Menperin Buka Suara Soal PHK di Industri Komponen Otomotif

  • Maskobus
  • Sep 03, 2025

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita angkat bicara mengenai isu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menghantui industri komponen otomotif, dampak dari lesunya pasar otomotif nasional. Menperin mengakui bahwa situasi ini dipicu oleh sejumlah faktor kompleks. Namun, pemerintah berupaya menanggulangi masalah ini dengan meminta para investor untuk tidak hanya fokus pada peningkatan investasi dan perluasan produksi di Indonesia, tetapi juga berkomitmen untuk memperluas pasar ekspor otomotif Indonesia.

"Saya ini kan setiap datang ke negara-negara lain sebagai prinsipal (investor). Saya juga minta kepada mereka selalu komitmen mereka untuk memperluas pasar otomotif dari Indonesia," ujar Agus di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, Rabu (3/9/2025).

Menperin tidak menyangkal bahwa pasar otomotif nasional sedang menghadapi tantangan yang signifikan. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) secara berulang kali meminta para pelaku industri otomotif untuk menghindari PHK, sembari berupaya untuk menghidupkan kembali gairah pasar.

"Dan kalau kita lihat, saya berterima kasih kepada para pelaku usaha sektor manufaktur yang kita lihat dalam datanya walaupun penjualannya sudah turun dan sebagainya, mereka belum melakukan PHK," pungkasnya.

Menperin Buka Suara Soal PHK di Industri Komponen Otomotif

Aktivitas Industri Komponen Otomotif Melambat, Gelombang PHK Mengancam

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), Rachmad Basuki, mengonfirmasi adanya efisiensi produksi di beberapa perusahaan rantai pasok otomotif sebagai akibat dari penurunan pasar domestik.

"Efisiensi sudah pasti, hampir di semua supplier. Ini sebagai cara bertahan, terutama industri komponen yang tidak punya kemampuan ekspor, jadi hanya mengandalkan keperluan produksi dalam negeri. Beberapa yang info ke GIAMM sudah ada (melakukan PHK)," ungkap Rachmad kepada kumparan, Rabu (27/8/2025).

Fenomena PHK ini diduga kuat sebagai akibat dari performa penjualan kendaraan roda empat atau lebih yang mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Terutama pada model-model yang telah dirakit secara lokal atau Completely Knocked Down (CKD).

Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa akumulasi distribusi komponen otomotif selama tahun 2022 mencapai 1.048.040 unit. Namun, angka ini mengalami penurunan pada tahun 2023 menjadi 1.005.802 unit, dan kembali merosot pada tahun 2024 menjadi 865.723 unit.

Selain itu, aktivitas impor mobil utuh atau Completely Built Up (CBU) juga ditengarai menjadi faktor lain yang berkontribusi terhadap pemberlakuan PHK di industri komponen otomotif dalam negeri.

Analisis Mendalam: Faktor-Faktor Pemicu PHK dan Dampaknya

Gelombang PHK di industri komponen otomotif merupakan isu kompleks yang dipicu oleh kombinasi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Memahami akar permasalahan ini sangat penting untuk merumuskan solusi yang efektif dan berkelanjutan.

  • Penurunan Permintaan Domestik: Penurunan daya beli masyarakat, perubahan preferensi konsumen, dan faktor ekonomi makro seperti inflasi dan suku bunga yang tinggi, telah berkontribusi pada penurunan permintaan kendaraan bermotor di pasar domestik. Hal ini secara langsung berdampak pada permintaan komponen otomotif dari para produsen lokal.
  • Persaingan dengan Produk Impor: Serangan produk impor, terutama mobil CBU, memberikan tekanan kompetitif yang signifikan terhadap industri otomotif dalam negeri. Harga yang lebih kompetitif dan fitur-fitur yang lebih menarik pada mobil impor seringkali menjadi daya tarik bagi konsumen, sehingga mengurangi pangsa pasar mobil produksi lokal.
  • Transisi ke Kendaraan Listrik (EV): Industri otomotif global sedang mengalami transisi besar-besaran menuju kendaraan listrik. Perubahan ini menuntut investasi besar dalam teknologi baru, infrastruktur pengisian daya, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidang EV. Perusahaan komponen otomotif yang terlambat beradaptasi dengan tren ini berisiko kehilangan daya saing dan mengalami penurunan permintaan.
  • Ketergantungan pada Pasar Domestik: Banyak perusahaan komponen otomotif di Indonesia masih sangat bergantung pada pasar domestik. Kurangnya diversifikasi pasar ekspor membuat mereka rentan terhadap fluktuasi permintaan di dalam negeri.
  • Efisiensi dan Otomatisasi: Penerapan teknologi otomasi dan digitalisasi di sektor manufaktur otomotif telah meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan otomotif terpaksa melakukan PHK untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas.
  • Regulasi Pemerintah: Kebijakan pemerintah, seperti regulasi pajak, insentif, dan standar emisi, dapat mempengaruhi daya saing industri otomotif. Kebijakan yang kurang mendukung dapat menghambat pertumbuhan industri dan memicu PHK.

Dampak PHK terhadap Perekonomian Nasional

PHK di industri komponen otomotif memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian nasional, antara lain:

  • Peningkatan Pengangguran: PHK menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran, yang dapat memicu masalah sosial dan ekonomi lainnya, seperti kemiskinan dan kriminalitas.
  • Penurunan Daya Beli Masyarakat: Kehilangan pekerjaan mengurangi pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya menurunkan daya beli dan konsumsi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
  • Penurunan Penerimaan Pajak: PHK mengurangi jumlah pekerja yang membayar pajak, sehingga menurunkan penerimaan negara dari sektor pajak penghasilan (PPh).
  • Gangguan pada Rantai Pasok: PHK dapat mengganggu rantai pasok otomotif, yang dapat mempengaruhi produksi kendaraan bermotor dan kinerja industri terkait lainnya.
  • Kerugian Investasi: PHK dapat merusak reputasi Indonesia sebagai tujuan investasi yang menarik, dan dapat menghambat masuknya investasi baru di sektor otomotif.

Solusi dan Upaya Pemerintah

Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah PHK di industri komponen otomotif, antara lain:

  • Mendorong Ekspor: Pemerintah berupaya untuk mendorong ekspor produk otomotif Indonesia ke pasar global. Hal ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti pemberian insentif ekspor, promosi dagang, dan negosiasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara mitra.
  • Meningkatkan Daya Saing: Pemerintah berupaya untuk meningkatkan daya saing industri otomotif dalam negeri melalui berbagai cara, seperti pemberian insentif investasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan infrastruktur yang mendukung.
  • Mendorong Investasi di Sektor EV: Pemerintah memberikan insentif dan dukungan untuk menarik investasi di sektor kendaraan listrik. Hal ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan industri otomotif yang berkelanjutan.
  • Memperkuat Pasar Domestik: Pemerintah berupaya untuk memperkuat pasar domestik melalui berbagai cara, seperti pemberian insentif untuk pembelian kendaraan bermotor, peningkatan infrastruktur transportasi, dan pengembangan pariwisata.
  • Dialog dengan Industri: Pemerintah secara rutin melakukan dialog dengan para pelaku industri otomotif untuk memahami masalah yang mereka hadapi dan mencari solusi bersama.

Rekomendasi untuk Industri Komponen Otomotif

Selain upaya pemerintah, industri komponen otomotif juga perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi tantangan yang ada, antara lain:

  • Diversifikasi Pasar: Perusahaan-perusahaan komponen otomotif perlu melakukan diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada pasar domestik.
  • Inovasi Produk: Perusahaan-perusahaan komponen otomotif perlu melakukan inovasi produk untuk menghasilkan produk-produk yang lebih berkualitas, efisien, dan ramah lingkungan.
  • Peningkatan Efisiensi: Perusahaan-perusahaan komponen otomotif perlu meningkatkan efisiensi produksi untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan profitabilitas.
  • Pengembangan Sumber Daya Manusia: Perusahaan-perusahaan komponen otomotif perlu mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang teknologi otomotif terbaru, seperti EV dan teknologi digital.
  • Kemitraan Strategis: Perusahaan-perusahaan komponen otomotif perlu menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan otomotif global untuk meningkatkan akses ke pasar, teknologi, dan modal.

Kesimpulan

Gelombang PHK di industri komponen otomotif merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan yang komprehensif dan terkoordinasi dari pemerintah, industri, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan memahami akar permasalahan, mengambil langkah-langkah proaktif, dan menjalin kemitraan yang kuat, industri komponen otomotif Indonesia dapat mengatasi tantangan yang ada dan tumbuh menjadi industri yang lebih kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan. Pemerintah harus terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, memberikan insentif yang tepat, dan memfasilitasi inovasi dan pengembangan teknologi di sektor otomotif. Industri komponen otomotif juga perlu berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan efisiensi produksi, dan melakukan diversifikasi pasar untuk mengurangi ketergantungan pada pasar domestik. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah dan industri, Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri otomotif global.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :