Mentan Amran Sebut Hilirisasi Perkebunan Bisa Ciptakan 1,6 Juta Tenaga Kerja

  • Maskobus
  • Sep 24, 2025

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya percepatan hilirisasi komoditas prioritas di sektor perkebunan nasional, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat nilai tambah sektor pertanian melalui hilirisasi komoditas perkebunan. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Hilirisasi Komoditas Perkebunan yang berlangsung di Kantor PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) Surabaya, Selasa (23/9).

"Gagasan besar beliau (Prabowo), kita ingin hilirisasi perkebunan agar tercipta added value. Dalam program hilirisasi ini, kita juga lakukan replanting dengan tanaman baru," kata Amran melalui keterangan tertulis.

Dalam Rakor tersebut, Amran mengungkapkan bahwa anggaran sebesar Rp 9,95 triliun telah disiapkan, yang sebagian besar akan dialokasikan untuk pengadaan bibit unggul yang akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan perkebunan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru yang signifikan.

"Ini akan menciptakan 1,6 juta tenaga kerja. Yang menjadi motor penggerak pendampingan di lapangan adalah PTPN sebagai perusahaan negara. Anggarannya sudah cair dan kita akan tindak lanjuti terus-menerus," ungkap Amran, menegaskan peran penting Perkebunan Nusantara (PTPN) dalam mendampingi petani dan memastikan program hilirisasi berjalan efektif.

Mentan Amran Sebut Hilirisasi Perkebunan Bisa Ciptakan 1,6 Juta Tenaga Kerja

Salah satu komoditas yang menjadi fokus utama dalam program hilirisasi ini adalah tebu. Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 1,6 triliun khusus untuk program bongkar ratoon, yaitu peremajaan tanaman tebu yang sudah tidak produktif. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi gula nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.

"Bayangkan, hanya dengan kebijakan saja dari pemerintah, bongkar ratoon yang biasanya hanya 5 ribu hektare per tahun, sekarang sudah mencapai 17 ribu hektare. Naik hingga 200 persen. Dan sekarang kita tambah lagi dana, bongkar ratoon gratis," ujar Amran, menggambarkan dampak positif dari kebijakan pemerintah dalam mendorong peremajaan tanaman tebu.

Dari alokasi Rp 1,6 triliun tersebut, program bongkar ratoon ditargetkan mencakup 100 ribu hektare lahan tebu, dengan fokus utama di Jawa Timur sebesar 70 ribu hektare yang mencakup 26 kabupaten. Amran menyebut program ini sebagai salah satu bantuan pemerintah terbesar di sektor perkebunan, yang menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung petani tebu.

"Kalau bisa, 3 bulan selesai. Dan ini bukan akumulasi, tahun depan juga ada lagi. Jadi, tolong sampaikan kepada para petani, ayo segera bongkar ratoon, karena pemerintah sudah mencairkan dananya," tegas Amran, mendorong petani untuk segera memanfaatkan program bantuan ini.

Selain program bongkar ratoon, Amran juga menekankan kebijakan baru pemerintah terkait Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian, di mana batas maksimal pinjaman subsidi sebelumnya telah dihapus. Kini, petani dapat mengakses pembiayaan KUR tanpa batas akumulasi selama memenuhi persyaratan. Kebijakan ini diharapkan dapat mempermudah petani dalam mengakses modal untuk mengembangkan usaha perkebunan mereka.

"Ini menunjukkan betapa besar perhatian Bapak Presiden kepada petani, sangat luar biasa, BUMN InsyaAllah akan bangkit ke depan, harus bangkit secara eksponensial. Teman-teman PTPN juga petarung, tinggal ditemani bertarung," tutur Amran, mengapresiasi dukungan Presiden terhadap sektor pertanian dan mengajak BUMN untuk berperan aktif dalam memajukan sektor ini.

Selain tebu, beberapa komoditas strategis perkebunan lainnya seperti kakao, kelapa, kopi, mete, lada, dan pala juga menjadi fokus pengembangan dalam program hilirisasi ini. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan nilai tambah komoditas-komoditas tersebut melalui pengolahan dan diversifikasi produk, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia diharapkan mampu menjadi negara unggul dan berjaya di sektor perkebunan di masa depan, serta mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bersaing di pasar global. Program hilirisasi perkebunan ini bukan hanya sekadar meningkatkan produksi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat perekonomian nasional.

Analisis Mendalam tentang Hilirisasi Perkebunan dan Potensi Penciptaan Lapangan Kerja

Pernyataan Mentan Amran Sulaiman mengenai potensi penciptaan 1,6 juta tenaga kerja melalui hilirisasi perkebunan merupakan angka yang signifikan dan patut untuk dianalisis lebih mendalam. Potensi ini didasarkan pada beberapa faktor kunci, termasuk peningkatan produktivitas, pengembangan industri pengolahan, dan diversifikasi produk perkebunan.

1. Peningkatan Produktivitas dan Replanting:

Program replanting dan penggunaan bibit unggul yang didukung oleh anggaran yang signifikan akan meningkatkan produktivitas lahan perkebunan. Peningkatan produktivitas ini akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk pemeliharaan tanaman, panen, dan pasca panen. Selain itu, penggunaan teknologi pertanian modern juga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi tenaga ahli dan operator mesin pertanian.

2. Pengembangan Industri Pengolahan:

Hilirisasi perkebunan berarti membangun dan mengembangkan industri pengolahan komoditas perkebunan di dalam negeri. Industri pengolahan ini akan menciptakan lapangan kerja di berbagai bidang, mulai dari operator mesin, teknisi, manajer produksi, hingga tenaga pemasaran dan distribusi. Selain itu, pengembangan industri pengolahan juga akan mendorong pertumbuhan industri pendukung, seperti industri kemasan, logistik, dan transportasi.

3. Diversifikasi Produk Perkebunan:

Hilirisasi perkebunan juga membuka peluang untuk diversifikasi produk perkebunan. Misalnya, tebu tidak hanya diolah menjadi gula, tetapi juga dapat diolah menjadi bioetanol, pupuk organik, dan produk-produk lainnya. Diversifikasi produk ini akan menciptakan pasar baru dan meningkatkan permintaan tenaga kerja di sektor perkebunan.

4. Peran PTPN dan KUR:

Peran PTPN sebagai motor penggerak pendampingan di lapangan sangat penting untuk memastikan program hilirisasi berjalan efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi petani. PTPN dapat memberikan pelatihan, pendampingan teknis, dan akses pasar kepada petani. Selain itu, kebijakan KUR tanpa batas akumulasi juga akan mempermudah petani dalam mengakses modal untuk mengembangkan usaha perkebunan mereka.

5. Komoditas Strategis:

Fokus pada komoditas strategis seperti kakao, kelapa, kopi, mete, lada, dan pala juga akan memberikan dampak yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja. Komoditas-komoditas ini memiliki potensi pasar yang besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengembangan industri pengolahan komoditas-komoditas ini akan menciptakan lapangan kerja di berbagai daerah di Indonesia.

Tantangan dan Strategi untuk Mencapai Target 1,6 Juta Tenaga Kerja

Meskipun potensi penciptaan lapangan kerja melalui hilirisasi perkebunan sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi agar target 1,6 juta tenaga kerja dapat tercapai. Tantangan-tantangan tersebut antara lain:

  • Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten: Pengembangan industri pengolahan membutuhkan SDM yang kompeten di berbagai bidang. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian dan industri pengolahan.
  • Infrastruktur yang Memadai: Pengembangan industri pengolahan membutuhkan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, listrik, air bersih, dan pelabuhan. Pemerintah perlu meningkatkan investasi di bidang infrastruktur untuk mendukung program hilirisasi perkebunan.
  • Regulasi yang Mendukung: Regulasi yang mendukung investasi dan pengembangan industri pengolahan sangat penting untuk menarik investor dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Pemerintah perlu menyederhanakan perizinan dan memberikan insentif kepada investor.
  • Akses Pasar: Petani dan pelaku industri pengolahan perlu memiliki akses pasar yang luas untuk menjual produk-produk mereka. Pemerintah perlu memfasilitasi akses pasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah perlu menerapkan strategi yang komprehensif dan terintegrasi, yang meliputi:

  • Peningkatan Kualitas SDM: Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian dan industri pengolahan.
  • Peningkatan Investasi Infrastruktur: Meningkatkan investasi di bidang infrastruktur untuk mendukung program hilirisasi perkebunan.
  • Penyederhanaan Regulasi: Menyederhanakan perizinan dan memberikan insentif kepada investor.
  • Fasilitasi Akses Pasar: Memfasilitasi akses pasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
  • Penguatan Kelembagaan: Memperkuat kelembagaan petani dan pelaku industri pengolahan.

Kesimpulan

Program hilirisasi perkebunan memiliki potensi yang besar untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat perekonomian nasional. Namun, untuk mencapai target 1,6 juta tenaga kerja, pemerintah perlu mengatasi tantangan-tantangan yang ada dan menerapkan strategi yang komprehensif dan terintegrasi. Dengan dukungan dari semua pihak, program hilirisasi perkebunan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Pernyataan Mentan Amran Sulaiman ini menjadi momentum penting untuk mempercepat implementasi program hilirisasi perkebunan dan mewujudkan visi Indonesia sebagai negara unggul dan berjaya di sektor perkebunan di masa depan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :