Penelitian Selama 15 Tahun Temukan Makanan yang Bisa Percepat Pikun, Picu Demensia

  • Maskobus
  • Sep 18, 2025

Sebuah studi prospektif yang berlangsung selama 15 tahun dan melibatkan ribuan peserta lansia di Swedia telah mengungkap hubungan signifikan antara pola makan tertentu dan peningkatan risiko demensia serta akumulasi penyakit kronis lainnya. Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Aging, memberikan bukti kuat yang mendukung peran penting nutrisi dalam menjaga kesehatan kognitif dan fisik seiring bertambahnya usia. Temuan ini menekankan perlunya intervensi diet sejak dini untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia dan penyakit terkait usia lainnya.

Studi ini, yang dikenal sebagai Swedish National Study on Aging and Care in Kungsholmen (SNAC-K), melibatkan hampir 2.500 individu dengan usia rata-rata 71 tahun pada awal penelitian. Selama periode 15 tahun, para peserta menjalani penilaian pola makan berkala melalui kuesioner makanan yang komprehensif. Data ini digunakan untuk menghitung skor Alternative Healthy Eating Index (AHEI), yang mengukur kualitas diet berdasarkan konsumsi berbagai kelompok makanan. Skor AHEI memberikan nilai positif untuk asupan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan lemak sehat, serta nilai negatif untuk konsumsi daging merah dan olahan, minuman manis, dan lemak trans.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan skor AHEI yang lebih rendah, yang mencerminkan pola makan yang kaya akan daging merah dan olahan, minuman manis, dan makanan olahan, menunjukkan tingkat akumulasi penyakit yang lebih cepat. Penyakit-penyakit ini meliputi penyakit jantung, demensia, depresi, penyakit Parkinson, diabetes, kanker, dan masalah muskuloskeletal seperti artritis dan osteoporosis. Sebaliknya, peserta dengan skor AHEI yang lebih tinggi, yang menunjukkan pola makan yang didominasi oleh sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan lemak sehat (seperti diet Mediterania), mengalami penumpukan penyakit yang lebih lambat.

Pada akhir periode penelitian, individu dengan pola makan paling sehat rata-rata mengalami dua hingga tiga penyakit kronis lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor AHEI terendah. Temuan ini menunjukkan bahwa pola makan sehat dapat memberikan efek perlindungan yang signifikan terhadap berbagai penyakit terkait usia.

Lebih khusus lagi, penelitian ini menemukan bahwa konsumsi tinggi daging merah dan olahan, serta minuman manis, secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko demensia. Pola makan ini tampaknya mempercepat penurunan kognitif dan meningkatkan kemungkinan mengembangkan demensia pada usia lanjut. Sebaliknya, pola makan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan lemak sehat dikaitkan dengan penurunan risiko demensia dan penurunan kognitif yang lebih lambat.

Penelitian Selama 15 Tahun Temukan Makanan yang Bisa Percepat Pikun, Picu Demensia

Peneliti berspekulasi bahwa beberapa mekanisme dapat menjelaskan hubungan antara pola makan dan risiko demensia. Pertama, daging merah dan olahan, serta minuman manis, cenderung tinggi lemak jenuh dan gula tambahan, yang dapat meningkatkan peradangan dan stres oksidatif di otak. Peradangan kronis dan stres oksidatif merupakan faktor kunci dalam perkembangan demensia dan penyakit neurodegeneratif lainnya.

Kedua, pola makan yang tidak sehat dapat berkontribusi pada disfungsi pembuluh darah dan penurunan aliran darah ke otak. Otak sangat bergantung pada aliran darah yang stabil untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk fungsi optimal. Gangguan aliran darah dapat merusak sel-sel otak dan meningkatkan risiko demensia.

Ketiga, pola makan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan lemak sehat mengandung antioksidan dan nutrisi anti-inflamasi yang dapat melindungi otak dari kerusakan. Antioksidan membantu menetralkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel-sel otak. Nutrisi anti-inflamasi membantu mengurangi peradangan dan mendukung kesehatan otak.

Temuan dari penelitian SNAC-K sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan manfaat diet Mediterania untuk kesehatan kognitif. Diet Mediterania kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan, dan rendah daging merah dan olahan, serta makanan olahan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa diet Mediterania dapat membantu melindungi terhadap penurunan kognitif dan demensia.

Penelitian SNAC-K menambah bukti yang berkembang bahwa pola makan memainkan peran penting dalam kesehatan kognitif dan risiko demensia. Temuan ini memiliki implikasi penting untuk kesehatan masyarakat. Mereka menekankan perlunya mempromosikan pola makan sehat sepanjang hidup untuk mengurangi risiko demensia dan penyakit terkait usia lainnya.

Intervensi diet sejak dini sangat penting untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia. Individu yang mengadopsi pola makan sehat di usia muda dan mempertahankannya seiring bertambahnya usia cenderung memiliki kesehatan kognitif yang lebih baik dan risiko demensia yang lebih rendah.

Pola makan sehat harus mencakup berbagai macam sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan lemak sehat. Daging merah dan olahan, serta minuman manis dan makanan olahan, harus dibatasi.

Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok. Faktor-faktor gaya hidup ini juga dapat membantu melindungi terhadap penurunan kognitif dan demensia.

Penelitian SNAC-K memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini bersifat observasional, yang berarti tidak dapat membuktikan sebab dan akibat. Mungkin saja faktor lain, selain pola makan, yang berkontribusi terhadap hubungan antara pola makan dan risiko demensia. Kedua, penelitian ini mengandalkan kuesioner makanan untuk menilai pola makan, yang mungkin tidak selalu akurat. Ketiga, penelitian ini dilakukan di Swedia, sehingga hasilnya mungkin tidak berlaku untuk populasi lain.

Meskipun ada keterbatasan ini, penelitian SNAC-K memberikan bukti kuat yang mendukung peran penting nutrisi dalam menjaga kesehatan kognitif dan fisik seiring bertambahnya usia. Temuan ini menekankan perlunya intervensi diet sejak dini untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia dan penyakit terkait usia lainnya.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini dan untuk mengidentifikasi mekanisme spesifik yang menghubungkan pola makan dengan risiko demensia. Namun, bukti yang ada menunjukkan bahwa mengadopsi pola makan sehat adalah salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan individu untuk melindungi kesehatan kognitif mereka seiring bertambahnya usia.

Adrian Carballo-Casla, peneliti yang terlibat dalam studi ini, menekankan pentingnya temuan penelitian ini, dengan menyatakan, "Hasil kami menunjukkan betapa pentingnya pola makan dalam memengaruhi perkembangan multimorbiditas pada populasi lanjut usia." Pernyataan ini menggarisbawahi perlunya kesadaran dan tindakan publik untuk mempromosikan pola makan sehat sebagai strategi pencegahan untuk demensia dan penyakit kronis lainnya.

Kesimpulannya, penelitian SNAC-K memberikan bukti kuat yang mendukung hubungan antara pola makan tertentu dan peningkatan risiko demensia serta akumulasi penyakit kronis lainnya. Temuan ini menekankan perlunya intervensi diet sejak dini untuk mencegah atau menunda timbulnya demensia dan penyakit terkait usia lainnya. Dengan mengadopsi pola makan sehat yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan lemak sehat, individu dapat secara signifikan mengurangi risiko demensia dan meningkatkan kesehatan kognitif dan fisik mereka seiring bertambahnya usia.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :