Nyaris 100 Ribu Warga Jepang Berusia 1 Abad, Rahasia Panjang Umurnya Simpel Banget

  • Maskobus
  • Sep 14, 2025

Pemerintah Jepang baru-baru ini melaporkan lonjakan signifikan jumlah warganya yang berusia 100 tahun atau lebih, mencapai rekor tertinggi mendekati angka 100.000. Pencapaian ini menandai tahun ke-55 berturut-turut Jepang mencatatkan rekor baru dalam jumlah penduduk berusia seabad ke atas. Data per September yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan terdapat 99.763 centenarian, dengan mayoritas signifikan, yaitu sekitar 88%, adalah perempuan. Fenomena ini semakin mengukuhkan Jepang sebagai negara dengan harapan hidup terpanjang di dunia, bahkan seringkali menjadi rumah bagi individu tertua di dunia. Meskipun beberapa penelitian masih memperdebatkan validitas data centenarian secara global, fakta bahwa Jepang secara konsisten mencatatkan angka yang tinggi menunjukkan adanya faktor-faktor unik yang berkontribusi pada umur panjang warganya.

Namun, di balik pencapaian ini, Jepang juga menghadapi tantangan demografis yang signifikan. Negara ini termasuk salah satu negara dengan penuaan penduduk tercepat di dunia, sebuah kondisi yang diperparah oleh tingkat kelahiran yang rendah. Kombinasi antara harapan hidup yang tinggi dan tingkat kelahiran yang rendah menciptakan piramida penduduk yang terbalik, dengan proporsi populasi usia tua yang semakin besar dibandingkan dengan populasi usia muda. Hal ini menimbulkan implikasi yang luas bagi sistem jaminan sosial, pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Saat ini, orang tertua di Jepang adalah Shigeko Kagawa, seorang perempuan berusia 114 tahun yang tinggal di Yamatokoriyama, sebuah kota satelit yang berdekatan dengan Kota Nara. Sementara itu, pria tertua adalah Kiyotaka Mizuno, yang berusia 111 tahun dan berasal dari Kota Iwata, sebuah kota pesisir yang terletak di Prefektur Shizuoka. Kisah hidup kedua lansia ini menjadi inspirasi dan simbol ketahanan hidup bagi masyarakat Jepang.

Menteri Kesehatan Jepang, Takamaro Fukoka, menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada seluruh centenarian, yang terdiri dari 87.784 perempuan dan 11.979 laki-laki. Beliau juga mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas kontribusi mereka yang tak ternilai selama bertahun-tahun terhadap pembangunan dan kemajuan masyarakat Jepang. Ucapan selamat ini mencerminkan penghargaan yang mendalam terhadap peran dan pengalaman generasi tua dalam membentuk sejarah dan budaya Jepang.

Data mengenai jumlah centenarian ini dirilis menjelang Hari Lansia Jepang, yang diperingati setiap tanggal 15 September. Hari tersebut merupakan hari libur nasional yang didedikasikan untuk menghormati warga lanjut usia dan merayakan kontribusi mereka kepada masyarakat. Sebagai bagian dari perayaan, setiap penduduk Jepang yang baru mencapai usia 100 tahun akan menerima surat ucapan selamat dari perdana menteri, serta sebuah cangkir perak sebagai simbol penghargaan atas umur panjang mereka. Tahun ini, Kementerian Kesehatan mencatat ada 52.310 orang yang memenuhi syarat untuk menerima penghargaan tersebut. Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai seperti penghormatan kepada orang tua dan penghargaan terhadap pengalaman hidup dalam budaya Jepang.

Nyaris 100 Ribu Warga Jepang Berusia 1 Abad, Rahasia Panjang Umurnya Simpel Banget

Lantas, apa rahasia di balik umur panjang warga Jepang? Pertanyaan ini menjadi fokus perhatian banyak peneliti dan ahli kesehatan di seluruh dunia. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada tingginya angka harapan hidup di Jepang adalah rendahnya angka kematian akibat penyakit jantung dan beberapa jenis kanker umum, termasuk kanker payudara dan kanker prostat. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup dan faktor lingkungan di Jepang memiliki peran penting dalam mengurangi risiko penyakit-penyakit mematikan tersebut.

Selain itu, tingkat obesitas yang rendah di Jepang juga menjadi faktor kunci. Pola makan tradisional Jepang cenderung rendah daging merah dan kaya akan ikan, sayuran, dan produk kedelai. Kombinasi ini memberikan nutrisi yang penting bagi kesehatan jantung dan mencegah penumpukan lemak berlebih. Tingkat obesitas yang sangat rendah pada perempuan diyakini berkontribusi signifikan pada harapan hidup mereka yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa pola makan yang sehat dan gaya hidup aktif memiliki dampak yang besar pada umur panjang dan kualitas hidup.

Menariknya, sementara banyak negara lain mengalami peningkatan konsumsi gula dan garam, Jepang justru berhasil melakukan kampanye kesehatan publik yang efektif dalam mendorong masyarakat untuk mengurangi konsumsi garam. Kampanye ini didukung oleh kebijakan pemerintah dan inisiatif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya konsumsi garam berlebihan dan mendorong pilihan makanan yang lebih sehat. Keberhasilan kampanye ini menunjukkan bahwa intervensi kesehatan masyarakat yang terencana dengan baik dapat memberikan dampak positif pada kesehatan populasi secara keseluruhan.

Namun, rahasia panjang umur warga Jepang tidak hanya terletak pada pola makan yang sehat. Faktor penting lainnya adalah kebiasaan untuk tetap aktif di usia lanjut. Orang Jepang cenderung lebih banyak berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum dibandingkan lansia di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa. Aktivitas fisik yang teratur membantu menjaga kesehatan jantung, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan keseimbangan, yang semuanya penting untuk menjaga kemandirian dan kualitas hidup di usia lanjut.

Selain itu, budaya Radio Taiso, latihan kelompok sederhana berdurasi tiga menit yang disiarkan di televisi dan dilakukan di komunitas-komunitas kecil, telah menjadi bagian penting dalam menjaga kesehatan dan memperkuat rasa kebersamaan sejak tahun 1928. Latihan ini melibatkan gerakan-gerakan ringan yang mudah diikuti oleh semua orang, termasuk lansia, dan membantu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan koordinasi. Radio Taiso bukan hanya sekadar latihan fisik, tetapi juga merupakan kegiatan sosial yang mempererat hubungan antarwarga dan menciptakan rasa kebersamaan.

Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa sejumlah penelitian mempertanyakan keabsahan jumlah centenarian di dunia, termasuk di Jepang, dengan alasan adanya potensi kesalahan data, catatan publik yang tidak akurat, dan akta kelahiran yang hilang. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode pencatatan data usia yang berbeda di berbagai negara dapat menyebabkan perbedaan dalam perhitungan jumlah centenarian.

Bahkan, audit pemerintah Jepang terhadap registrasi keluarga pada tahun 2010 menemukan lebih dari 230.000 orang yang tercatat berusia 100 tahun atau lebih tetapi tidak terlacak. Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa sebagian dari orang-orang ini ternyata sudah meninggal beberapa dekade sebelumnya. Kesalahan hitung ini diduga akibat pencatatan yang kurang rapi dan adanya dugaan bahwa sebagian keluarga sengaja menyembunyikan kematian kerabat lanjut usia demi tetap menerima pensiun. Kasus ini menyoroti pentingnya peningkatan sistem pencatatan data dan verifikasi informasi untuk memastikan akurasi statistik populasi.

Penyelidikan nasional itu dipicu setelah ditemukan jenazah Sogen Kato, yang diyakini sebagai pria tertua di Tokyo pada usia 111 tahun, di rumah keluarganya, 32 tahun setelah ia sebenarnya meninggal. Kasus ini mengejutkan publik Jepang dan memicu perdebatan tentang etika dan tanggung jawab keluarga dalam merawat lansia. Kejadian ini juga menjadi pengingat akan pentingnya sistem pengawasan dan perlindungan yang kuat untuk memastikan kesejahteraan dan keselamatan warga lanjut usia.

Sebagai kesimpulan, tingginya angka harapan hidup di Jepang merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk pola makan yang sehat, gaya hidup aktif, sistem kesehatan yang baik, dan budaya yang menghargai lansia. Meskipun ada beberapa tantangan dan pertanyaan mengenai akurasi data, fakta bahwa Jepang secara konsisten mencatatkan jumlah centenarian yang tinggi menunjukkan bahwa ada sesuatu yang istimewa tentang cara hidup dan lingkungan di negara ini yang berkontribusi pada umur panjang warganya. Studi lebih lanjut tentang faktor-faktor ini dapat memberikan wawasan berharga bagi negara-negara lain yang berupaya meningkatkan kesehatan dan umur panjang populasi mereka. Selain itu, penting untuk terus meningkatkan sistem pencatatan data dan verifikasi informasi untuk memastikan akurasi statistik populasi dan mencegah penyalahgunaan sistem jaminan sosial.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :