Manufaktur Antariksa Kejauhan, Kepala BRIN Fokus Genjot Remote Sensing

  • Maskobus
  • Aug 22, 2025

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengarahkan fokusnya pada pengembangan ekosistem remote sensing atau penginderaan jauh sebagai pilar utama dalam ekonomi keantariksaan Indonesia. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menekankan bahwa strategi ini lebih relevan dan memiliki potensi besar untuk dimaksimalkan di berbagai sektor industri, dibandingkan dengan langsung terjun ke manufaktur antariksa yang membutuhkan investasi dan waktu yang signifikan.

Handoko menjelaskan bahwa ekonomi antariksa di Indonesia sebenarnya sudah berjalan dengan baik, terutama dalam bidang telekomunikasi. Namun, ia melihat peluang besar dalam mengembangkan ekonomi antariksa berbasis citra dan data dari remote sensing. Hal ini disampaikan dalam diskusi panel bertajuk ‘Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia’ yang diadakan di Jakarta.

Menurut Handoko, Indonesia perlu menciptakan ekosistem antariksa yang baru dan sesuai dengan karakteristiknya sebagai negara kepulauan. Pemanfaatan remote sensing dinilai sebagai model ekonomi yang paling cocok, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor data remote sensing terbesar di dunia. Kebutuhan akan data ini sangat tinggi untuk berbagai keperluan, mulai dari pemantauan sumber daya alam, pengelolaan lingkungan, hingga mitigasi bencana.

Handoko menekankan bahwa Indonesia tidak bisa serta merta meniru model negara lain yang fokus pada manufaktur dan peluncuran satelit. Ia menilai bahwa pendekatan tersebut tidak akan relevan dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diwujudkan. Sebaliknya, dengan mengembangkan ekosistem remote sensing, Indonesia dapat memanfaatkan keunggulan geografisnya dan memenuhi kebutuhan domestik yang besar.

"Indonesia wilayahnya lebih banyak lautnya, sehingga tidak mungkin kita hidup tanpa data remote sensing, dan pembelian data remote sensing memerlukan biaya yang tidak murah karena luasnya wilayah Indonesia. Banyak customer memerlukan itu," ujar Handoko.

Manufaktur Antariksa Kejauhan, Kepala BRIN Fokus Genjot Remote Sensing

BRIN sendiri telah memberikan perhatian khusus pada pengembangan konstelasi satelit penginderaan jauh sejak tahun 2022. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada data impor dan menghemat anggaran negara. Bahkan, dalam jangka panjang, BRIN berharap Indonesia dapat menjadi salah satu pemasok data remote sensing terbesar di dunia.

"Jadi pilihan yang smart adalah kita kembangkan remote sensing, harus kita mainkan. Dan kita bahkan bisa menjadi pemasok data remote sensing terbesar di dunia, karena domestik marketnya saja sudah besar. Kita harus mulai dari hal yang seperti itu, yang memang sudah jelas domestik marketnya ada," tegas Handoko.

Mengapa Remote Sensing Lebih Relevan untuk Indonesia?

Keputusan BRIN untuk fokus pada remote sensing didasarkan pada beberapa pertimbangan strategis:

  1. Karakteristik Geografis Indonesia: Sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas, Indonesia sangat membutuhkan data remote sensing untuk memantau dan mengelola sumber daya alamnya. Data ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi perikanan, memantau kondisi terumbu karang, dan mengelola wilayah pesisir.
  2. Kebutuhan Domestik yang Besar: Berbagai sektor di Indonesia membutuhkan data remote sensing, termasuk pertanian, kehutanan, pertambangan, dan mitigasi bencana. Data ini dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan tanaman, mengidentifikasi lahan kritis, mendeteksi kebakaran hutan, dan memprediksi banjir.
  3. Potensi Ekonomi yang Tinggi: Pengembangan ekosistem remote sensing dapat menciptakan peluang ekonomi baru di berbagai bidang. Mulai dari pengembangan teknologi satelit, pengolahan dan analisis data, hingga penyediaan layanan berbasis data remote sensing.
  4. Ketergantungan pada Data Impor: Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada data remote sensing dari negara lain. Dengan mengembangkan konstelasi satelit sendiri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan ini dan menghemat anggaran negara.
  5. Keunggulan Kompetitif: Indonesia memiliki sumber daya manusia yang potensial untuk mengembangkan teknologi remote sensing. Selain itu, Indonesia juga memiliki posisi geografis yang strategis untuk menempatkan satelit penginderaan jauh.

Strategi BRIN dalam Mengembangkan Ekosistem Remote Sensing:

Untuk mewujudkan visinya, BRIN telah merumuskan beberapa strategi utama:

  1. Pengembangan Konstelasi Satelit Penginderaan Jauh: BRIN akan mengembangkan konstelasi satelit penginderaan jauh yang terdiri dari beberapa satelit dengan kemampuan yang berbeda-beda. Satelit-satelit ini akan dilengkapi dengan sensor yang canggih untuk menghasilkan data dengan resolusi tinggi dan akurasi yang tinggi.
  2. Pengembangan Infrastruktur Pengolahan Data: BRIN akan membangun infrastruktur pengolahan data yang modern dan terintegrasi. Infrastruktur ini akan digunakan untuk mengolah data dari satelit penginderaan jauh dan menghasilkan informasi yang berguna bagi berbagai pengguna.
  3. Pengembangan Sumber Daya Manusia: BRIN akan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang remote sensing melalui pelatihan, pendidikan, dan penelitian. BRIN juga akan menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya untuk mengembangkan teknologi remote sensing yang inovatif.
  4. Pengembangan Aplikasi dan Layanan: BRIN akan mengembangkan berbagai aplikasi dan layanan berbasis data remote sensing untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor. Aplikasi dan layanan ini akan dirancang agar mudah digunakan dan diakses oleh pengguna.
  5. Kemitraan dengan Sektor Swasta: BRIN akan menjalin kemitraan dengan sektor swasta untuk mengembangkan dan memasarkan produk dan layanan remote sensing. Kemitraan ini akan membantu mempercepat pengembangan ekosistem remote sensing dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
  6. Regulasi dan Kebijakan yang Mendukung: Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang mendukung pengembangan ekosistem remote sensing. Regulasi ini harus mencakup aspek perizinan, standar kualitas data, dan perlindungan data.
  7. Sosialisasi dan Edukasi: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat remote sensing. Sosialisasi dan edukasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti seminar, workshop, dan kampanye publik.

Tantangan dalam Pengembangan Ekosistem Remote Sensing:

Meskipun memiliki potensi yang besar, pengembangan ekosistem remote sensing di Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan:

  1. Keterbatasan Anggaran: Pengembangan satelit penginderaan jauh dan infrastruktur pengolahan data membutuhkan investasi yang besar. Keterbatasan anggaran dapat menghambat pengembangan ekosistem remote sensing.
  2. Keterbatasan Teknologi: Indonesia masih tertinggal dalam teknologi remote sensing dibandingkan dengan negara-negara maju. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk mengembangkan teknologi remote sensing yang inovatif.
  3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Jumlah tenaga ahli di bidang remote sensing masih terbatas. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang ini.
  4. Koordinasi Antar Lembaga: Pengembangan ekosistem remote sensing membutuhkan koordinasi yang baik antar lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Kurangnya koordinasi dapat menghambat pengembangan ekosistem ini.
  5. Keamanan Data: Data remote sensing sangat sensitif dan penting. Perlindungan data dari penyalahgunaan dan akses yang tidak sah sangat penting.

Kesimpulan:

Keputusan BRIN untuk fokus pada pengembangan ekosistem remote sensing merupakan langkah yang strategis dan relevan untuk Indonesia. Dengan memanfaatkan keunggulan geografis dan memenuhi kebutuhan domestik yang besar, Indonesia dapat menjadi salah satu pemain utama di pasar remote sensing global. Namun, untuk mewujudkan visi ini, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Selain itu, diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada. Dengan kerja keras dan kolaborasi, Indonesia dapat membangun ekosistem remote sensing yang kuat dan berkelanjutan, yang memberikan manfaat bagi pembangunan ekonomi dan sosial.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :