Nvidia Suntik Rp 81 Triliun ke Intel, Targetnya Singkirkan AMD

  • Maskobus
  • Sep 19, 2025

Nvidia, raksasa teknologi yang dikenal dengan dominasinya di pasar kartu grafis (GPU), secara resmi mengumumkan investasi strategis senilai USD 5 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 81 triliun, ke dalam Intel Corporation. Langkah mengejutkan ini segera memicu berbagai spekulasi di kalangan analis dan pengamat industri, mulai dari motif politik hingga restrukturisasi fundamental dalam strategi produksi chip global. Namun, CEO Nvidia, Jensen Huang, dengan tegas menyatakan bahwa tujuan utama di balik investasi besar ini adalah untuk menantang dan menggoyahkan dominasi AMD (Advanced Micro Devices) di pasar CPU (Central Processing Unit), terutama dalam segmen laptop dan server yang semakin penting.

Huang secara eksplisit membantah spekulasi yang menghubungkan investasi ini dengan tekanan politik dari pemerintahan Presiden AS saat itu, Donald Trump, atau kaitannya dengan pembelian saham Intel senilai USD 8,9 miliar oleh Pemerintah Amerika. Ia juga menegaskan bahwa komitmen Nvidia terhadap arsitektur Arm, yang banyak digunakan dalam perangkat seluler dan sistem embedded, tetap tidak berubah.

"Ini bukan soal Trump, bukan juga soal pindah dari Arm ke x86, dan bukan berarti kami meninggalkan TSMC," tegas Huang dalam sebuah webcast yang diselenggarakan bersama CEO Intel, Lip-Bu Tan. "Kami sepenuhnya berkomitmen dengan roadmap Arm. Tapi ada segmen besar yang belum kami sentuh, laptop dengan CPU dan GPU terintegrasi."

Segmen laptop dengan CPU dan GPU terintegrasi inilah yang selama ini menjadi salah satu kekuatan utama AMD. Melalui pengembangan chip Accelerated Processing Unit (APU) dan produk terbarunya, Strix Halo (Ryzen AI Max), AMD telah berhasil merebut pangsa pasar yang signifikan dalam segmen laptop gaming tipis, handheld PC, dan bahkan konsol game seperti PlayStation dan Xbox. Keunggulan AMD dalam segmen ini terletak pada kemampuannya untuk mengintegrasikan CPU dan GPU yang bertenaga dalam satu chip, menghasilkan efisiensi daya dan kinerja yang optimal untuk perangkat portabel.

Nvidia, dalam kolaborasi strategisnya dengan Intel, berencana untuk meluncurkan sistem-on-chip (SoC) baru yang menggabungkan CPU Intel dan GPU RTX Nvidia melalui teknologi NVLink. Huang menyebut produk ini sebagai "kelas baru" laptop dengan grafis terintegrasi yang efisien, bertenaga, dan menyasar pasar luas hingga 150 juta notebook. Dengan menggabungkan keahlian Intel dalam desain CPU dan keunggulan Nvidia dalam teknologi GPU, kedua perusahaan berharap dapat menciptakan solusi yang lebih unggul daripada yang ditawarkan AMD saat ini.

Nvidia Suntik Rp 81 Triliun ke Intel, Targetnya Singkirkan AMD

Selain pasar laptop, kerja sama antara Nvidia dan Intel juga menyentuh pasar server yang semakin kompetitif. Nvidia memastikan bahwa mereka akan menjadi pelanggan besar prosesor Intel untuk data center rackscale, sebuah sektor yang juga tengah dikejar oleh AMD dengan agresif. Dalam beberapa tahun terakhir, AMD telah berhasil meningkatkan pangsa pasar server CPU-nya secara signifikan, mendekati 40%, berkat arsitektur EPYC yang inovatif dan kinerja yang kompetitif.

Kerja sama antara dua raksasa teknologi ini diperkirakan akan semakin memanaskan persaingan di industri chip secara keseluruhan. Selama ini, Nvidia fokus pada pengembangan dan pemasaran GPU, sementara Intel mendominasi pasar CPU. AMD, di sisi lain, telah berhasil membangun posisinya sebagai pemain kunci yang menawarkan solusi CPU dan GPU terintegrasi. Dengan suntikan dana besar dari Nvidia, Intel akan memiliki sumber daya tambahan untuk mempercepat pengembangan produk baru dan meningkatkan daya saingnya di pasar CPU.

Dampak dari investasi ini dapat dirasakan di berbagai tingkatan. Pertama, konsumen akan mendapatkan lebih banyak pilihan dalam hal perangkat komputasi, dengan munculnya laptop dan server yang ditenagai oleh kombinasi CPU Intel dan GPU Nvidia. Persaingan yang lebih ketat antara Nvidia, Intel, dan AMD juga dapat mendorong inovasi dan menurunkan harga, yang pada akhirnya akan menguntungkan konsumen.

Kedua, industri game akan mengalami dampak yang signifikan. Dengan hadirnya GPU RTX Nvidia dalam laptop dan server, pengembang game akan memiliki akses ke teknologi grafis yang lebih canggih, seperti ray tracing dan DLSS (Deep Learning Super Sampling). Hal ini dapat menghasilkan pengalaman bermain game yang lebih imersif dan realistis.

Ketiga, pasar kecerdasan buatan (AI) juga akan mendapatkan manfaat dari kerja sama ini. GPU Nvidia telah menjadi standar industri untuk pelatihan dan inferensi model AI. Dengan mengintegrasikan GPU Nvidia ke dalam CPU Intel, para peneliti dan pengembang AI akan memiliki akses ke platform komputasi yang lebih bertenaga dan efisien.

Namun, keberhasilan kolaborasi antara Nvidia dan Intel dalam menantang dominasi AMD tidak dapat dijamin. AMD telah membuktikan dirinya sebagai pesaing yang tangguh dan inovatif, dan perusahaan ini terus berinvestasi dalam pengembangan produk baru. Selain itu, AMD memiliki keunggulan dalam hal integrasi CPU dan GPU, yang memungkinkan perusahaan untuk menawarkan solusi yang lebih efisien dan hemat daya.

Untuk berhasil menggoyahkan posisi AMD, Nvidia dan Intel perlu fokus pada pengembangan produk yang benar-benar inovatif dan menawarkan nilai yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing mereka. Mereka juga perlu membangun ekosistem yang kuat di sekitar produk mereka, dengan menyediakan dukungan yang baik untuk pengembang dan memastikan kompatibilitas dengan berbagai aplikasi dan sistem operasi.

Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan perubahan dalam kebijakan perdagangan juga dapat memengaruhi hasil dari persaingan ini. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, misalnya, dapat berdampak pada rantai pasokan chip dan meningkatkan biaya produksi.

Secara keseluruhan, investasi Nvidia ke Intel merupakan langkah strategis yang berpotensi mengubah lanskap industri chip. Dengan menggabungkan kekuatan mereka, Nvidia dan Intel berharap dapat menantang dominasi AMD dan merebut pangsa pasar yang lebih besar. Namun, keberhasilan kolaborasi ini akan bergantung pada kemampuan mereka untuk berinovasi, membangun ekosistem yang kuat, dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan bisnis global. Persaingan antara Nvidia, Intel, dan AMD diperkirakan akan semakin memanas dalam beberapa tahun mendatang, dan konsumen akan menjadi penerima manfaat utama dari inovasi dan persaingan yang semakin ketat ini. Pasar akan terus mengawasi perkembangan ini dengan seksama, karena dampaknya akan terasa di berbagai industri, mulai dari game hingga kecerdasan buatan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :