Laut Semakin Asam, Hiu Terancam Ompong

  • Maskobus
  • Sep 02, 2025

Hiu, sang penguasa lautan yang telah menghuni bumi selama lebih dari 400 juta tahun, kini menghadapi ancaman eksistensial akibat perubahan iklim yang semakin memburuk. Makhluk purba ini, yang jauh lebih tua dari pohon pertama, kini terancam oleh dampak pengasaman laut yang semakin meningkat, sebuah konsekuensi langsung dari emisi karbon dioksida yang terus melonjak ke atmosfer.

Seiring dengan aktivitas manusia yang memompa karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar ke atmosfer, sekitar sepertiga dari gas rumah kaca tersebut diserap oleh lautan. Proses penyerapan ini, meskipun membantu mengurangi dampak pemanasan global di daratan, secara bertahap mengubah komposisi kimia air laut, membuatnya semakin asam. Bagi hiu, konsekuensi dari pengasaman ini bisa sangat mengerikan, mengancam kemampuan mereka untuk bertahan hidup dan mempertahankan peran penting mereka dalam ekosistem laut.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan menunjukkan bahwa pengasaman laut dapat melarutkan dan melemahkan gigi hiu, yang merupakan senjata utama mereka untuk berburu dan mempertahankan diri. Proses korosi ini dapat merusak kemampuan predator laut ini untuk menangkap mangsa, mencabik-cabik daging, dan mempertahankan diri dari serangan predator lain. Bahkan kemampuan alami hiu untuk menumbuhkan kembali barisan gigi yang hilang atau rusak mungkin tidak cukup untuk mengimbangi efek merusak dari pengasaman laut yang terus berlanjut.

Maximilian Baum, seorang ahli biologi di Universitas Heinrich Heine di Jerman dan penulis utama studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science, menjelaskan, "Gigi hiu, meskipun tersusun dari fosfat yang sangat termineralisasi, masih rentan terhadap korosi dalam skenario pengasaman laut di masa mendatang. Gigi hiu adalah senjata canggih yang dirancang untuk mengiris daging, bukan untuk melawan asam laut. Hasil penelitian kami menunjukkan betapa rentannya bahkan senjata paling tajam sekalipun."

Penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa pengasaman laut merupakan ancaman serius bagi kesehatan dan kelangsungan hidup hiu. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya tindakan mitigasi yang signifikan, populasi hiu di seluruh dunia dapat mengalami penurunan drastis, yang akan berdampak besar pada keseimbangan ekosistem laut.

Laut Semakin Asam, Hiu Terancam Ompong

Saat ini, rata-rata pH laut adalah 8,1, yang menunjukkan kondisi yang sedikit basa. Namun, sejak dimulainya revolusi industri sekitar 200 tahun yang lalu, pH laut telah turun sekitar 0,1 unit. Penurunan ini mungkin tampak kecil, tetapi sebenarnya menunjukkan peningkatan keasaman sebesar 30%. Jika laju emisi CO2 saat ini tetap tidak berubah, sebuah studi memproyeksikan bahwa pH laut dapat turun hingga 7,3 pada tahun 2300, yang akan menciptakan kondisi yang sangat korosif bagi kehidupan laut, termasuk hiu.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa pH laut saat ini telah merusak dentikel, sisik bergerigi kecil yang membentuk lapisan atas kulit hiu. Dentikel ini berfungsi untuk mengurangi gesekan saat hiu berenang, memungkinkan mereka bergerak lebih cepat dan efisien di dalam air. Kerusakan pada dentikel dapat mengurangi kemampuan hiu untuk berburu, melarikan diri dari predator, dan bermigrasi jarak jauh.

Untuk memahami lebih lanjut dampak pengasaman laut pada gigi hiu, para peneliti melakukan eksperimen dengan mengumpulkan gigi hiu yang secara alami lepas dari hiu karang sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) yang dipelihara di akuarium lokal. Gigi-gigi ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok dan direndam dalam tangki yang berbeda selama delapan minggu. Satu kelompok gigi direndam dalam air dengan pH laut saat ini, yaitu 8,1, sedangkan kelompok lainnya direndam dalam air dengan pH yang diproyeksikan untuk masa depan, yaitu 7,3.

Setelah delapan minggu, para peneliti memeriksa gigi-gigi tersebut menggunakan mikroskop elektron untuk mengamati perubahan struktural yang terjadi. Hasilnya sangat mencolok, menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok gigi.

"Kami mengamati kerusakan permukaan yang terlihat seperti retakan dan lubang, peningkatan korosi akar, dan degradasi struktural pada gigi yang direndam dalam air dengan pH 7,3," kata Sebastian Fraune, seorang pakar dari kampus yang sama yang terlibat dalam penelitian ini. "Kerusakan ini menunjukkan bahwa pengasaman laut dapat secara signifikan melemahkan gigi hiu, membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan mengurangi efektivitasnya dalam berburu dan mempertahankan diri."

Para peneliti juga mencatat bahwa banyak spesies hiu menggunakan beberapa baris gigi sekaligus, dan masing-masing gigi dapat digunakan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Kerusakan kumulatif akibat pengasaman laut dapat mengurangi efisiensi makan hiu dan meningkatkan kebutuhan energi mereka. Hal ini terutama menjadi masalah bagi spesies hiu dengan siklus penggantian gigi yang lebih lambat dan banyak baris gigi yang digunakan secara bersamaan.

Meskipun penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang dampak pengasaman laut pada gigi hiu, para peneliti mengakui bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah bahwa gigi-gigi yang digunakan dalam penelitian ini sudah tanggal dan berasal dari hiu yang dipelihara di akuarium, yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi alami di lautan. Selain itu, eksperimen ini dilakukan dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu delapan minggu, yang mungkin tidak cukup untuk sepenuhnya memahami dampak jangka panjang dari pengasaman laut pada gigi hiu.

Oleh karena itu, para peneliti menekankan bahwa penelitian ini merupakan langkah awal dalam memahami kompleksitas interaksi antara pengasaman laut dan kesehatan gigi hiu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini dan untuk mengeksplorasi dampak pengasaman laut pada spesies hiu yang berbeda, serta pada aspek lain dari kesehatan dan perilaku hiu.

Namun demikian, temuan dari penelitian ini memberikan peringatan yang jelas tentang ancaman yang ditimbulkan oleh pengasaman laut terhadap hiu dan ekosistem laut secara keseluruhan. Jika kita tidak mengambil tindakan segera untuk mengurangi emisi CO2 dan mengatasi perubahan iklim, kita berisiko kehilangan salah satu predator laut paling ikonik dan penting di planet ini.

Upaya mitigasi perubahan iklim, seperti mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, mengembangkan energi terbarukan, dan meningkatkan efisiensi energi, sangat penting untuk mengurangi laju pengasaman laut dan melindungi hiu dari ancaman kepunahan. Selain itu, upaya konservasi yang lebih luas, seperti melindungi habitat hiu, mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan, dan mengurangi polusi laut, juga diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup hiu di masa depan.

Hiu memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Sebagai predator puncak, mereka membantu mengendalikan populasi spesies lain dan mencegah terjadinya ledakan populasi yang dapat merusak habitat dan sumber daya. Hilangnya hiu dapat memiliki konsekuensi yang luas dan tidak terduga bagi seluruh rantai makanan laut.

Dengan melindungi hiu, kita tidak hanya melindungi satu spesies, tetapi juga melindungi seluruh ekosistem laut yang menjadi sandaran kehidupan kita. Laut yang sehat dan produktif sangat penting untuk menyediakan makanan, oksigen, dan sumber daya lainnya yang kita butuhkan untuk bertahan hidup.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk bertindak sekarang untuk mengurangi emisi CO2, mengatasi perubahan iklim, dan melindungi hiu dari ancaman pengasaman laut. Masa depan hiu, dan masa depan lautan kita, ada di tangan kita.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :