TANGERANG, KOMPAS.com (5 September 2025) – Kementerian Agama (Kemenag) RI di bawah kepemimpinan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar tengah merancang inisiatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren di Indonesia. Salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah pengembangan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ikhlas Assalam di Tangerang dengan mengadopsi kurikulum internasional Cambridge. Rencana ini diumumkan Menag Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan dalam acara Dzikir dan Doa Bersama untuk Negeri yang diselenggarakan di Ponpes Al Ikhlas Assalam pada Selasa, 2 September 2025.
Inisiatif ini merupakan respons terhadap kebutuhan untuk mempersiapkan generasi muda Islam Indonesia agar mampu bersaing di kancah global. Menag Nasaruddin Umar menekankan bahwa penerapan standar Cambridge di Ponpes Al Ikhlas Assalam bertujuan untuk memberikan para santri bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia modern, tanpa meninggalkan nilai-nilai agama dan tradisi pesantren yang luhur.
"Penerapan standar Cambridge penting agar santri memiliki daya saing global," tegas Menag Nasaruddin Umar. Pernyataan ini mencerminkan visi Kemenag untuk menciptakan lulusan pesantren yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Lebih lanjut, Menag Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa kurikulum internasional Cambridge akan diintegrasikan ke dalam Madrasah Aliyah (MA) di Ponpes Al Ikhlas Assalam. Dengan demikian, para santri akan memiliki kesempatan untuk memperoleh sertifikasi Cambridge yang diakui secara internasional, sehingga memudahkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ternama di luar negeri.
"Kami bercita-cita menjadikan Ponpes Al Ikhlas terbaik di Tangerang. Nantinya Madrasah Aliyah di sini akan berstandar Cambridge, sehingga santri tidak perlu lagi jauh-jauh tes bahasa Inggris hanya untuk sekolah ke luar negeri," ungkapnya. Hal ini menunjukkan komitmen Kemenag untuk memfasilitasi akses pendidikan berkualitas bagi para santri, sehingga mereka memiliki peluang yang sama dengan siswa dari sekolah-sekolah umum lainnya.
Selain itu, Menag Nasaruddin Umar juga menyoroti perbedaan mendasar antara madrasah dan sekolah umum. Menurutnya, sekolah umum adalah tempat mencari ilmu dari guru, sedangkan madrasah merupakan tempat mencari ilmu Allah melalui guru sebagai perantara. Perbedaan ini terletak pada pendekatan pembelajaran yang lebih holistik dan integratif di madrasah, yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
"Kalau di sekolah, proses belajar hanya sekadar transfer ilmu. Tapi di madrasah, ada tazkiyah atau pembersihan diri sebelum ta’lim (belajar). Itulah sebabnya, ilmu yang diperoleh santri lebih barokah," jelas Menag Nasaruddin Umar. Konsep tazkiyah atau pembersihan diri merupakan bagian integral dari pendidikan di pesantren, yang bertujuan untuk membersihkan hati dan pikiran para santri dari segala bentuk penyakit hati, seperti riya, ujub, dan takabur. Dengan demikian, ilmu yang diperoleh akan lebih bermanfaat dan membawa keberkahan bagi diri sendiri dan orang lain.
Menag Nasaruddin Umar juga mencontohkan praktik-praktik baik yang dilakukan oleh para guru madrasah sebelum memulai proses pembelajaran, seperti berdoa, shalat sunah, membaca Al-Fatihah, dan meniatkan diri dengan tulus agar ilmu yang disampaikan membawa keberkahan bagi para santri. Praktik-praktik ini mencerminkan nilai-nilai spiritualitas dan etika yang dijunjung tinggi dalam pendidikan pesantren.
Lebih lanjut, Menag Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa banyak lulusan madrasah yang berhasil meraih prestasi gemilang di perguruan tinggi ternama di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan madrasah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif.
"Sarjana teladan di UGM, ITB, maupun Unisma Malang ternyata banyak dari kalangan anak madrasah yang hafal Al-Qur’an," ujarnya. Pernyataan ini memberikan gambaran bahwa lulusan madrasah memiliki keunggulan tersendiri, yaitu penguasaan ilmu agama yang mendalam dan kemampuan menghafal Al-Qur’an. Keunggulan ini menjadi modal penting bagi mereka untuk meraih kesuksesan di berbagai bidang.
Menag Nasaruddin Umar berharap bahwa kehadiran Ponpes Al Ikhlas Assalam dengan kurikulum Cambridge dapat menjadi pusat kaderisasi generasi berilmu sekaligus berakhlak. Ia meyakini bahwa pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter bangsa dan mempersiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan global dengan berlandaskan nilai-nilai agama dan moralitas.
Inisiatif pengembangan Ponpes Al Ikhlas Assalam dengan standar Cambridge ini sejalan dengan program prioritas Kemenag dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam di Indonesia. Kemenag berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan pesantren dan madrasah agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing, dan berakhlak mulia.
Selain itu, Kemenag juga mendorong pesantren dan madrasah untuk melakukan inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan tantangan global. Hal ini dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan guru, pengembangan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dengan adanya inisiatif ini, diharapkan Ponpes Al Ikhlas Assalam dapat menjadi model bagi pesantren-pesantren lain di Indonesia dalam mengembangkan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan tuntutan zaman. Kemenag juga berharap bahwa semakin banyak pesantren yang mengikuti jejak Ponpes Al Ikhlas Assalam, sehingga mutu pendidikan Islam di Indonesia semakin meningkat dan mampu menghasilkan generasi muda yang berpotensi dan berdaya saing global.
Penerapan kurikulum Cambridge di pesantren juga diharapkan dapat meningkatkan citra pesantren sebagai lembaga pendidikan yang modern dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Selama ini, pesantren seringkali dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tradisional dan kurang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum. Namun, dengan adanya inisiatif ini, diharapkan masyarakat dapat melihat bahwa pesantren juga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif.
Selain itu, inisiatif ini juga diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren. Dengan adanya kurikulum Cambridge, pesantren menjadi lebih menarik bagi orang tua yang ingin memberikan pendidikan yang berkualitas dan berorientasi global kepada anak-anak mereka, tanpa meninggalkan nilai-nilai agama dan tradisi pesantren yang luhur.
Kemenag juga menyadari bahwa pengembangan pesantren dengan standar Cambridge membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Oleh karena itu, Kemenag mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung inisiatif ini, sehingga dapat berjalan dengan sukses dan memberikan manfaat yang optimal bagi para santri dan masyarakat.
Dengan kerjasama yang baik antara semua pihak, Kemenag yakin bahwa pesantren di Indonesia dapat menjadi lembaga pendidikan yang unggul dan mampu menghasilkan generasi muda yang berilmu, berakhlak mulia, dan berdaya saing global. Hal ini sejalan dengan visi Kemenag untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang religius, cerdas, dan sejahtera.
Inisiatif Menag Nasaruddin Umar untuk mengembangkan pesantren berstandar Cambridge di Tangerang merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia dan mempersiapkan generasi muda yang mampu bersaing di era globalisasi. Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi pesantren-pesantren lain di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi dan meningkatkan mutu pendidikan mereka, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing, dan berakhlak mulia.