Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Presiden terpilih, Prabowo Subianto, memiliki visi ambisius untuk meningkatkan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Prabowo meminta agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuka 500 Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama (RSPPU) yang fokus pada pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (hospital based). Target ini diharapkan dapat tercapai paling lambat pada tahun 2030.
Permintaan Prabowo ini dilatarbelakangi oleh proyeksi Kemenkes yang bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), serta kementerian dan lembaga terkait lainnya. Hasil proyeksi menunjukkan adanya kesenjangan (gap) yang signifikan, yakni kekurangan sekitar 70.000 dokter spesialis di Indonesia. Sementara itu, sistem pendidikan dokter spesialis yang ada saat ini hanya mampu menghasilkan sekitar 2.700 dokter spesialis setiap tahunnya.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa dengan laju produksi dokter spesialis saat ini, Indonesia membutuhkan waktu sekitar 25 hingga 26 tahun untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Oleh karena itu, reformasi sistem pendidikan dokter spesialis menjadi suatu keharusan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah melalui pendekatan hospital based, yang diharapkan dapat mempercepat proses pendidikan dan menghasilkan lebih banyak dokter spesialis berkualitas.
"Sampai Indonesia ulang tahun ke-100 juga belum kekejar kalau kita tidak melakukan reformasi dari sistem pendidikan dokter spesialis ini," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Rabu, 27 Agustus 2025, menekankan urgensi perubahan sistem pendidikan dokter spesialis.
Konsekuensi dari kekurangan dokter spesialis yang berkelanjutan akan dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama dalam hal akses terhadap layanan kesehatan. Masyarakat di daerah terpencil akan semakin sulit mendapatkan pengobatan yang memadai. Selain itu, antrean panjang di rumah sakit akan menjadi pemandangan umum karena jumlah dokter yang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan.
Saat ini, sudah terdapat 52 peserta yang terlibat dalam program RSPPU, termasuk Rumah Sakit Harapan Kita. Menkes Budi Gunadi Sadikin telah melaporkan kepada Presiden Prabowo mengenai target yang ingin dicapai. Awalnya, Kemenkes menargetkan sekitar 300 RSPPU, belajar dari negara lain seperti Inggris (600 RSPPU) dan Amerika Serikat (900 RSPPU). Namun, Presiden Prabowo menginginkan target yang lebih tinggi, yaitu 500 RSPPU pada tahun 2030.
"Tapi Pak Presiden bilang, Pak Menkes saya nggak mau, saya mau lihat 500 RS pendidikan di 2030. Saya nggak berani janji, tapi saya usahakan," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, menggambarkan respons Presiden Prabowo terhadap usulan tersebut.
Untuk mencapai target ambisius ini, pemerintah berencana menggandeng Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME) International. ACGME International merupakan lembaga akreditasi internasional yang memiliki pengalaman dalam meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran di berbagai negara, termasuk Singapura dan India.
Singapura telah berhasil meningkatkan jumlah produksi dokter spesialis hingga 1,8 kali lipat setiap tahunnya setelah bekerja sama dengan ACGME. Sementara itu, India mencatat peningkatan yang lebih signifikan, yaitu sekitar 4 kali lipat, dari semula 26.000 dokter spesialis per tahun menjadi 64.000 dokter spesialis per tahun. Keberhasilan kedua negara ini menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dokter spesialis.
Menkes Budi Gunadi Sadikin optimistis bahwa pembukaan lebih dari 300 RSPPU tidak akan menurunkan standar kualitas pendidikan. Ia menekankan bahwa Kemenkes akan tetap berpegang pada standar akreditasi internasional dan terus meningkatkan kualitas pendidikan dokter spesialis.
"Dan itu tanpa mengurangi standar, malah kita tingkatkan cara rekrutmennya, pendidikannya, tidak ada bullying, tidak ada pemerasan, kualitas pendidikan, transparansi, outcomenya seperti apa," tegas Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Selain itu, Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan bebas dari diskriminasi. Ia memastikan bahwa proses rekrutmen dan pendidikan dokter spesialis akan dilakukan secara transparan dan adil, tanpa memandang ras, agama, atau latar belakang lainnya.
"Tidak ada diskriminasi dari ras agama ataupun yang lain, itu harus benar-benar bisa kita menjaga, meminta ACGME," imbuhnya.
Prioritas utama dalam pembukaan RSPPU adalah untuk 7 spesialis dasar, termasuk obstetri dan ginekologi (obgyn), radiologi, spesialis penyakit dalam, spesialis saraf, dan kardiologi. Ketujuh spesialis ini dianggap sebagai fondasi penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan memiliki peran krusial dalam menangani berbagai penyakit yang umum terjadi di masyarakat.
Dengan adanya komitmen dari Presiden terpilih Prabowo Subianto dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Indonesia dapat segera mengatasi kekurangan dokter spesialis dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Reformasi sistem pendidikan dokter spesialis melalui pendekatan hospital based dan kerja sama dengan lembaga akreditasi internasional seperti ACGME International menjadi langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut.
Inisiatif ini bukan hanya tentang memenuhi kuantitas dokter spesialis, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dan memastikan bahwa setiap dokter spesialis yang dihasilkan memiliki kompetensi yang mumpuni dan siap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Keberhasilan program ini akan membawa dampak positif yang signifikan bagi sistem kesehatan Indonesia. Masyarakat akan lebih mudah mengakses layanan kesehatan yang berkualitas, antrean di rumah sakit akan berkurang, dan kesenjangan pelayanan kesehatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan akan semakin dipersempit.
Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai, termasuk anggaran, infrastruktur, dan tenaga pengajar yang berkualitas. Selain itu, perlu ada koordinasi yang baik antara Kemenkes, rumah sakit pendidikan, universitas, dan lembaga terkait lainnya untuk memastikan program ini berjalan efektif dan efisien.
Dengan kerja keras, komitmen, dan kolaborasi dari semua pihak, diharapkan visi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membuka 500 RS pendidikan dan mencetak lebih banyak dokter spesialis dapat terwujud, membawa Indonesia menuju sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkualitas.