Gerald Vanenburg, pelatih Timnas Indonesia U-23, menyoroti penurunan performa yang dialami oleh penyerang andalannya, Rafael Struick. Vanenburg meyakini bahwa kurangnya menit bermain yang didapatkan Struick menjadi faktor utama penyebab merosotnya penampilan pemain berusia 22 tahun tersebut. Menurutnya, kompetisi yang berkualitas dan terstruktur dengan baik sangat krusial bagi perkembangan pemain muda, termasuk Struick, agar dapat mencapai potensi maksimal mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rafael Struick memang sempat mencuri perhatian dan menjadi salah satu penyerang yang diandalkan, tidak hanya di Timnas Indonesia U-23, tetapi juga di skuad senior Garuda. Namun, dalam setahun terakhir, pemain yang merumput di Eropa ini terlihat kesulitan untuk bersaing dan menunjukkan performa terbaiknya. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi tim pelatih dan para penggemar sepak bola Tanah Air.
Vanenburg menjelaskan bahwa ia telah berbicara secara pribadi dengan Struick mengenai masalah ini. Ia menekankan bahwa menit bermain yang cukup sangat penting bagi seorang pemain untuk menjaga performa dan ketajamannya. Tanpa kesempatan bermain yang reguler, seorang pemain akan kesulitan untuk mengembangkan kemampuannya, menjaga kondisi fisik, dan mempertahankan kepercayaan dirinya.
"Ya, itu sesuatu yang harus kami bicarakan. Saya pernah membicarakan hal ini kepada Struick. Jika Anda tidak mendapatkan menit bermain, maka performa akan turun," kata Gerald dalam konferensi pers seusai laga Kualifikasi Piala Asia U-23 2026. Pernyataan ini menggarisbawahi betapa pentingnya peran klub dalam memberikan kesempatan bermain yang cukup bagi pemain-pemain muda potensial.
Lebih lanjut, Vanenburg menegaskan bahwa masalah yang dialami Struick tidak hanya menjadi tanggung jawab individu pemain tersebut. Ia menilai bahwa Indonesia secara keseluruhan perlu berfokus untuk menyediakan kompetisi usia muda yang berkualitas sebagai wadah pembinaan yang efektif. Kompetisi yang baik akan memberikan kesempatan bagi para pemain muda untuk berkembang, mengasah kemampuan, dan mendapatkan pengalaman berharga.
"Dan saya pikir tidak adil jika hanya berbicara soal Rafael Struick. Sebab, ini jadi pekerjaan rumah sebelum kita memiliki pemain-pemain keturunan dari Belanda," ujar pelatih berusia 61 tahun tersebut. Vanenburg menyadari bahwa keberadaan pemain-pemain keturunan seperti Struick dapat memberikan dampak positif bagi Timnas Indonesia, namun ia juga menekankan pentingnya pembinaan pemain lokal yang berkualitas.
Vanenburg menambahkan, "Jadi, pertama para pemain kami harus berlatih lebih baik, berkompetisi di kompetisi yang lebih baik. Kita harus bisa menyediakan itu dengan cepat. Karena itu tempat di mana kita bisa bekerja untuk melatih pemain-pemain muda." Pernyataan ini menunjukkan komitmen Vanenburg untuk meningkatkan kualitas pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia. Ia percaya bahwa dengan adanya kompetisi yang baik, para pemain muda akan memiliki kesempatan untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal mereka.
Selain menyoroti pentingnya kompetisi yang berkualitas, Vanenburg juga menekankan perlunya membangun sepak bola akar rumput. Ia menjelaskan bahwa upaya ini merupakan aspek yang sangat penting untuk saat ini, meskipun hasilnya baru bisa dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Investasi dalam sepak bola akar rumput akan menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan sepak bola Indonesia di masa depan.
"Untuk sekarang memang sangat sulit. Namun, di mana pun di Indonesia, menurut saya kita perlu pembinaan, tempat di mana anak-anak dan pesepak bola muda bisa bermain dan berlatih," kata dia. Vanenburg menyadari bahwa membangun sepak bola akar rumput membutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah, federasi sepak bola, klub, dan masyarakat.
"Jadi, sangat penting untuk membangun dari bawah. Ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tidak hanya setahun dua tahun. Terkadang hal semacam ini butuh waktu sampai 10 tahun," imbuhnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Vanenburg memiliki visi jangka panjang untuk mengembangkan sepak bola Indonesia. Ia menyadari bahwa perubahan yang signifikan membutuhkan waktu dan proses yang berkelanjutan.
Sayangnya, perjuangan Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 harus berakhir dengan kekecewaan. Pada pertandingan terakhir Grup J, Timnas Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Timnas Korea Selatan U-23 setelah tumbang dengan skor 0-1. Kekalahan ini membuat Timnas Indonesia U-23 gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2026.
Meskipun gagal lolos, Vanenburg tetap memberikan apresiasi kepada para pemainnya atas kerja keras dan dedikasi yang telah mereka tunjukkan selama kualifikasi. Ia juga berharap bahwa pengalaman ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi para pemain muda Indonesia untuk terus berkembang dan meningkatkan kemampuan mereka.
Kasus Rafael Struick menjadi contoh nyata betapa pentingnya peran klub dalam memberikan kesempatan bermain yang cukup bagi pemain-pemain muda. Klub memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi pemain muda dan memberikan mereka kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka di lapangan. Tanpa dukungan dari klub, pemain muda akan kesulitan untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal mereka.
Selain itu, federasi sepak bola juga memiliki peran penting dalam menciptakan kompetisi usia muda yang berkualitas. Federasi harus memastikan bahwa kompetisi berjalan dengan baik, terstruktur, dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua pemain muda untuk berkembang. Kompetisi yang berkualitas akan menciptakan lingkungan yang kompetitif dan memotivasi para pemain muda untuk terus meningkatkan kemampuan mereka.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sepak bola usia muda. Pemerintah dapat memberikan dukungan finansial, infrastruktur, dan kebijakan yang mendukung perkembangan sepak bola usia muda. Dukungan dari pemerintah akan membantu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan sepak bola di Indonesia.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sepak bola usia muda. Masyarakat dapat memberikan dukungan moral, finansial, dan partisipasi aktif dalam kegiatan sepak bola usia muda. Dukungan dari masyarakat akan memberikan semangat dan motivasi bagi para pemain muda untuk terus berjuang dan mencapai impian mereka.
Dengan kerja sama dari semua pihak, Indonesia dapat menciptakan ekosistem sepak bola yang kondusif bagi perkembangan pemain muda. Ekosistem yang baik akan membantu Indonesia menghasilkan pemain-pemain berkualitas yang dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Kasus Rafael Struick juga menjadi pengingat bagi para pemain muda Indonesia untuk terus bekerja keras, meningkatkan kemampuan, dan tidak mudah menyerah. Para pemain muda harus memiliki mentalitas yang kuat, disiplin, dan komitmen untuk mencapai impian mereka. Dengan kerja keras dan dedikasi, para pemain muda Indonesia dapat meraih kesuksesan di dunia sepak bola.
Selain itu, para pemain muda juga harus memanfaatkan kesempatan yang ada untuk belajar dari para pemain senior dan pelatih yang berpengalaman. Belajar dari pengalaman orang lain akan membantu para pemain muda untuk menghindari kesalahan yang sama dan mempercepat proses perkembangan mereka.
Para pemain muda juga harus menjaga kondisi fisik dan mental mereka. Kondisi fisik dan mental yang prima akan membantu para pemain muda untuk tampil maksimal di lapangan. Para pemain muda harus menjaga pola makan, istirahat yang cukup, dan menghindari hal-hal yang dapat merusak kesehatan mereka.
Dengan persiapan yang matang, kerja keras, dan dukungan dari semua pihak, para pemain muda Indonesia dapat meraih kesuksesan di dunia sepak bola dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kasus Rafael Struick menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia.