Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Bahaya Hidrometeorologi Mengintai

  • Maskobus
  • Sep 16, 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi datangnya musim hujan 2025/2026 yang lebih awal dari perkiraan normal. Kondisi ini menuntut kesiapsiagaan ekstra dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, sektor-sektor terkait, hingga masyarakat luas, mengingat ancaman bahaya hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang akan semakin meningkat.

Menurut pemantauan iklim terkini yang dilakukan BMKG, beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan akan mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025. Selanjutnya, musim hujan akan secara bertahap meluas ke sebagian besar wilayah Indonesia pada periode September hingga November 2025. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Konferensi Pers Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jakarta. Dwikorita menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991-2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia. Musim hujan diprediksi akan berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026, dengan puncak hujan yang bervariasi di berbagai wilayah. Sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan diperkirakan akan mengalami puncak hujan pada November-Desember 2025, sementara Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua akan mengalami puncak hujan pada Januari-Februari 2026.

Dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, BMKG memprediksi bahwa sebanyak 79 ZOM (11,3%) akan memasuki musim hujan pada September 2025. Wilayah-wilayah ini meliputi sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian utara, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, Bangka Belitung bagian selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan. Kemudian, sebanyak 149 ZOM (21,3%) lainnya diprediksikan akan memasuki musim hujan pada Oktober 2025. Wilayah-wilayah ini mencakup sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian selatan, dan Papua bagian tengah. Selanjutnya, 105 ZOM (15%) diperkirakan akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025, yang meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

Jika dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991-2020, sebanyak 294 ZOM (42,1%) diperkirakan akan mengalami awal musim hujan yang lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2%) sama dengan normalnya, dan 56 ZOM (8,0%) akan mengalami musim hujan yang lebih lambat (mundur). Dengan kata lain, mayoritas wilayah Indonesia diprediksikan akan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya. Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5%), yang berarti curah hujan musiman tidak akan jauh berbeda dengan biasanya. Namun, BMKG juga mencatat bahwa terdapat 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9%) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.

Kondisi ini, menurut Dwikorita, mengindikasikan bahwa potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal. Oleh karena itu, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Bahaya Hidrometeorologi Mengintai

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa dinamika musim hujan tahun ini juga dipengaruhi oleh faktor global dan regional. Pada Agustus 2025, fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) diperkirakan berada dalam kondisi netral (indeks -0,34), sehingga tidak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. Namun, di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks -1,2), yang menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia khususnya bagian barat. Selain itu, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia juga lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. ENSO netral diprediksikan akan bertahan hingga akhir 2025, sementara IOD negatif diperkirakan akan berlangsung hingga November 2025.

Ardhasena juga menekankan bahwa kondisi musim hujan yang maju dari normal dapat memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini, guna meningkatkan produktivitas sekaligus mendukung upaya swasembada pangan. Oleh karena itu, informasi cuaca dan iklim yang disediakan oleh BMKG sangat penting untuk dimanfaatkan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

BMKG menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. Pada sektor pertanian, misalnya, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu. Di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan. Sementara pada sektor energi, pengelola waduk perlu mengoptimalkan pengisian sejak awal musim dan menyesuaikan operasi waduk dengan puncak hujan agar ketersediaan air dan energi tetap terjaga.

Selain itu, sektor kebencanaan dan kesehatan juga harus lebih waspada. Potensi banjir, longsor, dan genangan di wilayah berintensitas hujan tinggi dapat diminimalkan melalui edukasi masyarakat, pembersihan saluran air, dan kesiapan evakuasi. Pada periode transisi di NTB, NTT, Papua Selatan, dan sebagian Sumatera, risiko kebakaran hutan dan lahan tetap perlu diwaspadai. Dari sisi kesehatan, meningkatnya kelembaban udara diprakirakan memperbesar peluang penyebaran penyakit tropis seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), khususnya pada Desember 2025-Januari 2026, sehingga upaya pemberantasan sarang nyamuk, fogging fokus, serta edukasi masyarakat harus diperkuat.

Untuk mendukung upaya antisipasi dan mitigasi dampak musim hujan, BMKG telah meningkatkan layanan informasi iklim dan cuaca melalui berbagai kanal, termasuk aplikasi mobile, media sosial, dan jaringan komunikasi langsung dengan pemerintah daerah. Informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk perencanaan, mitigasi, dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga dampak ancaman bahaya dapat diminimalkan.

Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam menghadapi musim hujan. Pemerintah daerah perlu memastikan kesiapan infrastruktur, seperti drainase dan saluran air, untuk menampung dan mengalirkan air hujan dengan baik. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang potensi bahaya hidrometeorologi dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko. Koordinasi antara pemerintah daerah, BMKG, dan instansi terkait lainnya juga sangat penting untuk memastikan respons yang cepat dan efektif dalam menghadapi situasi darurat.

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengurangi risiko dampak musim hujan. Masyarakat perlu membersihkan lingkungan sekitar rumah dari sampah yang dapat menyumbat saluran air. Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran tentang potensi bahaya hidrometeorologi dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah dan instansi terkait. Masyarakat juga perlu mempersiapkan diri dengan menyimpan persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terjadinya banjir atau bencana lainnya.

Dengan kesiapsiagaan yang baik dari semua pihak, diharapkan dampak negatif dari musim hujan yang datang lebih awal dapat diminimalkan, dan masyarakat dapat tetap beraktivitas dengan aman dan nyaman. BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan iklim, serta memberikan informasi terbaru kepada masyarakat dan pemerintah daerah agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Informasi dari BMKG ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi semua pihak dalam menghadapi musim hujan yang akan datang.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :