Momen Ini Tegaskan Unusa Sebagai Kampus Tak Hanya untuk Warga Muslim

  • Maskobus
  • Sep 18, 2025

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) baru saja menggelar prosesi wisuda yang megah, melepas lebih dari tiga ribu wisudawan dari berbagai program studi. Lebih dari sekadar seremoni pelepasan, momen wisuda kali ini menjadi penegasan kuat atas komitmen Unusa sebagai institusi pendidikan tinggi yang terbuka dan inklusif, menyambut mahasiswa dari berbagai latar belakang tanpa memandang usia, suku, agama, ras, dan golongan. Semangat keberagaman ini tercermin jelas dalam komposisi wisudawan, yang tidak hanya didominasi oleh mahasiswa Muslim, tetapi juga mencakup sejumlah mahasiswa non-Muslim yang berhasil menyelesaikan studi mereka dengan gemilang. Kehadiran mahasiswa dari berbagai keyakinan ini semakin mempertegas citra Unusa sebagai kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keberagaman, sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi landasan persatuan bangsa Indonesia.

Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Unusa senantiasa mendorong masyarakat untuk terus mengembangkan diri melalui pendidikan formal maupun non-formal, tanpa batasan usia maupun latar belakang sosial-ekonomi. Menurutnya, pendidikan adalah hak setiap individu, dan Unusa berkomitmen untuk menyediakan akses pendidikan yang berkualitas bagi semua lapisan masyarakat. Tagline Unusa, "Rahmatan Lil Alamin," yang berarti rahmat bagi seluruh alam, menjadi landasan filosofis bagi seluruh aktivitas akademik dan non-akademik di kampus tersebut. Prof. Jazidie menegaskan bahwa Unusa hadir untuk siapa saja, dari mana saja, yang memiliki semangat untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuan, demi kemajuan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Komitmen ini bukan hanya sekadar retorika, tetapi diwujudkan dalam berbagai program dan kebijakan yang mendukung inklusivitas dan keberagaman di lingkungan kampus.

Salah satu momen yang paling berkesan dalam prosesi wisuda kali ini adalah ketika sepuluh wisudawan non-Muslim mengikuti prosesi pengambilan sumpah profesi. Untuk memastikan kelancaran dan kesakralan prosesi tersebut, Unusa menghadirkan tiga rohaniwan dari agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen, dan Katolik. Para rohaniwan ini mendampingi para wisudawan sesuai dengan keyakinan masing-masing, memberikan bimbingan spiritual dan memastikan bahwa sumpah profesi diucapkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Momen ini menjadi simbol yang kuat tentang bagaimana Unusa menghargai dan mengakomodasi keberagaman agama di lingkungan kampus, menciptakan suasana yang harmonis dan saling menghormati antar umat beragama. Kehadiran para rohaniwan dari berbagai agama juga menunjukkan bahwa Unusa tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual mahasiswa, tetapi juga pada pembentukan karakter dan spiritualitas yang berlandaskan nilai-nilai universal.

Komitmen Unusa terhadap inklusivitas dan keberagaman juga tercermin dari kisah inspiratif para wisudawan yang berasal dari berbagai latar belakang usia dan pengalaman hidup. Beberapa wisudawan bahkan telah berusia di atas 50 tahun, namun semangat mereka untuk menuntut ilmu tidak pernah padam. Anastasia Ni Luh Asriyati, Woro Siswanto, Maria Redonna, Rahayu, dan Nur Kholis adalah contoh nyata dari kegigihan dan determinasi dalam meraih impian. Di usia senja, mereka tetap berjuang menyelesaikan studi dan berhasil meraih gelar sarjana dan profesi, membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak pernah menyerah dalam mengejar cita-cita, serta menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses sepanjang hayat yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Momen Ini Tegaskan Unusa Sebagai Kampus Tak Hanya untuk Warga Muslim

Kehadiran mahasiswa non-Muslim seperti Maria, Anastasia, dan Woro juga menjadi bukti nyata bahwa Unusa dapat menjadi rumah belajar yang nyaman dan inklusif bagi siapa saja, tanpa memandang keyakinan. Mereka merasa diterima dan didukung oleh seluruh civitas akademika Unusa, mulai dari dosen, staf, hingga sesama mahasiswa. Mereka juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan kampus, baik akademik maupun non-akademik, berkontribusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan multikultural. Kisah sukses mereka menjadi inspirasi bagi calon mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk tidak ragu memilih Unusa sebagai tempat untuk mengembangkan diri dan meraih impian.

Unusa tidak hanya berfokus pada pengembangan akademik mahasiswa, tetapi juga pada pengembangan karakter dan soft skills yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Melalui berbagai program pelatihan, seminar, dan workshop, Unusa membekali mahasiswa dengan keterampilan komunikasi, kepemimpinan, kerja sama tim, dan problem solving. Unusa juga menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan dan organisasi, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memberikan kesempatan magang dan kerja praktik bagi mahasiswa. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa, sehingga mereka siap terjun ke dunia kerja setelah lulus.

Selain itu, Unusa juga aktif dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebagai wujud dari tanggung jawab sosial institusi pendidikan tinggi. Melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, Unusa membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar kampus, khususnya masyarakat yang kurang mampu. Unusa juga aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan, dengan menggalakkan program-program yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, Unusa tidak hanya menjadi pusat pendidikan dan penelitian, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial yang berkontribusi dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.

Keberhasilan Unusa dalam menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan multikultural tidak lepas dari peran serta seluruh civitas akademika, mulai dari pimpinan universitas, dosen, staf, hingga mahasiswa. Semangat toleransi, saling menghormati, dan gotong royong menjadi nilai-nilai yang dijunjung tinggi di lingkungan kampus. Unusa juga memiliki berbagai organisasi kemahasiswaan yang aktif dalam mempromosikan keberagaman dan inklusivitas, seperti forum diskusi lintas agama, kelompok studi gender, dan komunitas seni budaya. Melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi-organisasi tersebut, mahasiswa dapat belajar untuk menghargai perbedaan, membangun dialog antar budaya, dan mengembangkan sikap kritis terhadap isu-isu sosial yang relevan.

Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, Unusa terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian, serta memperluas jaringan kerja sama dengan berbagai institusi di dalam dan luar negeri. Unusa juga berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur dan teknologi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang modern dan kondusif. Dengan demikian, Unusa siap untuk bersaing di tingkat nasional maupun internasional, serta memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Sebagai perguruan tinggi yang berlandaskan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, Unusa berkomitmen untuk terus mengembangkan diri menjadi pusat pendidikan dan penelitian yang unggul, inovatif, dan inklusif. Unusa juga berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, berintegritas tinggi, dan memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Dengan demikian, Unusa dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat, bangsa, dan negara, serta memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan peradaban manusia. Momen wisuda tiga ribu lebih mahasiswa ini menjadi bukti nyata dari komitmen Unusa untuk mewujudkan visinya sebagai universitas yang inklusif, berkualitas, dan berdaya saing global. Keberagaman yang ada di Unusa adalah kekuatan yang harus terus dijaga dan dikembangkan, demi menciptakan lingkungan belajar yang harmonis, dinamis, dan inspiratif bagi seluruh mahasiswa. Unusa adalah rumah bagi semua, tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras, atau golongan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :