Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menetapkan lima kecamatan sebagai wilayah dengan tingkat kasus campak tertinggi. Kondisi ini memicu kekhawatiran dan mendorong upaya intensif untuk menekan penyebaran penyakit menular tersebut. Data terbaru menunjukkan bahwa Kecamatan Kalianget memimpin daftar dengan 220 kasus, diikuti oleh Rubaru (146 kasus), Kota Sumenep (122 kasus), Dasuk (115 kasus), dan Saronggi (107 kasus).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, mengungkapkan bahwa kelima kecamatan tersebut menjadi fokus utama penanganan campak di wilayahnya. "Lima kecamatan ini mencatatkan angka kasus campak yang signifikan, sehingga kami memprioritaskan upaya pengendalian di wilayah-wilayah ini," ujarnya, Kamis (21/8/2025).
Sebagian besar pasien campak telah menerima perawatan medis, namun beberapa di antaranya memerlukan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan lebih intensif. Hal ini menunjukkan bahwa campak dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada anak-anak dengan kondisi kesehatan yang rentan.
Menanggapi situasi ini, Dinkes P2KB Sumenep akan menggelar imunisasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI) mulai 25 Agustus 2025. Program imunisasi ini menargetkan anak-anak usia 9 bulan hingga 59 bulan di 26 puskesmas yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan Sumenep. "Kami akan melaksanakan imunisasi serentak di seluruh puskesmas untuk memastikan cakupan yang optimal," tegas Syamsuri.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang memicu tingginya kasus campak adalah terganggunya program imunisasi rutin selama pandemi Covid-19. Pembatasan kegiatan masyarakat, termasuk penutupan sementara posyandu, menyebabkan banyak anak-anak tidak mendapatkan vaksin campak sesuai jadwal.
"Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap layanan kesehatan dasar, termasuk imunisasi. Banyak anak-anak yang seharusnya mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan menjadi terlewatkan," kata Bupati Fauzi.
Kondisi ini menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap campak menurun, sehingga virus campak lebih mudah menyebar di masyarakat. Anak-anak yang tidak diimunisasi menjadi sangat rentan terhadap infeksi campak dan berpotensi mengalami komplikasi serius.
Data Dinkes P2KB Sumenep mencatat, sejak Januari hingga Agustus 2025, terdapat 1.944 kasus campak di Kabupaten Sumenep. Tragisnya, 12 anak meninggal dunia akibat penyakit ini. Angka kematian ini menjadi pengingat betapa seriusnya dampak campak dan pentingnya upaya pencegahan yang efektif.
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair, serta munculnya ruam merah di seluruh tubuh. Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia (infeksi paru-paru), ensefalitis (radang otak), dan bahkan kematian.
Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah campak. Vaksin campak aman dan efektif dalam melindungi anak-anak dari penyakit ini. Imunisasi campak biasanya diberikan pada usia 9 bulan dan diulang pada usia 18 bulan.
Selain imunisasi, ada beberapa langkah lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran campak, antara lain:
- Menjaga kebersihan diri: Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
- Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin: Gunakan tisu atau siku bagian dalam untuk menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin.
- Menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit: Jika Anda merasa tidak sehat, hindari kontak dekat dengan orang lain untuk mencegah penyebaran penyakit.
- Mendapatkan informasi yang benar tentang campak dan imunisasi: Jangan mudah percaya pada informasi yang salah atau menyesatkan tentang campak dan imunisasi. Konsultasikan dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Pemerintah Kabupaten Sumenep terus berupaya meningkatkan cakupan imunisasi campak di seluruh wilayah. Selain imunisasi massal, Dinkes P2KB juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan bahaya campak.
"Kami mengajak seluruh masyarakat Sumenep untuk mendukung program imunisasi campak. Imunisasi adalah investasi untuk kesehatan anak-anak kita dan masa depan bangsa," imbau Bupati Fauzi.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sumenep juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
"Kami menyadari bahwa keberhasilan program imunisasi membutuhkan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, kami terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan berbagai elemen masyarakat," jelas Kepala Dinkes P2KB Sumenep.
Pemerintah Kabupaten Sumenep juga mengimbau masyarakat untuk segera membawa anak-anak mereka ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala campak. Diagnosis dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi serius dan mengurangi risiko kematian.
"Jangan tunda untuk memeriksakan anak Anda ke dokter jika mengalami demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam merah. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang kesembuhan," pesan Bupati Fauzi.
Dengan upaya yang komprehensif dan dukungan dari seluruh masyarakat, Pemerintah Kabupaten Sumenep optimis dapat menekan penyebaran campak dan melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya ini. Kasus campak di Sumenep menjadi perhatian serius dan membutuhkan tindakan cepat dan terkoordinasi dari semua pihak. Keberhasilan penanganan KLB campak ini akan menjadi indikator penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Sumenep.
Lebih lanjut, Dinkes P2KB Sumenep juga melakukan surveilans aktif untuk mendeteksi kasus campak secara dini dan mencegah penyebaran yang lebih luas. Petugas kesehatan secara rutin mengunjungi rumah-rumah warga untuk mencari kasus campak dan memberikan edukasi tentang pencegahan penyakit ini.
"Surveilans aktif sangat penting untuk mendeteksi kasus campak sejak dini dan mencegah terjadinya KLB yang lebih besar," kata Syamsuri.
Selain itu, Dinkes P2KB Sumenep juga meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam penanganan campak. Petugas kesehatan dilatih untuk mendiagnosis campak dengan cepat dan tepat, memberikan perawatan yang sesuai, dan melakukan pelacakan kontak untuk mencegah penyebaran penyakit.
"Kami terus meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam penanganan campak agar mereka dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat," jelas Syamsuri.
Pemerintah Kabupaten Sumenep juga mengalokasikan anggaran yang cukup untuk penanganan campak. Anggaran ini digunakan untuk membeli vaksin, obat-obatan, dan peralatan medis, serta untuk membiayai kegiatan sosialisasi, edukasi, dan surveilans.
"Kami berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran yang cukup untuk penanganan campak agar upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini dapat berjalan efektif," tegas Bupati Fauzi.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Pemerintah Kabupaten Sumenep berharap dapat segera mengatasi KLB campak dan melindungi kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak. Penanganan campak yang efektif membutuhkan kerjasama dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan bersatu, kita dapat mewujudkan Sumenep yang sehat dan sejahtera.