Mengenal Fenomena Sharenting, Orangtua Hobi Pamer Anak di Medsos

  • Maskobus
  • Sep 09, 2025

Fenomena sharenting, sebuah istilah yang merujuk pada kebiasaan orang tua yang gemar membagikan foto dan video anak-anak mereka di platform media sosial, telah menjadi topik perdebatan hangat dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun banyak orang tua menganggap praktik ini sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan cara untuk mendokumentasikan tumbuh kembang anak, sharenting juga memunculkan berbagai kekhawatiran terkait privasi, keamanan, dan bahkan kesehatan mental anak. Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena sharenting, menyoroti alasan di balik popularitasnya, risiko yang terkait dengannya, serta memberikan panduan bagi orang tua untuk melakukan sharenting secara bijak dan bertanggung jawab.

Mengapa Sharenting Begitu Populer?

Ada beberapa faktor yang mendorong popularitas sharenting di kalangan orang tua. Pertama, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok menawarkan cara mudah dan cepat untuk berbagi momen-momen penting dalam hidup, termasuk perkembangan anak. Bagi banyak orang tua, media sosial adalah cara untuk terhubung dengan teman dan keluarga yang tinggal jauh, serta untuk mendapatkan dukungan dan saran dari komunitas parenting online.

Kedua, sharenting sering kali didorong oleh keinginan untuk mendapatkan validasi dan pengakuan dari orang lain. Foto dan video anak yang lucu, menggemaskan, atau berprestasi dapat memicu banjir "like" dan komentar positif, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri orang tua. Dalam beberapa kasus, sharenting bahkan dapat menjadi cara untuk membangun "personal branding" sebagai orang tua yang sukses dan ideal.

Mengenal Fenomena Sharenting, Orangtua Hobi Pamer Anak di Medsos

Ketiga, beberapa orang tua percaya bahwa sharenting dapat memberikan manfaat bagi anak di masa depan. Mereka berpendapat bahwa dengan mendokumentasikan kehidupan anak secara online, mereka dapat menciptakan "warisan digital" yang berharga yang dapat dinikmati anak di kemudian hari. Selain itu, beberapa orang tua berharap bahwa popularitas anak di media sosial dapat membuka peluang karir di bidang hiburan atau modeling.

Risiko Sharenting yang Perlu Diwaspadai

Meskipun sharenting dapat menawarkan beberapa manfaat, penting bagi orang tua untuk menyadari risiko yang terkait dengan praktik ini. Berikut adalah beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai:

  • Pelanggaran Privasi: Salah satu risiko terbesar sharenting adalah pelanggaran privasi anak. Ketika orang tua membagikan foto dan video anak di media sosial, mereka kehilangan kendali atas bagaimana informasi tersebut digunakan. Foto dan video tersebut dapat disalin, dibagikan ulang, atau bahkan dimanipulasi oleh orang lain tanpa izin. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa tidak nyaman, malu, atau bahkan trauma di kemudian hari.

  • Pencurian Identitas: Informasi pribadi yang dibagikan melalui sharenting, seperti nama lengkap anak, tanggal lahir, alamat, dan sekolah, dapat digunakan oleh pelaku kejahatan untuk mencuri identitas anak. Pencurian identitas dapat menyebabkan masalah keuangan, hukum, dan sosial bagi anak di masa depan.

  • Eksploitasi Anak: Foto dan video anak yang dibagikan secara online dapat dieksploitasi oleh pedofil atau pelaku kejahatan seksual lainnya. Mereka dapat menggunakan gambar-gambar tersebut untuk membuat konten pornografi anak, melakukan pelecehan online, atau bahkan menculik anak.

  • Cyberbullying: Anak-anak yang sering muncul di media sosial rentan menjadi sasaran cyberbullying. Mereka dapat diejek, dihina, atau diancam oleh teman sebaya atau orang asing karena penampilan, perilaku, atau prestasi mereka. Cyberbullying dapat menyebabkan anak merasa cemas, depresi, atau bahkan bunuh diri.

  • Tekanan dan Rendahnya Harga Diri: Sharenting dapat menciptakan tekanan bagi anak untuk selalu tampil sempurna di depan kamera. Mereka mungkin merasa harus selalu tersenyum, berpakaian bagus, dan berprestasi tinggi agar mendapatkan "like" dan komentar positif. Tekanan ini dapat menyebabkan anak merasa tidak cukup baik dan menurunkan harga diri mereka.

  • Dampak pada Hubungan Orang Tua-Anak: Sharenting dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak jika anak merasa bahwa privasi mereka dilanggar atau bahwa mereka dieksploitasi untuk kepentingan orang tua. Anak mungkin merasa tidak dihargai, tidak didengarkan, atau bahkan dikhianati oleh orang tua mereka.

  • Reputasi Online yang Permanen: Informasi yang dibagikan secara online bersifat permanen. Foto dan video anak yang dibagikan hari ini dapat menghantui mereka di masa depan, memengaruhi peluang karir, hubungan sosial, atau bahkan kehidupan pribadi mereka.

Tips Sharenting yang Bijak dan Bertanggung Jawab

Untuk meminimalkan risiko sharenting, penting bagi orang tua untuk melakukan praktik ini secara bijak dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa tips yang dapat diikuti:

  • Minta Izin Anak: Sebelum membagikan foto atau video anak di media sosial, selalu minta izin mereka terlebih dahulu, terutama jika anak sudah cukup besar untuk memahami konsep privasi. Jelaskan kepada anak mengapa Anda ingin membagikan foto atau video tersebut dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Jika anak tidak nyaman, hormati keputusan mereka.

  • Batasi Informasi Pribadi: Hindari membagikan informasi pribadi anak, seperti nama lengkap, tanggal lahir, alamat, sekolah, atau nomor telepon. Informasi ini dapat digunakan oleh pelaku kejahatan untuk mencuri identitas anak atau melakukan kejahatan lainnya.

  • Periksa Pengaturan Privasi: Pastikan Anda telah mengatur pengaturan privasi media sosial Anda dengan benar. Batasi siapa saja yang dapat melihat foto dan video anak Anda. Pertimbangkan untuk membuat akun pribadi yang hanya dapat diakses oleh teman dan keluarga dekat.

  • Berpikir Dua Kali Sebelum Membagikan: Sebelum membagikan foto atau video anak, pikirkan dua kali apakah konten tersebut pantas untuk dipublikasikan. Hindari membagikan foto atau video yang memalukan, vulgar, atau berpotensi merugikan anak.

  • Hormati Batasan Anak: Jika anak Anda tidak ingin difoto atau direkam, hormati batasan mereka. Jangan memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai.

  • Perhatikan Dampak Emosional: Perhatikan bagaimana sharenting memengaruhi emosi dan harga diri anak Anda. Jika anak Anda merasa cemas, tertekan, atau tidak nyaman dengan praktik ini, hentikan sharenting atau cari bantuan profesional.

  • Didik Anak tentang Keamanan Online: Ajarkan anak Anda tentang risiko yang terkait dengan media sosial dan cara melindungi diri mereka sendiri secara online. Ajarkan mereka untuk tidak membagikan informasi pribadi kepada orang asing, untuk tidak mengklik tautan yang mencurigakan, dan untuk melaporkan perilaku cyberbullying.

  • Tinjau Ulang Konten Secara Berkala: Luangkan waktu untuk meninjau ulang konten yang telah Anda bagikan tentang anak Anda di media sosial. Hapus foto dan video yang sudah tidak relevan atau yang berpotensi merugikan anak.

  • Jadilah Contoh yang Baik: Jadilah contoh yang baik bagi anak Anda dalam menggunakan media sosial. Tunjukkan kepada mereka bagaimana menggunakan media sosial secara bertanggung jawab dan etis.

Kesimpulan

Sharenting adalah fenomena kompleks yang menawarkan manfaat dan risiko. Dengan memahami risiko yang terkait dengan sharenting dan mengikuti tips yang disebutkan di atas, orang tua dapat melakukan praktik ini secara bijak dan bertanggung jawab. Ingatlah bahwa privasi, keamanan, dan kesejahteraan anak harus selalu menjadi prioritas utama. Sebelum membagikan apa pun tentang anak Anda di media sosial, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini benar-benar untuk kepentingan terbaik anak saya?" Dengan pendekatan yang bijaksana dan penuh pertimbangan, orang tua dapat mendokumentasikan momen-momen berharga dalam kehidupan anak mereka tanpa mengorbankan privasi dan keamanan mereka.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :