Penurunan Suku Bunga AS Bikin Bitcoin Melejit, Bisa Tembus Rp2 Miliar Lagi?

  • Maskobus
  • Sep 22, 2025

Harga Bitcoin (BTC) menunjukkan ketahanan dan kecenderungan meningkat setelah Federal Reserve (The Fed) mengambil langkah signifikan dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjangkau kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen pada hari Rabu, 17 September 2025, waktu Amerika Serikat. Keputusan ini menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak Desember 2024, dilakukan di tengah kekhawatiran mengenai potensi melemahnya pasar tenaga kerja dan tekanan inflasi yang terus-menerus.

Menurut data dari CoinGecko, dalam enam jam setelah pengumuman tersebut, harga Bitcoin sempat mendekati USD117 ribu, setara dengan sekitar Rp1,93 miliar (dengan kurs Rp16.521 per USD), sebelum mengalami koreksi tipis kembali ke USD116.600.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga ini diambil sebagai tindakan ‘manajemen risiko’ dalam menghadapi tanda-tanda pelemahan ekonomi, termasuk revisi ke bawah sebanyak 900 ribu lapangan kerja dalam setahun terakhir. Powell juga mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan lanjutan jika data ekonomi menunjukkan tren yang melemah.

Meskipun reaksi pasar kripto tampak terbatas, sejumlah analis berpendapat bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar berpotensi mendorong penguatan Bitcoin hingga akhir tahun. Permintaan tambahan dari produk investasi seperti obligasi perusahaan dan ETF Bitcoin juga dianggap sebagai katalis positif.

Produk ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus masuk bersih sebesar 20.685 BTC pada pekan lalu, angka tertinggi sejak Juli 2025. Hal ini meningkatkan total kepemilikan ETF menjadi 1,32 juta BTC, yang menandakan sentimen institusional yang semakin kuat terhadap aset kripto ini.

Penurunan Suku Bunga AS Bikin Bitcoin Melejit, Bisa Tembus Rp2 Miliar Lagi?

Fyqieh Fachrur, seorang analis dari Tokocrypto, berpendapat bahwa stabilitas harga Bitcoin setelah keputusan The Fed menunjukkan bahwa pasar telah mengantisipasi pemangkasan tersebut. Menurutnya, fokus investor kini beralih pada arah kebijakan The Fed selanjutnya.

"Pemangkasan ini memang tidak memberikan lonjakan harga instan, karena sebagian besar sudah diperhitungkan oleh pasar. Namun, jika The Fed kembali menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya, maka likuiditas global akan meningkat dan berpotensi mendorong Bitcoin menembus level resistance baru di kisaran USD120 ribu atau sekitar Rp1,98 miliar," jelas Fyqieh dalam keterangan tertulisnya, Senin, 22 September 2025.

Riwayat pergerakan harga Bitcoin menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga tidak selalu berujung pada reli harga yang berkelanjutan. Justru, euforia pasar sering kali diikuti oleh aksi jual besar-besaran. Terakhir kali The Fed memangkas suku bunga pada 18 Desember 2024, harga Bitcoin berada di sekitar USD106 ribu sebelum merosot 30 persen dalam beberapa minggu berikutnya.

Saat ini, dengan Bitcoin kembali bertengger di atas USD117 ribu, para pelaku pasar tetap berhati-hati terhadap potensi terulangnya pola serupa. Kewaspadaan ini didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan pemahaman bahwa pasar kripto sangat fluktuatif dan rentan terhadap sentimen negatif.

Fyqieh menambahkan bahwa tren arus masuk ke ETF Bitcoin spot dapat menjadi faktor penentu pergerakan harga dalam jangka menengah. "Minat institusi melalui ETF menjadi bukti bahwa Bitcoin semakin dilihat sebagai aset lindung nilai terhadap pelemahan dolar dan inflasi. Selama sentimen makro tetap dovish, ruang kenaikan BTC masih terbuka lebar," jelasnya.

The Fed memproyeksikan bahwa suku bunga dapat turun ke 3,6 persen pada akhir 2025, dengan kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan dalam beberapa bulan ke depan. Jika proyeksi ini terealisasi, aset berisiko, termasuk kripto, diperkirakan akan mendapat dorongan positif. Penurunan suku bunga akan membuat investasi pada aset berisiko menjadi lebih menarik karena biaya peluang untuk memegang aset yang lebih aman (seperti obligasi pemerintah) menjadi lebih rendah.

Namun, ketidakpastian geopolitik dan tekanan politik domestik di AS tetap menjadi variabel yang perlu dicermati oleh investor. Ketegangan geopolitik dapat memicu volatilitas pasar, sementara kebijakan politik domestik dapat memengaruhi sentimen investor terhadap aset berisiko.

Dalam kondisi ini, Bitcoin dipandang berperan ganda, yakni sebagai aset spekulatif dengan potensi pertumbuhan yang tinggi sekaligus sebagai instrumen lindung nilai terhadap risiko makroekonomi. Sebagai aset spekulatif, Bitcoin menawarkan potensi keuntungan yang besar, tetapi juga membawa risiko yang signifikan. Sebagai instrumen lindung nilai, Bitcoin dapat membantu investor melindungi nilai aset mereka dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Dengan demikian, investor perlu mempertimbangkan dengan cermat profil risiko mereka dan tujuan investasi mereka sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam Bitcoin. Diversifikasi portofolio juga merupakan strategi yang penting untuk mengurangi risiko investasi secara keseluruhan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa pasar kripto masih relatif baru dan terus berkembang. Regulasi yang jelas dan kerangka hukum yang komprehensif masih dalam proses pengembangan di banyak negara. Ketidakpastian regulasi dapat menjadi sumber risiko tambahan bagi investor.

Oleh karena itu, investor perlu mengikuti perkembangan regulasi terkait kripto dan memahami implikasinya terhadap investasi mereka. Edukasi dan penelitian yang cermat merupakan kunci untuk membuat keputusan investasi yang tepat dan mengelola risiko dengan efektif.

Secara keseluruhan, penurunan suku bunga oleh The Fed dapat memberikan dorongan positif bagi harga Bitcoin, tetapi investor perlu tetap berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor risiko sebelum berinvestasi. Potensi kenaikan harga Bitcoin hingga Rp2 miliar masih mungkin terjadi, tetapi pasar kripto selalu penuh dengan kejutan. Analisis fundamental dan teknikal yang komprehensif, serta manajemen risiko yang disiplin, sangat penting untuk mencapai kesuksesan dalam investasi kripto.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, ada beberapa faktor lain yang juga dapat memengaruhi harga Bitcoin di masa depan. Faktor-faktor ini meliputi:

  • Adopsi institusional: Semakin banyak institusi keuangan yang mulai berinvestasi dalam Bitcoin, semakin besar pula potensi kenaikan harganya. Adopsi institusional dapat memberikan legitimasi lebih lanjut kepada Bitcoin dan menarik lebih banyak investor ritel.

  • Regulasi: Regulasi yang jelas dan mendukung dapat membantu meningkatkan kepercayaan investor terhadap Bitcoin dan mendorong adopsi yang lebih luas. Sebaliknya, regulasi yang ketat dan membatasi dapat menghambat pertumbuhan pasar Bitcoin.

  • Inovasi teknologi: Pengembangan teknologi baru yang meningkatkan skalabilitas, keamanan, dan kegunaan Bitcoin dapat meningkatkan nilainya. Contohnya adalah pengembangan solusi lapisan kedua seperti Lightning Network, yang memungkinkan transaksi Bitcoin yang lebih cepat dan murah.

  • Sentimen pasar: Sentimen pasar dapat memainkan peran penting dalam pergerakan harga Bitcoin. Berita positif dan sentimen bullish dapat mendorong harga naik, sementara berita negatif dan sentimen bearish dapat menyebabkan harga turun.

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih informed dan meningkatkan peluang mereka untuk mencapai kesuksesan dalam pasar kripto.

Penting untuk diingat bahwa investasi dalam Bitcoin dan aset kripto lainnya memiliki risiko yang signifikan dan tidak cocok untuk semua investor. Investor harus hanya menginvestasikan dana yang mereka mampu kehilangan dan harus selalu melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan investasi.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :