Langka! SpaceX Pamer Nusantara Lima di Pelindung Satelit Jelang Peluncuran

  • Maskobus
  • Sep 10, 2025

SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, tengah berupaya keras untuk meluncurkan Satelit Nusantara Lima, sebuah satelit komunikasi yang sangat penting bagi Indonesia. Peluncuran ini sebelumnya telah mengalami penundaan sebanyak dua kali akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung di lokasi peluncuran, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Di tengah penantian tersebut, SpaceX secara tidak terduga memamerkan penampakan satelit nasional tersebut, sebuah momen yang terbilang langka dan menarik perhatian banyak pihak.

Foto yang dirilis oleh SpaceX memperlihatkan Satelit Nusantara Lima yang telah terpasang dengan aman di dalam payload fairing. Payload fairing adalah penutup pelindung khusus yang terletak di bagian atas roket. Fungsi utamanya adalah untuk melindungi satelit dari tekanan aerodinamis, panas ekstrem, dan getaran selama fase awal penerbangan saat roket menembus atmosfer. Foto ini diabadikan sebelum roket dan satelit dibawa ke landasan peluncuran.

Publikasi foto satelit di dalam payload fairing seperti ini merupakan kejadian yang tidak sering terjadi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kelangkaan ini, termasuk kebijakan internal perusahaan yang umumnya tidak mengizinkan publikasi foto semacam itu. Namun, pengecualian dapat diberikan jika ada izin khusus dari klien yang bersangkutan. Dalam kasus Satelit Nusantara Lima, izin tersebut tampaknya telah diberikan, memungkinkan SpaceX untuk berbagi momen penting ini dengan publik.

Foto Satelit Nusantara Lima tersebut diperlihatkan oleh SpaceX melalui akun X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) mereka, bertepatan dengan upaya peluncuran kedua yang sayangnya juga mengalami penundaan. Roket Falcon 9, yang akan membawa Satelit Nusantara Lima ke orbit, sudah dalam proses hitung mundur, bahkan telah mencapai angka 30 detik sebelum lepas landas. Namun, peluncuran tersebut dihentikan secara mendadak karena izin cuaca yang diperlukan tidak dikeluarkan oleh pihak berwenang.

Adi Rahman Adiwoso, CEO dari PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN), perusahaan yang memiliki Satelit Nusantara Lima, memberikan penjelasan mengenai kronologi penundaan tersebut. Menurutnya, pada saat hitungan mundur mencapai 30 detik, tim peluncuran harus mendapatkan izin cuaca atau weather clearance dari Air Force K45. Air Force K45 adalah pihak yang berwenang untuk memberikan izin terkait kondisi cuaca di sekitar area peluncuran. Namun, pada detik-detik terakhir, izin tersebut tidak diberikan. Pihak berwenang menilai bahwa kondisi cuaca saat itu terlalu berisiko untuk melakukan peluncuran, sehingga peluncuran terpaksa dihentikan. Adi Rahman Adiwoso menambahkan bahwa peluncuran akan dicoba kembali pada hari berikutnya, dengan perkiraan waktu yang hampir sama.

Langka! SpaceX Pamer Nusantara Lima di Pelindung Satelit Jelang Peluncuran

Air Force K45 yang disebutkan oleh CEO PSN kemungkinan besar merujuk pada 45th Weather Squadron (45 WS), sebuah unit cuaca yang berada di bawah Space Launch Delta 45. Unit ini berbasis di Patrick Space Force Base, Florida. 45 WS memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peluncuran roket dari Cape Canaveral dan Kennedy Space Center. Tugas utama mereka adalah memantau kondisi cuaca secara cermat dan memberikan rekomendasi terkait kelayakan peluncuran.

Tim 45 WS bekerja sama erat dengan berbagai pihak, termasuk FAA (Federal Aviation Administration), NASA (National Aeronautics and Space Administration), dan perusahaan-perusahaan swasta seperti SpaceX. Kerja sama ini bertujuan untuk memastikan keselamatan selama proses peluncuran. 45 WS menyediakan data prakiraan cuaca, observasi cuaca terkini, dan peringatan dini terkait kondisi atmosfer yang berpotensi membahayakan. Informasi ini diberikan mulai dari beberapa jam hingga detik-detik terakhir sebelum peluncuran.

Dalam memberikan rekomendasi, 45 WS berpegang pada Launch Weather Commit Criteria, serangkaian kriteria yang telah ditetapkan untuk memastikan keselamatan. Kriteria ini mencakup batasan kecepatan angin, keberadaan awan petir, dan risiko bahaya lain yang dapat membahayakan misi peluncuran. Jika salah satu parameter dalam kriteria tersebut tidak terpenuhi, peluncuran dapat langsung dibatalkan demi keselamatan roket, muatan yang dibawa (dalam hal ini, Satelit Nusantara Lima), dan masyarakat di sekitar area peluncuran.

Penundaan peluncuran di detik-detik terakhir bukanlah hal yang baru dalam dunia antariksa. Banyak misi, baik yang dilakukan oleh NASA maupun perusahaan komersial, pernah mengalami scrub (penghentian) serupa akibat kondisi cuaca yang tidak memenuhi kriteria keselamatan. Meskipun mengecewakan bagi semua pihak yang terlibat, keputusan untuk menunda peluncuran selalu diambil dengan mempertimbangkan keselamatan sebagai prioritas utama. Aset yang terlibat dalam peluncuran roket memiliki nilai yang sangat tinggi, seringkali mencapai ratusan juta dolar. Selain itu, keselamatan publik di sekitar area peluncuran juga merupakan pertimbangan yang sangat penting.

Setelah penundaan kedua, agenda peluncuran Satelit Nusantara Lima telah dijadwalkan ulang keesokan harinya, yaitu tanggal 10 September waktu Florida, atau pada pagi hari tanggal 11 September waktu Indonesia. Masyarakat Indonesia tentu berharap agar peluncuran kali ini dapat berjalan lancar tanpa kendala berarti.

Peluncuran Satelit Nusantara Lima akan menggunakan roket Falcon 9, yang dikenal dengan teknologi canggih dan kemampuan reusability. Peluncuran ini akan mengikuti skema dua tahap. Tahap pertama (stage 1) akan memberikan dorongan awal bagi roket untuk lepas dari landasan dan menembus atmosfer. Setelah menjalankan tugasnya, stage 1 akan kembali mendarat di landasan yang telah ditentukan untuk kemudian digunakan kembali dalam misi-misi peluncuran berikutnya. Tahap kedua (stage 2) akan melanjutkan perjalanan membawa Satelit Nusantara Lima menuju orbit target.

Setelah mencapai ketinggian tertentu, payload fairing, yang melindungi satelit selama fase awal penerbangan, akan terlepas dari roket. Kemudian, Satelit Nusantara Lima akan dilepaskan ke orbit transfer geostasioner. Dari orbit transfer ini, satelit akan melakukan serangkaian manuver untuk mencapai orbit finalnya di 113 derajat Bujur Timur. Orbit ini merupakan lokasi yang strategis untuk memberikan layanan komunikasi yang optimal bagi wilayah Indonesia dan sekitarnya.

Satelit Nusantara Lima memiliki kapasitas sebesar 160 Gbps dengan 101 spot beam Ka-band. Kapasitas yang besar ini memungkinkan satelit untuk mendukung penyediaan layanan internet cepat di seluruh wilayah Indonesia. Dengan konektivitas internet yang lebih baik, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas pendidikan, dan mempermudah akses informasi bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri. Jangkauan kawasan satelit ini bahkan dapat mencakup wilayah Filipina dan Malaysia, membuka peluang kerja sama regional di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi. Kehadiran Satelit Nusantara Lima diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan Indonesia di era digital ini.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :