Kanker kolorektal, atau yang lebih dikenal sebagai kanker usus besar, kini semakin mengkhawatirkan karena menyerang kelompok usia yang lebih muda. Dr. Andhika Rachman SpPD-KHOM, seorang spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi, mengungkapkan bahwa tren ini bergeser dari dominasi pasien berusia di atas 50 tahun menjadi semakin banyak kasus yang ditemukan pada usia 20-an dan 30-an. Fenomena ini memicu kekhawatiran serius di kalangan medis dan menyoroti pentingnya kesadaran akan faktor risiko serta gejala awal kanker usus besar.
Pergeseran usia penderita kanker usus besar ini erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup yang signifikan di kalangan generasi muda. Dr. Andhika menekankan bahwa paparan terhadap gaya hidup tidak sehat sejak dini menjadi pemicu utama peningkatan risiko kanker usus besar pada usia muda. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang seringkali dianggap remeh ternyata memiliki dampak kumulatif yang berbahaya bagi kesehatan usus besar.
"Saat ini, semakin banyak (kanker usus besar) ditemukan pada usia muda, bahkan usia 20 hingga 30-an," tegas dr. Andhika. Pernyataan ini menjadi alarm bagi generasi muda untuk lebih memperhatikan kesehatan mereka dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Kanker usus besar bukanlah penyakit yang hanya menyerang orang tua, tetapi juga ancaman nyata bagi mereka yang berusia muda dan memiliki gaya hidup berisiko.
Banyak anak muda cenderung mengabaikan gejala awal kanker usus besar dan mengaitkannya dengan stres, beban kerja berlebihan, atau kebiasaan begadang. Padahal, meskipun faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi kesehatan secara umum, mereka bukanlah penyebab langsung kanker usus besar. Dr. Andhika menjelaskan bahwa stres dan begadang mungkin tidak secara langsung memicu kanker, tetapi gaya hidup tidak sehat yang menyertainya dapat meningkatkan risiko secara signifikan.
Gaya hidup tidak sehat yang dimaksud mencakup pola makan yang didominasi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Makanan cepat saji seringkali tinggi lemak, gula, dan bahan tambahan yang tidak sehat, serta rendah serat yang penting untuk kesehatan pencernaan. Kurangnya olahraga juga dapat menyebabkan obesitas dan gangguan metabolisme yang meningkatkan risiko kanker. Merokok dan alkohol adalah faktor risiko yang sudah lama diketahui terkait dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk menyadari bahwa pilihan gaya hidup mereka memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan mereka. Mengadopsi gaya hidup sehat sejak dini dapat membantu mengurangi risiko kanker usus besar dan penyakit kronis lainnya. Hal ini mencakup mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, serta mengelola stres dengan baik.
Selain faktor risiko gaya hidup, faktor genetik juga dapat berperan dalam perkembangan kanker usus besar. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk melakukan pemeriksaan skrining secara teratur, bahkan pada usia yang lebih muda dari rekomendasi umum.
Pemeriksaan skrining kanker usus besar bertujuan untuk mendeteksi adanya polip atau pertumbuhan abnormal lainnya di usus besar sebelum berkembang menjadi kanker. Metode skrining yang umum meliputi kolonoskopi, sigmoidoskopi fleksibel, dan tes tinja. Kolonoskopi adalah prosedur yang paling akurat untuk mendeteksi polip di seluruh usus besar, sementara sigmoidoskopi fleksibel hanya memeriksa bagian bawah usus besar. Tes tinja dapat mendeteksi adanya darah dalam tinja, yang bisa menjadi tanda adanya polip atau kanker.
Namun, deteksi dini kanker usus besar tidak hanya bergantung pada pemeriksaan skrining. Kesadaran akan gejala awal juga sangat penting. Dr. Andhika menekankan bahwa gejala kanker usus besar seringkali mirip dengan penyakit pencernaan biasa, sehingga banyak orang, terutama anak muda, cenderung mengabaikannya atau menunda pemeriksaan.
"Padahal, semakin cepat ditemukan (kanker usus besar), semakin besar juga peluang untuk sembuh," tegasnya. Keterlambatan diagnosis dan pengobatan dapat menyebabkan kanker menyebar ke organ lain dan menurunkan peluang kesembuhan.
Gejala kanker usus besar yang perlu diperhatikan meliputi perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare atau sembelit yang berlangsung lebih dari beberapa minggu, perubahan konsistensi tinja, seperti tinja yang lebih kecil atau lebih tipis dari biasanya, perdarahan rektal atau adanya darah dalam tinja, kram perut atau nyeri yang tidak kunjung hilang, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan, dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
Perubahan kebiasaan buang air besar yang signifikan, seperti diare yang berkepanjangan atau sembelit yang parah, dapat menjadi tanda adanya masalah di usus besar. Perdarahan rektal atau adanya darah dalam tinja juga merupakan gejala yang serius dan harus segera diperiksakan ke dokter. Kram perut atau nyeri yang tidak kunjung hilang dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan abnormal di usus besar yang menyebabkan iritasi atau penyumbatan. Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas juga merupakan gejala umum kanker yang harus diwaspadai.
Dr. Andhika menekankan bahwa jika gejala-gejala tersebut muncul lebih dari dua minggu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Jangan menunda-nunda pemeriksaan karena semakin cepat kanker usus besar dideteksi, semakin besar peluang untuk sembuh. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin merekomendasikan pemeriksaan penunjang, seperti kolonoskopi atau sigmoidoskopi, untuk memastikan diagnosis dan menentukan stadium kanker.
Pengobatan kanker usus besar tergantung pada stadium kanker, lokasi tumor, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Pilihan pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan terapi target. Pembedahan bertujuan untuk mengangkat tumor dan jaringan di sekitarnya yang terkena kanker. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Radioterapi menggunakan sinar-X atau radiasi berenergi tinggi lainnya untuk membunuh sel kanker di area tertentu. Terapi target menggunakan obat-obatan yang menargetkan molekul-molekul spesifik yang terlibat dalam pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker usus besar. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres dapat membantu mengurangi efek samping pengobatan dan meningkatkan pemulihan.
Kanker usus besar adalah penyakit yang serius, tetapi dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peluang kesembuhan dapat meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi semua orang, terutama generasi muda, untuk meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan gejala awal kanker usus besar, serta melakukan pemeriksaan skrining secara teratur sesuai dengan rekomendasi dokter. Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan bertindak cepat jika ada gejala yang mencurigakan, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai dari ancaman kanker usus besar.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa informasi yang akurat dan terpercaya tentang kanker usus besar dapat ditemukan di sumber-sumber yang kredibel, seperti situs web organisasi kesehatan terkemuka dan konsultasi dengan dokter. Hindari mempercayai informasi yang tidak terverifikasi atau klaim pengobatan yang tidak terbukti secara ilmiah.
Dengan meningkatkan kesadaran, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan bertindak cepat jika ada gejala yang mencurigakan, kita dapat bersama-sama melawan kanker usus besar dan meningkatkan kualitas hidup kita.