Pantau Langsung KLB Campak, Menkes Bakal ke Sumenep

  • Maskobus
  • Aug 27, 2025

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Sumenep, Jawa Timur, dalam waktu dekat. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap peningkatan kasus infeksi campak di wilayah tersebut yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Sumenep, rencananya saya besok akan ke sana. Diundur jadi besok pagi," ungkap Menkes Budi saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu, 27 Agustus 2025.

Kunjungan Menkes tidak hanya akan terfokus di Sumenep. Beberapa kabupaten/kota lain di Madura yang menunjukkan peningkatan kasus infeksi campak yang mengkhawatirkan juga akan menjadi perhatian. Fokus utama kunjungan ini adalah untuk meninjau langsung penanganan KLB campak dan mencari solusi efektif untuk mengatasi masalah ini.

"Nah ini, sebenarnya kan campak bisa dicegah dengan imunisasi. Gimana caranya kita akan drop out imunisasinya lebih baik lagi," jelas Menkes Budi. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya imunisasi sebagai langkah pencegahan utama terhadap campak. Menkes Budi menekankan perlunya evaluasi dan peningkatan program imunisasi untuk memastikan cakupan yang lebih luas dan efektif.

Menkes Budi mencontohkan kejadian outbreak polio sebelumnya sebagai pelajaran berharga. "Sama seperti outbreak polio kemarin kan, itu karena waktu COVID-19, imunisasinya terganggu, sehingga polionya outbreak. Nah ini yang harus kita bikin program akselerasi imunisasi, sehingga tidak ada lagi anak-anak yang kena campak dan ini kan bisa mematikan," lanjutnya. Pandemi COVID-19 telah berdampak signifikan terhadap program imunisasi rutin, yang mengakibatkan penurunan cakupan dan munculnya kasus penyakit yang seharusnya bisa dicegah. Oleh karena itu, Menkes Budi menekankan pentingnya program akselerasi imunisasi untuk mengejar ketertinggalan dan melindungi anak-anak dari penyakit campak yang berpotensi mematikan.

Pantau Langsung KLB Campak, Menkes Bakal ke Sumenep

Infeksi Campak Lebih Cepat dari COVID-19

Kondisi KLB campak tidak hanya terjadi di Sumenep, Jawa Timur. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat adanya 46 KLB campak pasti yang tersebar di 42 kabupaten/kota di 13 provinsi. Data ini menunjukkan bahwa masalah campak merupakan isu nasional yang membutuhkan perhatian serius dan penanganan yang komprehensif.

"Campak ini penyakit berbahaya dan menyebabkan kematian, bahkan penularannya lebih cepat dari COVID-19," tegas dr. Prima Yosephine, MKM, Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan dalam konferensi pers pada Selasa, 26 Agustus 2025. Pernyataan ini memberikan gambaran jelas tentang betapa seriusnya penyakit campak dan potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Jumlah kasus campak di Indonesia hingga minggu ke-33 tahun 2025 menunjukkan adanya 23.128 suspek dengan 3.444 kasus terkonfirmasi. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kasus suspek terbanyak tercatat di Sumenep dengan 2.139 suspek. Data ini mengindikasikan bahwa Sumenep menjadi episentrum KLB campak dan membutuhkan intervensi segera.

Rendahnya cakupan vaksinasi menjadi salah satu faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya kasus campak di banyak wilayah di Indonesia. Capaian imunisasi campak-rubella 1 dan 2 tahun 2025 masih berada di angka 45 persen dari target 95 persen. Angka ini jauh dari ideal dan menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam program imunisasi. Kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi, akses yang terbatas ke layanan kesehatan, dan informasi yang salah tentang vaksin.

Kunjungan Menkes ke Sumenep dan wilayah lain di Madura diharapkan dapat memberikan dorongan positif dalam penanganan KLB campak. Selain meninjau langsung kondisi di lapangan, Menkes juga diharapkan dapat memberikan arahan dan dukungan kepada pemerintah daerah dalam meningkatkan cakupan imunisasi dan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat.

Strategi Penanganan KLB Campak

Untuk mengatasi KLB campak secara efektif, diperlukan strategi penanganan yang komprehensif dan terkoordinasi. Beberapa langkah yang perlu diambil antara lain:

  1. Peningkatan Cakupan Imunisasi: Pemerintah perlu meningkatkan cakupan imunisasi campak-rubella (MR) secara signifikan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperluas jangkauan layanan imunisasi, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi, dan mengatasi informasi yang salah tentang vaksin.

  2. Surveilans Epidemiologi yang Kuat: Sistem surveilans epidemiologi perlu diperkuat untuk mendeteksi kasus campak secara dini dan mencegah penyebaran yang lebih luas. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam melakukan diagnosis dan pelaporan kasus, serta memperkuat koordinasi antara berbagai pihak terkait.

  3. Tata Laksana Kasus yang Tepat: Kasus campak yang terkonfirmasi harus ditangani secara tepat dan sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini meliputi pemberian pengobatan suportif untuk meringankan gejala, mencegah komplikasi, dan mengisolasi pasien untuk mencegah penularan.

  4. Komunikasi Risiko yang Efektif: Komunikasi risiko yang efektif sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit campak dan pentingnya pencegahan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi, seperti media massa, media sosial, dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

  5. Kerja Sama Lintas Sektor: Penanganan KLB campak membutuhkan kerja sama lintas sektor yang kuat, melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat luas.

Dampak KLB Campak

KLB campak dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat, terutama pada anak-anak. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

  • Peningkatan Morbiditas dan Mortalitas: Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia, ensefalitis, dan kebutaan. Komplikasi ini dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian, terutama pada anak-anak yang belum diimunisasi.

  • Beban Sistem Kesehatan: KLB campak dapat membebani sistem kesehatan karena peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan. Hal ini dapat mengganggu pelayanan kesehatan rutin dan mengurangi kapasitas sistem kesehatan untuk menangani masalah kesehatan lainnya.

  • Dampak Sosial dan Ekonomi: KLB campak dapat berdampak sosial dan ekonomi, seperti penurunan produktivitas kerja karena orang tua harus merawat anak yang sakit, serta peningkatan biaya pengobatan.

Kesimpulan

KLB campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan membutuhkan perhatian segera. Kunjungan Menkes ke Sumenep dan wilayah lain di Madura merupakan langkah yang tepat untuk meninjau langsung kondisi di lapangan dan memberikan arahan dalam penanganan KLB campak. Dengan strategi penanganan yang komprehensif dan terkoordinasi, serta kerja sama lintas sektor yang kuat, diharapkan KLB campak dapat segera diatasi dan dicegah di masa depan. Imunisasi tetap menjadi kunci utama dalam pencegahan penyakit campak, dan upaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi harus terus ditingkatkan.

Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus bersatu padu untuk melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman penyakit campak dan mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :