Muncul Lagi Setelah 3 Tahun Mereda, Wabah Ebola di Kongo Tewaskan 15 Warga

  • Maskobus
  • Sep 05, 2025

Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) kembali menghadapi ancaman serius dengan munculnya wabah Ebola di Provinsi Kasai. Otoritas kesehatan setempat telah mengumumkan secara resmi outbreak ini, menandai kembalinya penyakit mematikan tersebut setelah tiga tahun mereda. Hingga tanggal 4 September 2025, dilaporkan sebanyak 28 kasus infeksi, dengan angka kematian yang mengkhawatirkan mencapai 15 jiwa, termasuk di antaranya 4 tenaga kesehatan yang berjuang di garis depan.

Wabah ini terpusat di wilayah kesehatan Bulape dan Mweka, memicu respons cepat dari tim investigasi yang diterjunkan untuk melacak sumber penularan dan mengendalikan penyebaran virus. Penyelidikan intensif dilakukan setelah muncul laporan kasus-kasus dengan gejala yang mencakup demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot, muntah, diare, dan pendarahan internal maupun eksternal. Gejala-gejala ini, yang merupakan ciri khas infeksi Ebola, menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat dan petugas kesehatan.

Untuk memastikan penyebab pasti wabah ini, sampel dari pasien yang terinfeksi dikirim ke National Institute of Biomedical Research di Kinshasa. Hasil pengujian yang keluar pada tanggal 3 September mengkonfirmasi bahwa wabah ini disebabkan oleh virus Ebola Zaire, salah satu strain Ebola yang paling mematikan. Konfirmasi ini memicu peningkatan kewaspadaan dan upaya pengendalian yang lebih intensif.

Jumlah kasus yang dilaporkan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa hari dan minggu mendatang, mengingat penularan virus masih terus terjadi di masyarakat. Tim medis dan relawan bekerja tanpa lelah untuk menemukan warga yang terinfeksi dan membutuhkan perawatan medis segera. Tujuan utama mereka adalah memastikan bahwa semua orang yang berisiko terpapar virus Ebola mendapatkan perlindungan secepat mungkin, melalui isolasi, perawatan suportif, dan vaksinasi jika tersedia.

Wabah Ebola terakhir yang melanda RD Kongo terjadi di Provinsi Equateur pada bulan April 2022. Berkat respons cepat dan koordinasi yang efektif, wabah tersebut berhasil dikendalikan dalam kurun waktu tiga bulan. Namun, kemunculan kembali Ebola di Provinsi Kasai, yang terakhir kali melaporkan wabah pada tahun 2007 dan 2008, menunjukkan bahwa ancaman penyakit ini masih nyata dan memerlukan kewaspadaan berkelanjutan.

Muncul Lagi Setelah 3 Tahun Mereda, Wabah Ebola di Kongo Tewaskan 15 Warga

Sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976, RD Kongo telah mengalami 15 kali wabah Ebola. Pengalaman pahit ini telah memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana cara merespons dan mengendalikan penyebaran virus mematikan ini. Namun, setiap wabah tetap menjadi tantangan besar, menguji ketahanan sistem kesehatan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi krisis.

Penyakit virus Ebola (EVD) merupakan penyakit yang langka namun sangat mematikan pada manusia. Virus ini menular melalui kontak dekat dengan darah, lendir, organ, dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar buah, primata, dan antelop hutan. Kelelawar buah dianggap sebagai reservoir alami virus Ebola, yang berarti mereka dapat membawa virus tanpa menunjukkan gejala penyakit.

Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau konsumsi daging hewan liar yang tidak dimasak dengan benar. Penularan dari orang ke orang terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan jenazah pasien yang meninggal karena Ebola.

Gejala EVD biasanya muncul secara tiba-tiba antara 2 hingga 21 hari setelah terinfeksi virus. Gejala awal meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot, kelelahan, dan sakit tenggorokan. Seiring dengan perkembangan penyakit, pasien dapat mengalami muntah, diare, sakit perut, ruam, dan pendarahan internal maupun eksternal.

Tidak ada obat khusus untuk EVD, tetapi perawatan suportif dapat membantu meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup. Perawatan suportif meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi, menjaga keseimbangan elektrolit, memberikan oksigen jika diperlukan, dan mengobati infeksi oportunistik.

Vaksin Ebola telah dikembangkan dan terbukti efektif dalam melindungi orang dari infeksi virus. Vaksin ini telah digunakan dalam respons terhadap wabah Ebola di RD Kongo dan negara-negara lain di Afrika Barat. Vaksinasi merupakan salah satu strategi utama untuk mengendalikan penyebaran Ebola dan melindungi populasi yang berisiko.

Pencegahan EVD melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko penularan dari hewan ke manusia dan dari orang ke orang. Langkah-langkah ini meliputi:

  • Menghindari kontak dengan hewan liar yang sakit atau mati, terutama kelelawar buah, primata, dan antelop hutan.
  • Memasak daging hewan liar dengan benar sebelum dikonsumsi.
  • Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, terutama setelah kontak dengan hewan atau orang yang sakit.
  • Menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh orang yang terinfeksi Ebola.
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan, masker, dan gaun saat merawat pasien Ebola.
  • Mengubur jenazah pasien Ebola dengan aman dan bermartabat.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang EVD dan cara mencegah penularan.

Wabah Ebola di RD Kongo merupakan pengingat akan kerentanan global terhadap penyakit menular dan pentingnya investasi dalam sistem kesehatan yang kuat dan respons cepat terhadap wabah. Kerja sama internasional, koordinasi yang efektif, dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk mengendalikan penyebaran Ebola dan melindungi populasi yang berisiko.

Pemerintah RD Kongo, dengan dukungan dari WHO dan organisasi internasional lainnya, sedang berupaya keras untuk mengendalikan wabah Ebola di Provinsi Kasai. Upaya-upaya ini meliputi:

  • Meningkatkan pengawasan epidemiologi untuk mendeteksi kasus baru secara dini.
  • Melakukan pelacakan kontak untuk mengidentifikasi orang-orang yang mungkin telah terpapar virus.
  • Mengisolasi dan merawat pasien Ebola di pusat-pusat perawatan khusus.
  • Memberikan vaksinasi kepada orang-orang yang berisiko terpapar virus.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang EVD dan cara mencegah penularan.
  • Memperkuat sistem kesehatan lokal untuk memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien Ebola dan mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Keberhasilan upaya-upaya ini akan sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Penting bagi masyarakat untuk memahami risiko EVD, mengikuti anjuran petugas kesehatan, dan melaporkan setiap kasus yang dicurigai kepada pihak berwenang. Dengan bekerja sama, kita dapat mengendalikan wabah Ebola di RD Kongo dan melindungi kesehatan masyarakat.

Situasi wabah Ebola di RD Kongo terus dipantau dengan cermat oleh WHO dan organisasi kesehatan lainnya. Informasi terbaru tentang wabah ini tersedia di situs web WHO dan sumber-sumber informasi kesehatan terpercaya lainnya. Penting untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini tentang EVD untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyakit ini.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :