnya diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam konteks ini, kuota pemain asing yang terlalu besar dapat dianggap sebagai kebijakan yang kontraproduktif. Hal ini karena dapat menghambat perkembangan pemain lokal dan merugikan tim nasional Indonesia. Oleh karena itu, PSSI perlu mempertimbangkan kembali kebijakan ini dan mencari solusi yang lebih baik untuk mengembangkan sepak bola Indonesia.

Selain kuota pemain asing, ada beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perkembangan sepak bola Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kualitas pembinaan pemain muda, infrastruktur sepak bola, dan profesionalisme pengelolaan klub.

Untuk meningkatkan kualitas pembinaan pemain muda, PSSI perlu meningkatkan kualitas pelatih dan fasilitas pelatihan. Selain itu, PSSI juga perlu mengembangkan kurikulum pelatihan yang lebih modern dan sesuai dengan standar internasional.

Untuk meningkatkan infrastruktur sepak bola, pemerintah dan pihak swasta perlu berinvestasi dalam pembangunan stadion dan fasilitas pelatihan yang berkualitas. Selain itu, PSSI juga perlu meningkatkan standar keamanan dan kenyamanan stadion.

Untuk meningkatkan profesionalisme pengelolaan klub, PSSI perlu memperketat regulasi dan pengawasan terhadap klub-klub sepak bola. Selain itu, PSSI juga perlu mendorong klub-klub untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.

Dengan meningkatkan kualitas pembinaan pemain muda, infrastruktur sepak bola, dan profesionalisme pengelolaan klub, diharapkan sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di level internasional. Selain itu, dengan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada pemain lokal, diharapkan tim nasional Indonesia dapat semakin kuat dan mampu meraih prestasi yang membanggakan.

Sebagai penutup, polemik mengenai kuota pemain asing di BRI Super League merupakan isu yang kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif. PSSI perlu mempertimbangkan kembali kebijakan ini dan mencari solusi yang lebih baik untuk mengembangkan sepak bola Indonesia. Selain itu, PSSI juga perlu meningkatkan kualitas pembinaan pemain muda, infrastruktur sepak bola, dan profesionalisme pengelolaan klub. Dengan melakukan hal ini, diharapkan sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan bersaing di level internasional. Dan yang terpenting, pemain-pemain muda Indonesia mendapatkan kesempatan yang layak untuk membuktikan diri dan membawa nama harum bangsa di kancah sepak bola dunia.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :