Pendapatan XLSmart Naik tapi Beban Operasional Membengkak Pascamerger.

  • Maskobus
  • Aug 28, 2025

Kinerja PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk menunjukkan tren positif pada kuartal kedua (Q2) tahun 2025, menandai periode pertama setelah proses merger antara XL Axiata dan Smartfren rampung. Meskipun perusahaan berhasil mencatatkan lonjakan pendapatan yang signifikan, peningkatan ini diiringi oleh pembengkakan beban operasional sebagai konsekuensi dari konsolidasi dan integrasi pasca-merger.

Secara rinci, XLSmart membukukan pendapatan sebesar Rp 10,50 triliun pada Q2 2025, yang mencerminkan pertumbuhan sebesar 22% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Normalized EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization), sebuah metrik yang mengukur profitabilitas operasional perusahaan, tercatat sebesar Rp 4,97 triliun dengan margin 47%. Sementara itu, laba bersih yang dinormalisasi mencapai Rp 313 miliar. Jika diakumulasikan, total pendapatan XLSmart selama semester pertama tahun 2025 mencapai Rp 19,10 triliun.

Presiden Direktur & CEO XLSMART, Rajeev Sethi, menyampaikan bahwa kuartal kedua tahun 2025 merupakan tonggak penting bagi perusahaan setelah bergabungnya XL Axiata dan Smartfren. Ia menekankan bahwa perusahaan harus mampu menghadapi kompetisi industri yang semakin ketat, sambil tetap menjaga stabilitas operasional agar kualitas layanan pelanggan tetap terjaga. Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas tantangan yang dihadapi XLSmart dalam mengintegrasikan dua entitas bisnis yang berbeda, sembari mempertahankan daya saing di pasar telekomunikasi yang dinamis.

Meskipun XLSmart berhasil mencatatkan peningkatan kinerja pendapatan, hal ini diiringi oleh kenaikan beban operasional yang cukup signifikan. Beberapa komponen biaya yang mengalami peningkatan antara lain biaya infrastruktur, biaya interkoneksi, pengeluaran langsung, serta beban regulasi. Manajemen perusahaan menjelaskan bahwa lonjakan biaya ini merupakan hal yang wajar dan terkait langsung dengan proses integrasi pasca-merger. Namun, di sisi lain, perusahaan berhasil menekan biaya penjualan dan pemasaran melalui implementasi strategi digitalisasi yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa XLSmart berupaya untuk mengoptimalkan efisiensi operasional di tengah proses integrasi yang kompleks.

Rajeev Sethi menambahkan, "Dua setengah bulan pasca merger, kami menghadapi tantangan internal dan eksternal. Yang terpenting, operasional harus tetap solid agar layanan pelanggan tidak terganggu," dikutip dari keterangan tertulisnya pada Selasa, 27 Agustus 2025. Pernyataan ini mencerminkan komitmen XLSmart untuk memprioritaskan kualitas layanan pelanggan di tengah proses integrasi yang penuh tantangan.

Pendapatan XLSmart Naik tapi Beban Operasional Membengkak Pascamerger.

Selain itu, Rajeev Sethi juga menuturkan bahwa XLSmart terus fokus melakukan konsolidasi dan integrasi di berbagai lini bisnis agar kinerja perusahaan tetap berada di jalur yang tepat (on track). Ia menyebutkan sejumlah pencapaian penting yang berhasil diraih pada kuartal kedua pasca-merger, di antaranya terciptanya skala bisnis yang semakin besar, integrasi jaringan yang terus berlangsung sesuai rencana, serta meningkatnya pengalaman pelanggan. Pencapaian-pencapaian ini menunjukkan bahwa XLSmart telah membuat kemajuan yang signifikan dalam mengintegrasikan dua entitas bisnis yang berbeda, serta memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Dari sisi pelanggan, jumlah pelanggan XLSmart pada akhir kuartal kedua 2025 mencapai 82,6 juta dengan blended ARPU (Average Revenue Per User) sebesar Rp 36 ribu. Layanan data dan digital menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan, menyumbang lebih dari 91% dari total pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa XLSmart berhasil memanfaatkan pertumbuhan permintaan layanan data dan digital di Indonesia. Aplikasi MyXL, AXISNet, dan mySmartfren mencatatkan lebih dari 41,4 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active Users/MAU), tumbuh 29% YoY. Peningkatan jumlah pengguna aktif aplikasi ini mencerminkan keberhasilan XLSmart dalam meningkatkan engagement pelanggan melalui platform digital.

Dari sisi infrastruktur jaringan, perusahaan yang menaungi XL, Axis, dan Smartfren, itu kini mengoperasikan lebih dari 209 ribu BTS (Base Transceiver Station), meningkat 28% YoY. Peningkatan jumlah BTS ini menunjukkan komitmen XLSmart untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas jaringan di seluruh Indonesia. Trafik layanan naik 43% YoY menjadi 3.817 petabyte. Hal ini mencerminkan pertumbuhan permintaan layanan data yang signifikan di kalangan pelanggan XLSmart. Belanja modal (capital expenditure/capex) pada kuartal kedua mencapai Rp 2,3 triliun dari total Rp 20-25 triliun yang disiapkan sepanjang tahun, terutama dialokasikan untuk integrasi jaringan. Investasi yang signifikan dalam integrasi jaringan ini menunjukkan komitmen XLSmart untuk menciptakan sinergi dan efisiensi operasional.

Kondisi keuangan perusahaan tetap terjaga dengan utang kotor sebesar Rp 23,19 triliun, rasio net debt to EBITDA sebesar 3,53x, serta utang bersih sebesar Rp 21,93 triliun. Free Cash Flow (FCF) juga meningkat 35% menjadi Rp 6,48 triliun. Indikator-indikator keuangan ini menunjukkan bahwa XLSmart memiliki posisi keuangan yang solid dan mampu menghasilkan arus kas yang kuat.

Manajemen XLSmart menegaskan bahwa integrasi jaringan, konsolidasi komersial, serta penyatuan budaya perusahaan masih berjalan sesuai rencana. Namun, peningkatan beban operasional menjadi tantangan utama di tengah capaian pertumbuhan pendapatan pasca merger. Tantangan ini memerlukan perhatian khusus dari manajemen XLSmart untuk memastikan bahwa perusahaan dapat mencapai efisiensi operasional yang optimal dan mempertahankan profitabilitas di tengah proses integrasi yang kompleks.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa peningkatan beban operasional XLSmart dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, biaya integrasi jaringan yang meliputi sinkronisasi teknologi, standarisasi platform, dan migrasi data. Proses ini memerlukan investasi yang signifikan dalam sumber daya manusia, perangkat keras, dan perangkat lunak. Kedua, biaya konsolidasi komersial yang mencakup harmonisasi produk dan layanan, penataan ulang saluran distribusi, dan penyelarasan strategi pemasaran. Proses ini dapat menimbulkan biaya tambahan terkait dengan branding, promosi, dan pelatihan. Ketiga, biaya penyatuan budaya perusahaan yang melibatkan pelatihan karyawan, pengembangan program komunikasi internal, dan implementasi kebijakan yang mendukung kolaborasi dan sinergi. Proses ini memerlukan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan perubahan organisasi.

Untuk mengatasi tantangan peningkatan beban operasional, XLSmart dapat mengambil beberapa langkah strategis. Pertama, mengoptimalkan proses integrasi jaringan dengan memprioritaskan proyek-proyek yang memberikan dampak terbesar pada efisiensi operasional dan kualitas layanan. Kedua, meningkatkan efisiensi biaya operasional dengan mengimplementasikan teknologi otomatisasi, merampingkan proses bisnis, dan menegosiasikan kontrak yang lebih baik dengan pemasok. Ketiga, mempercepat konsolidasi komersial dengan meluncurkan produk dan layanan yang terintegrasi, mengoptimalkan saluran distribusi, dan meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran. Keempat, memperkuat budaya perusahaan dengan mempromosikan nilai-nilai kolaborasi, inovasi, dan berorientasi pada pelanggan.

Dengan mengambil langkah-langkah strategis ini, XLSmart dapat mengatasi tantangan peningkatan beban operasional dan mencapai sinergi yang diharapkan dari merger. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas, memperkuat posisi pasar, dan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi pelanggan. Selain itu, XLSmart juga perlu terus berinvestasi dalam inovasi dan pengembangan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang. Dengan demikian, XLSmart dapat mempertahankan daya saing di pasar telekomunikasi yang dinamis dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :