Microsoft Game Pass Bikin Gamer Untung, Tapi Pengembang Buntung

  • Maskobus
  • Sep 09, 2025

Layanan berlangganan Game Pass, sebuah inovasi dari Microsoft, telah menjadi magnet bagi para gamer di seluruh dunia. Dengan biaya bulanan yang relatif terjangkau, para pengguna dapat mengakses ratusan judul game berkualitas tinggi, termasuk rilisan terbaru dari Xbox Game Studios. Microsoft sendiri mengklaim bahwa Game Pass telah menghasilkan pendapatan miliaran dolar, menunjukkan popularitas dan daya tariknya di pasar. Namun, di balik gemerlapnya keuntungan bagi para gamer dan Microsoft, muncul kekhawatiran dari kalangan pengembang game. Beberapa pengembang berpendapat bahwa Game Pass lebih menguntungkan para gamer daripada para kreator game yang bersusah payah menciptakan pengalaman bermain yang tak terlupakan.

Pete Hines, mantan eksekutif pemasaran Bethesda yang telah berkecimpung di industri game selama 24 tahun, baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya tentang ketidakseimbangan antara keuntungan yang diperoleh dari Game Pass dan kompensasi yang diterima oleh para pengembang. Dalam sebuah wawancara dengan DBLTap, Hines menyoroti bahwa sistem kompensasi dan pengakuan atas karya para pengembang tidak sebanding dengan nilai yang mereka berikan kepada layanan Game Pass. Ia mempertanyakan apakah model bisnis ini berkelanjutan dalam jangka panjang dan apakah para pengembang mendapatkan imbalan yang adil atas kerja keras dan kreativitas mereka.

Hines bahkan membandingkan Game Pass dengan layanan streaming musik seperti Spotify. Ia mengamati bahwa industri musik saat ini cenderung membuat lagu-lagu pendek dengan "hook" yang cepat menarik perhatian, demi memenuhi selera audiens yang semakin singkat rentang perhatiannya. Ia khawatir bahwa tren serupa dapat terjadi di dunia game, di mana para pengembang mungkin merasa tertekan untuk membuat game yang lebih pendek dan lebih mudah diakses demi menarik perhatian pelanggan Game Pass.

"Anak-anak sekarang berpikir setiap game harus jadi game yang selamanya, terus diperbarui sampai developer-nya berubah jadi tulang belulang Fallout," ujar Hines setengah menyindir, menggambarkan kekhawatirannya tentang ekspektasi yang tidak realistis terhadap game dan para pengembangnya. Ia khawatir bahwa tekanan untuk terus memperbarui dan memperpanjang umur game dapat menguras sumber daya para pengembang dan menghambat kreativitas mereka.

Hines bukanlah satu-satunya tokoh industri yang meragukan model bisnis Game Pass. Raphael Colantonio, pendiri Arkane, studio game yang terkenal dengan game-game seperti Dishonored dan Prey, sebelumnya telah menyatakan kekhawatiran bahwa Microsoft mensubsidi proyek-proyek yang tidak berkelanjutan. Ia khawatir bahwa pada akhirnya Microsoft akan menaikkan harga langganan Game Pass, yang memang sudah terjadi, atau menurunkan kualitas layanan demi mengejar profit. Hal ini dapat merugikan para gamer dan para pengembang, serta mengurangi daya tarik Game Pass secara keseluruhan.

Microsoft Game Pass Bikin Gamer Untung, Tapi Pengembang Buntung

Game Pass memang telah berhasil meningkatkan popularitas banyak judul game. Microsoft mengklaim bahwa Hi-Fi Rush, sebuah game aksi ritmik yang unik, sukses besar dengan 3 juta pemain. Namun, Hines menekankan bahwa 3 juta pemain tidak sama dengan 3 juta kopi terjual. Ada perbedaan signifikan antara orang yang memainkan game melalui langganan dan orang yang membeli game secara langsung. Para pengembang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan langsung, karena mereka menerima sebagian besar pendapatan dari setiap kopi yang terjual.

Sebaliknya, game seperti Redfall, sebuah game penembak kooperatif yang mendapat ulasan buruk, justru flop meskipun hadir "day-one" di layanan Game Pass. Kegagalan Redfall berdampak besar pada studio Arkane Austin, yang akhirnya ditutup oleh Microsoft. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak Game Pass terhadap keberlanjutan studio game dan kemampuan mereka untuk mengambil risiko kreatif.

Kritik juga diarahkan pada keputusan Microsoft untuk menutup beberapa studio game, termasuk Tango Gameworks (kemudian dihidupkan kembali oleh Krafton) dan Arkane Austin. Hines menduga bahwa tekanan dari model berlangganan Game Pass berperan dalam keputusan-keputusan sulit tersebut. Ia berpendapat bahwa Microsoft mungkin merasa tertekan untuk memangkas biaya dan meningkatkan profitabilitas Game Pass, yang dapat menyebabkan penutupan studio game yang tidak memenuhi harapan finansial.

Penutupan studio game merupakan kerugian besar bagi industri ini. Studio game adalah tempat di mana kreativitas dan inovasi berkembang. Mereka adalah tempat di mana para pengembang game dapat bereksperimen dengan ide-ide baru dan menciptakan pengalaman bermain yang unik dan tak terlupakan. Ketika studio game ditutup, talenta-talenta berbakat kehilangan pekerjaan mereka dan industri ini kehilangan sumber kreativitas dan inovasi yang berharga.

Model berlangganan seperti Game Pass memang menawarkan banyak keuntungan bagi para gamer. Mereka dapat mengakses berbagai macam game dengan harga yang terjangkau, dan mereka dapat mencoba game-game baru tanpa harus membelinya secara langsung. Namun, penting untuk mempertimbangkan dampak model bisnis ini terhadap para pengembang game. Jika para pengembang tidak mendapatkan imbalan yang adil atas kerja keras dan kreativitas mereka, mereka mungkin akan kehilangan motivasi untuk membuat game-game berkualitas tinggi. Hal ini dapat berdampak negatif pada industri game secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi Microsoft dan perusahaan lain yang menawarkan layanan berlangganan game untuk mempertimbangkan kembali model kompensasi mereka dan memastikan bahwa para pengembang game mendapatkan imbalan yang adil atas kontribusi mereka. Mereka juga harus berinvestasi dalam mendukung studio game dan membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat memastikan bahwa industri game tetap sehat dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Selain itu, para gamer juga dapat memainkan peran dalam mendukung para pengembang game. Mereka dapat membeli game yang mereka sukai secara langsung, dan mereka dapat memberikan umpan balik yang konstruktif kepada para pengembang. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat membantu para pengembang untuk membuat game-game yang lebih baik dan memastikan bahwa industri game terus berkembang.

Masa depan Game Pass dan model berlangganan game secara keseluruhan masih belum pasti. Namun, jelas bahwa ada kebutuhan untuk dialog yang lebih terbuka dan jujur tentang dampak model bisnis ini terhadap para pengembang game. Jika kita ingin memastikan bahwa industri game tetap sehat dan berkelanjutan, kita harus bekerja sama untuk menciptakan sistem yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Game Pass menawarkan kemudahan dan pilihan tak tertandingi bagi gamer. Namun, keberlanjutannya bergantung pada keseimbangan yang adil antara keuntungan bagi Microsoft, kepuasan gamer, dan kompensasi yang layak bagi para pengembang yang menciptakan dunia virtual yang kita nikmati. Jika keseimbangan ini terganggu, kita berisiko kehilangan kreativitas dan inovasi yang telah menjadikan industri game begitu dinamis dan menarik. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana kita dapat memastikan bahwa model berlangganan game mendukung ekosistem game yang sehat dan berkelanjutan untuk semua orang?

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :