Masih Soal Kegagalan Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Pengamat: Problemnya Sudah Terlihat Sejak Piala AFF

  • Maskobus
  • Sep 16, 2025

Menurut Mohamad Kusnaeni, pengamat sepak bola yang cukup vokal dalam mengkritisi performa Timnas Indonesia, kegagalan Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 bukan merupakan fenomena yang tiba-tiba muncul. Akar permasalahan yang sama, menurutnya, sudah terlihat jelas sejak gelaran Piala AFF U-23 sebelumnya. Analisis Kusnaeni menyoroti satu aspek krusial dalam permainan sepak bola modern: variasi serangan. Ia menilai bahwa Timnas Indonesia U-23 tampil monoton dan mudah dibaca oleh lawan, sehingga strategi yang diterapkan menjadi tidak efektif.

"Jadi ibaratnya kalau kata orang sih, serangannya template jadi mudah dibaca. Yang kedua, serangannya template sehingga mudah diantisipasi dan ketika menghadapi situasi buntu enggak ada plan B, plan C, plan D-nya gitu," tukasnya, menggambarkan dengan lugas minimnya improvisasi dan adaptasi strategi yang ditunjukkan oleh tim.

Kusnaeni melanjutkan, "Kalau tim itu kan selalu harus mempersiapkan diri menghadapi lawan mana pun. Ada kemungkinan lawan sudah tahu apa yang akan dilakukan dan mereka menyiapkan kontra strateginya. Ketika itu terjadi, harus ada perubahan taktik berjalan dari plan A ke plan B, plan C, dan seterusnya," katanya menambahkan, menekankan pentingnya fleksibilitas taktik dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di lapangan.

"Nah, yang saya lihat di tim U-23 kemarin kita kurang mampu mengubah situasi di lapangan ketika skenario A tidak berjalan," tutupnya, merangkum inti dari kritiknya terhadap kemampuan tim dalam beradaptasi dengan perubahan situasi di lapangan.

Masih Soal Kegagalan Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Pengamat: Problemnya Sudah Terlihat Sejak Piala AFF

Analisis mendalam dari Kusnaeni ini membuka mata kita terhadap beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian serius bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Kegagalan Timnas U-23 bukan sekadar kekalahan di sebuah turnamen, melainkan cerminan dari masalah yang lebih mendalam dalam persiapan, strategi, dan mentalitas tim. Mari kita bedah lebih lanjut poin-poin krusial yang diangkat oleh Kusnaeni:

1. Monotonnya Variasi Serangan: Sebuah Resep untuk Kegagalan

Dalam sepak bola modern, tim yang hanya mengandalkan satu atau dua pola serangan akan mudah diatasi oleh lawan. Tim-tim besar di dunia selalu memiliki beragam variasi serangan, mulai dari umpan-umpan pendek yang membelah pertahanan lawan, umpan silang dari sayap, hingga tendangan jarak jauh yang mematikan. Timnas Indonesia U-23, sayangnya, dinilai kurang memiliki variasi dalam menyerang. Mereka cenderung mengandalkan pola yang sama berulang-ulang, sehingga mudah dibaca dan diantisipasi oleh lawan.

Kurangnya variasi serangan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, keterbatasan kualitas pemain. Mungkin saja para pemain Timnas U-23 belum memiliki kemampuan teknis yang mumpuni untuk melakukan variasi serangan yang lebih kompleks. Kedua, kurangnya latihan taktik. Pelatih mungkin tidak memberikan cukup latihan tentang variasi serangan, sehingga para pemain hanya terbiasa dengan pola yang itu-itu saja. Ketiga, kurangnya kreativitas pemain. Para pemain mungkin kurang memiliki inisiatif untuk menciptakan variasi serangan sendiri di lapangan.

2. Pentingnya "Plan B, Plan C, Plan D" dalam Sepak Bola Modern

Dalam setiap pertandingan sepak bola, selalu ada kemungkinan bahwa strategi awal yang telah disiapkan tidak berjalan sesuai rencana. Lawan mungkin bermain lebih baik dari yang diperkirakan, atau ada faktor-faktor non-teknis seperti cuaca atau keputusan wasit yang merugikan tim. Oleh karena itu, sangat penting bagi sebuah tim untuk memiliki "plan B, plan C, plan D," yaitu strategi alternatif yang bisa diterapkan ketika strategi awal tidak efektif.

"Plan B" bisa berupa perubahan formasi, perubahan taktik, atau pergantian pemain. Misalnya, jika tim kesulitan menembus pertahanan lawan dengan umpan-umpan pendek, pelatih bisa mengubah taktik dengan menginstruksikan para pemain untuk lebih banyak melakukan umpan silang dari sayap. Atau, jika seorang pemain kunci mengalami cedera, pelatih bisa menggantinya dengan pemain lain yang memiliki kemampuan yang berbeda.

Kemampuan untuk mengubah taktik di tengah pertandingan adalah salah satu ciri tim yang hebat. Tim-tim besar di dunia selalu memiliki pelatih yang cerdas dan mampu membaca situasi di lapangan dengan cepat. Mereka juga memiliki pemain-pemain yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan taktik.

3. Kurangnya Kemampuan Beradaptasi di Lapangan

Kusnaeni menyoroti bahwa Timnas Indonesia U-23 kurang mampu mengubah situasi di lapangan ketika "skenario A" tidak berjalan. Ini menunjukkan bahwa tim kurang memiliki kemampuan beradaptasi. Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi. Dalam sepak bola, perubahan situasi bisa terjadi kapan saja, baik karena faktor teknis maupun non-teknis.

Tim yang memiliki kemampuan beradaptasi yang baik akan mampu mengatasi perubahan situasi dengan cepat dan efektif. Mereka tidak akan terpaku pada satu strategi, tetapi akan mampu mencari solusi alternatif ketika strategi awal tidak berjalan. Kemampuan beradaptasi ini sangat penting untuk meraih kemenangan dalam pertandingan sepak bola.

Kurangnya kemampuan beradaptasi Timnas Indonesia U-23 bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya pengalaman bermain di level internasional. Para pemain mungkin belum terbiasa dengan tekanan dan intensitas pertandingan di level internasional. Kedua, kurangnya komunikasi antar pemain. Para pemain mungkin kurang berkomunikasi dengan baik di lapangan, sehingga sulit untuk berkoordinasi dalam mengubah taktik. Ketiga, kurangnya kepercayaan diri. Para pemain mungkin kurang percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri, sehingga ragu-ragu dalam mengambil keputusan di lapangan.

Implikasi dan Rekomendasi

Analisis Kusnaeni ini memberikan implikasi yang signifikan bagi pengembangan sepak bola Indonesia. Kegagalan Timnas U-23 bukan hanya sekadar masalah teknis, tetapi juga masalah mentalitas dan persiapan. Untuk memperbaiki performa Timnas Indonesia di masa depan, perlu dilakukan beberapa langkah konkret:

  • Peningkatan Kualitas Pemain: Peningkatan kualitas pemain harus dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari pembinaan usia dini hingga level profesional. Para pemain harus dilatih dengan teknik yang benar, taktik yang variatif, dan fisik yang prima.
  • Peningkatan Kualitas Pelatih: Pelatih juga harus terus meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti kursus-kursus kepelatihan dan mempelajari taktik-taktik terbaru. Pelatih harus mampu merancang strategi yang efektif, memotivasi pemain, dan membuat keputusan yang tepat di lapangan.
  • Peningkatan Fasilitas: Fasilitas latihan dan pertandingan juga perlu ditingkatkan. Lapangan yang bagus, peralatan yang modern, dan dukungan medis yang memadai akan sangat membantu para pemain dalam mengembangkan kemampuan mereka.
  • Peningkatan Mentalitas: Mentalitas pemain juga perlu diperkuat. Para pemain harus memiliki mental juara, tidak mudah menyerah, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik.
  • Evaluasi yang Menyeluruh: Setelah setiap turnamen, perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan tim. Hasil evaluasi ini harus dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan di masa depan.

Dengan melakukan langkah-langkah konkret ini, diharapkan Timnas Indonesia akan mampu meraih prestasi yang lebih baik di masa depan. Kegagalan di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 harus dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk berbenah diri dan mempersiapkan diri lebih baik lagi di turnamen-turnamen mendatang. Sepak bola Indonesia memiliki potensi yang besar, dan dengan kerja keras dan dukungan dari semua pihak, bukan tidak mungkin Indonesia akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di level Asia dan dunia. Kegagalan ini adalah cambuk untuk bangkit dan berbenah demi masa depan sepak bola Indonesia yang lebih gemilang.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :