Jakarta, Indonesia – Program naturalisasi pemain untuk Timnas Indonesia kembali menjadi sorotan, dengan pengamat sepak bola dan anggota parlemen menyerukan agar PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) lebih fokus pada pengembangan talenta lokal. Kesit Budi Handoyo, pengamat sepak bola nasional dan Ketua PWI DKI Jakarta, menyatakan harapannya agar PSSI tidak terlalu bergantung pada naturalisasi dan lebih menekankan pada pembinaan pemain muda di dalam negeri.
Kritik terhadap program naturalisasi semakin menguat setelah anggota Komisi X DPR RI, Arisal Aziz, mendesak PSSI untuk mengoptimalkan pembinaan sepak bola di dalam negeri. Arisal bahkan mengusulkan agar program naturalisasi dihentikan jika Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa PSSI terlalu fokus pada solusi instan dengan menaturalisasi pemain asing keturunan, sementara mengabaikan investasi jangka panjang dalam pengembangan pemain lokal.
Menanggapi hal ini, Kesit Budi Handoyo menjelaskan bahwa ia tidak sepenuhnya menentang naturalisasi, tetapi menekankan perlunya pendekatan yang lebih seimbang. "Saya sepakat bahwa program naturalisasi di Indonesia itu dihentikan," ujarnya kepada Bola.com, "Tapi, ‘stop’ itu artinya, dalam perekrutannya yang saat ini dari satu tahun terakhir sangat masif banget ya. Bukan hanya untuk timnas putra saja, tapi juga Timnas putri di semua level usia. Silakan saja naturalisasi dijalankan, jika memang masih ada pemain keturunan berdarah Indonesia yang masih berminat," imbuhnya.
Kesit menambahkan bahwa naturalisasi seharusnya tidak menjadi satu-satunya solusi untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia. Ia berpendapat bahwa PSSI perlu lebih selektif dalam memilih pemain naturalisasi dan memastikan bahwa mereka benar-benar memiliki kualitas yang dapat meningkatkan performa tim secara signifikan. Selain itu, PSSI juga harus memastikan bahwa program naturalisasi tidak menghambat perkembangan pemain muda lokal yang memiliki potensi untuk bersaing di level internasional.
"Saya setuju, kita jangan tergantung dengan naturalisasi," tegas Kesit. "Program naturalisasi sekarang dijalankan karena menurut Pak Erick ada momentum untuk dimanfaatkan Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Sampai akhirnya, sudah sejauh ini bisa melangkah ke round 4. Meskipun kita belum tahu juga apakah Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2026, apakah kita melanjutkan perjuangan ke round 5 untuk mendapatkan play-off atau malah tidak lolos," jelasnya.
Momentum dan Keseimbangan
Pernyataan Kesit menyoroti dilema yang dihadapi PSSI dalam upaya meningkatkan prestasi Timnas Indonesia. Di satu sisi, naturalisasi pemain dapat memberikan dorongan instan dengan mendatangkan pemain berkualitas yang memiliki pengalaman bermain di liga-liga top Eropa. Di sisi lain, ketergantungan yang berlebihan pada naturalisasi dapat mengabaikan potensi pemain lokal dan menghambat pengembangan sepak bola di dalam negeri.
Kesit menekankan pentingnya memanfaatkan momentum yang ada dengan pemain naturalisasi yang sudah bergabung dengan Timnas Indonesia. Namun, ia juga mengingatkan PSSI untuk tidak melupakan pembinaan pemain muda dan menciptakan ekosistem sepak bola yang berkelanjutan.
"Harus juga menyeimbangkan, karena bagaimanapun juga, harus memberikan kesempatan kepada generasi muda Indonesia yang sudah merintis karir dari SSB di tanah air," ujarnya. "Makanya, keharusan bagi PSSI untuk semakin memperhatikan pembinaan usia muda. Kompetisi di semua jenjang usia pun harus semakin diaktifkan," tambahnya.
Investasi dalam Pembinaan Usia Muda
Kesit Budi Handoyo secara tegas menyatakan bahwa kunci utama untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia adalah dengan berinvestasi dalam pembinaan usia muda. Ia menyarankan agar PSSI fokus pada pengembangan akademi sepak bola yang berkualitas, meningkatkan kualitas pelatih di semua tingkatan, dan menyelenggarakan kompetisi usia muda yang terstruktur dan berkelanjutan.
"Karena kalau tidak diaktifkan, kita tidak akan mendapatkan pemain-pemain muda yang mendapatkan atmosfer kompetisi yang muaranya untuk timnas. Kalau sedikit-sedikit pemain naturalisasi, ya nanti tidak bagus juga untuk pembinaan pemain, yang akan berujung untuk prestasi timnas kedepan," tegas Kesit.
Pentingnya pembinaan usia muda juga ditegaskan oleh pengamat sepak bola lainnya, yang berpendapat bahwa pemain muda Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang jika diberikan kesempatan dan dukungan yang tepat. Mereka menyoroti bahwa banyak pemain muda Indonesia yang memiliki bakat alami, tetapi kurang mendapatkan pelatihan dan pembinaan yang memadai untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Pentingnya Kompetisi yang Berkualitas
Selain pembinaan usia muda, Kesit juga menekankan pentingnya kompetisi yang berkualitas di semua tingkatan. Ia berpendapat bahwa kompetisi yang kompetitif akan memaksa pemain untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dan memberikan pengalaman berharga dalam menghadapi tekanan dan tantangan.
"Kompetisi di semua jenjang usia pun harus semakin diaktifkan," ujarnya. "Karena kalau tidak diaktifkan, kita tidak akan mendapatkan pemain-pemain muda yang mendapatkan atmosfer kompetisi yang muaranya untuk timnas," tambahnya.
PSSI telah berupaya meningkatkan kualitas kompetisi di Indonesia dengan menerapkan berbagai regulasi dan standar yang lebih ketat. Namun, masih banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti masalah infrastruktur, kualitas wasit, dan profesionalisme klub.
Menuju Sepak Bola Indonesia yang Berkelanjutan
Secara keseluruhan, pernyataan Kesit Budi Handoyo mencerminkan kekhawatiran yang berkembang tentang arah pengembangan sepak bola Indonesia. Ia menyerukan agar PSSI mengambil pendekatan yang lebih seimbang antara naturalisasi pemain dan pembinaan pemain lokal. Ia menekankan bahwa investasi jangka panjang dalam pembinaan usia muda dan peningkatan kualitas kompetisi adalah kunci untuk menciptakan sepak bola Indonesia yang berkelanjutan dan berprestasi.
PSSI perlu mendengarkan masukan dari para pengamat sepak bola, anggota parlemen, dan masyarakat umum untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan sepak bola Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan sepak bola yang disegani di Asia dan dunia.
Pelajaran dari Negara Lain
Indonesia dapat belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil mengembangkan sepak bola mereka melalui investasi dalam pembinaan usia muda dan pengembangan kompetisi lokal. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Belgia telah menunjukkan bahwa dengan fokus pada pengembangan pemain lokal dan menciptakan ekosistem sepak bola yang berkualitas, sebuah negara dapat mencapai kesuksesan di level internasional.
Jepang, misalnya, telah berinvestasi besar-besaran dalam pembinaan usia muda sejak tahun 1990-an. Mereka telah membangun akademi sepak bola yang berkualitas di seluruh negeri dan menerapkan kurikulum pelatihan yang terstandarisasi. Hasilnya, Jepang telah menjadi salah satu kekuatan sepak bola terbesar di Asia dan secara rutin lolos ke Piala Dunia.
Korea Selatan juga telah mengikuti jejak Jepang dengan berinvestasi dalam pembinaan usia muda dan pengembangan kompetisi lokal. Mereka telah membangun infrastruktur sepak bola yang modern dan menerapkan program pelatihan yang inovatif. Hasilnya, Korea Selatan telah menjadi salah satu kekuatan sepak bola terbesar di Asia dan bahkan berhasil mencapai semifinal Piala Dunia 2002.
Belgia adalah contoh negara Eropa yang telah berhasil mengembangkan sepak bola mereka melalui investasi dalam pembinaan usia muda. Mereka telah membangun akademi sepak bola yang berkualitas dan menerapkan filosofi sepak bola yang menyerang dan atraktif. Hasilnya, Belgia telah menghasilkan banyak pemain berkualitas yang bermain di liga-liga top Eropa dan berhasil mencapai semifinal Piala Dunia 2018.
Kesimpulan
Pengamat sepak bola dan anggota parlemen sepakat bahwa PSSI perlu mengambil pendekatan yang lebih seimbang antara naturalisasi pemain dan pembinaan pemain lokal. Investasi jangka panjang dalam pembinaan usia muda dan peningkatan kualitas kompetisi adalah kunci untuk menciptakan sepak bola Indonesia yang berkelanjutan dan berprestasi. Dengan belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil mengembangkan sepak bola mereka, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan sepak bola yang disegani di Asia dan dunia. PSSI harus mendengarkan masukan dari para ahli dan masyarakat umum untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan sepak bola Indonesia dan mencapai tujuan tersebut.