Pengangguran di AS Melonjak, Sinyal Fed Turunkan Suku Bunga Makin Kuat

  • Maskobus
  • Sep 06, 2025

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan perlambatan yang signifikan, tercermin dari data pasar tenaga kerja yang dirilis terbaru. Tingkat pengangguran di AS melonjak menjadi 4,3% pada bulan Agustus, menandai level tertinggi dalam hampir empat tahun terakhir. Data ini mengindikasikan melemahnya kondisi pasar tenaga kerja dan semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan kebijakan bulan ini.

Laporan ketenagakerjaan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat lalu, seperti dikutip dari Reuters, juga menyoroti adanya kontraksi ekonomi di AS pada bulan Juni. Ini menjadi kontraksi pertama dalam kurun waktu 4,5 tahun terakhir. Pertumbuhan lapangan kerja melambat secara drastis, dengan para ekonom mengaitkan fenomena ini dengan sejumlah faktor, termasuk kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, serta pengetatan kebijakan imigrasi yang berdampak pada ketersediaan tenaga kerja.

Secara lebih detail, data menunjukkan bahwa penambahan lapangan kerja non-pertanian (nonfarm payrolls) hanya mencapai 22.000 pada bulan Agustus, jauh di bawah ekspektasi para ekonom yang memperkirakan penambahan sekitar 75.000 pekerjaan. Angka ini juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan penambahan 79.000 pekerjaan pada bulan Juli. Bahkan, data untuk bulan Juni direvisi turun, menunjukkan penurunan 13.000 pekerjaan, berbeda dengan laporan sebelumnya yang mencatat kenaikan 14.000 pekerjaan.

Pelemahan pasar tenaga kerja tercermin dari dinamika perekrutan. Pada bulan Juli, jumlah pengangguran melampaui jumlah lowongan pekerjaan untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19 melanda. Hal ini mengindikasikan bahwa pencari kerja menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

Pengangguran di AS Melonjak, Sinyal Fed Turunkan Suku Bunga Makin Kuat

Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Trump telah mendorong rata-rata tarif impor AS ke level tertinggi sejak tahun 1934. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan potensi inflasi yang lebih tinggi, yang pada gilirannya dapat menghambat upaya bank sentral untuk menurunkan suku bunga. Meskipun ketidakpastian perdagangan mereda seiring dengan implementasi sebagian besar tarif, keputusan pengadilan banding AS yang menyatakan bahwa banyak bea masuk tersebut ilegal menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha.

Menanggapi data ketenagakerjaan yang mengecewakan ini, Kepala Riset Ekonomi AS di Fitch Ratings, Olu Sonola, menyatakan, "Alarm peringatan di pasar tenaga kerja yang berbunyi bulan lalu kini terdengar lebih keras. The Fed kemungkinan besar akan memprioritaskan stabilitas pasar tenaga kerja dibandingkan mandat inflasi, meski inflasi semakin jauh dari target 2 persen. Sulit dipungkiri bahwa ketidakpastian tarif adalah faktor utama pelemahan ini."

Data ketenagakerjaan yang lemah ini memberikan tekanan tambahan pada The Fed untuk mengambil tindakan. Ketua The Fed, Jerome Powell, telah mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang dijadwalkan pada tanggal 16-17 September. Powell mengakui adanya peningkatan risiko di pasar tenaga kerja, meskipun inflasi tetap menjadi perhatian. The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50% sejak Desember.

Sebagai respons terhadap data ketenagakerjaan yang dirilis, imbal hasil obligasi AS mengalami penurunan, sementara nilai tukar dolar AS melemah. Hal ini mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan segera mengambil tindakan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Namun, tidak semua sektor ekonomi mengalami dampak yang sama. Sebagian besar penambahan pekerjaan terjadi di sektor kesehatan, dengan kenaikan 31.000 payrolls. Meskipun demikian, angka ini masih di bawah rata-rata 42.000 per bulan selama setahun terakhir. Lapangan kerja di industri bantuan sosial juga mengalami kenaikan sebesar 16.000. Akan tetapi, data pemerintah menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di sektor kesehatan dan bantuan sosial mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut pada bulan Juli.

Di sisi lain, payrolls pemerintah federal mengalami penurunan sebesar 15.000 dan secara kumulatif menyusut 97.000 sejak Januari. Penurunan tajam diperkirakan akan berlanjut pada bulan Oktober setelah berakhirnya pembayaran pesangon bagi sejumlah pegawai. Beberapa sektor lain juga mencatat kehilangan pekerjaan, termasuk perdagangan grosir, manufaktur, konstruksi, serta jasa profesional dan bisnis.

Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, memberikan komentar yang lebih optimistis, dengan menyatakan, "Angka ini agak mengecewakan, tapi saya cukup yakin akan direvisi naik." Namun, komentar ini tidak meredakan kekhawatiran pasar mengenai kondisi ekonomi AS.

Selain data ketenagakerjaan, terdapat faktor lain yang menambah kompleksitas situasi ekonomi AS. Pada bulan Agustus, Presiden Trump memecat Kepala BLS (Bureau of Labor Statistics), Erika McEntarfer, dengan tuduhan tanpa bukti bahwa ia memanipulasi data ketenagakerjaan. Pemecatan ini terjadi setelah data payroll Mei dan Juni direvisi tajam ke bawah.

Para ekonom membela McEntarfer dan menjelaskan bahwa revisi tersebut disebabkan oleh "birth-and-death model", metode yang digunakan oleh BLS untuk memperkirakan jumlah pekerjaan yang bertambah atau hilang akibat perusahaan baru berdiri atau gulung tikar.

Ernie Tedeschi, Direktur Ekonomi di Budget Lab, Yale University, menjelaskan, "Kita berada di pasar tenaga kerja dengan churn rendah, artinya tidak banyak perekrutan maupun PHK. Jadi pertumbuhan pekerjaan yang ada terutama digerakkan oleh kelahiran perusahaan baru."

Tedeschi menambahkan, "Tapi justru bagian itulah yang paling banyak diperkirakan. Bagian itu paling sensitif terhadap revisi karena didasarkan pada pemodelan BLS, bukan data survei langsung."

Pertumbuhan pekerjaan diperkirakan akan semakin terbebani ketika BLS pada hari Selasa (2/9) merilis estimasi revisi awal tingkat ketenagakerjaan untuk periode 12 bulan hingga Maret. Berdasarkan data Quarterly Census of Employment and Wages (QCEW), para ekonom memperkirakan tingkat ketenagakerjaan bisa direvisi turun hingga 800.000. Data QCEW sendiri berasal dari laporan perusahaan kepada program asuransi pengangguran negara bagian.

Sebagai pengganti McEntarfer, Trump mencalonkan E.J. Antoni, kepala ekonom dari lembaga konservatif Heritage Foundation. Antoni dikenal sering menulis opini yang kritis terhadap BLS, bahkan pernah mengusulkan agar laporan ketenagakerjaan bulanan dihentikan. Namun, banyak ekonom dari berbagai spektrum ideologi menilai bahwa Antoni tidak memenuhi kualifikasi untuk posisi tersebut.

Secara keseluruhan, data ketenagakerjaan terbaru memberikan gambaran yang suram mengenai kondisi ekonomi AS. Perlambatan pertumbuhan lapangan kerja, kenaikan tingkat pengangguran, dan ketidakpastian perdagangan telah meningkatkan tekanan pada The Fed untuk mengambil tindakan. Meskipun pemangkasan suku bunga dapat membantu menstimulus pertumbuhan ekonomi, terdapat risiko bahwa kebijakan ini dapat memicu inflasi. The Fed menghadapi tantangan yang sulit dalam menyeimbangkan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.

Selain itu, faktor-faktor non-ekonomi, seperti ketegangan politik dan kebijakan perdagangan, juga dapat mempengaruhi prospek ekonomi AS. Pasar akan terus memantau data ekonomi dan perkembangan politik untuk mengukur risiko dan peluang di masa depan. Keputusan The Fed dalam pertemuan kebijakan bulan September akan menjadi kunci untuk menentukan arah ekonomi AS dalam beberapa bulan mendatang. Dampak dari keputusan tersebut akan dirasakan tidak hanya di AS, tetapi juga di seluruh dunia.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :