Perilaku Aneh, Monyet-monyet Lucu Terlihat Lakukan Kanibalisme

  • Maskobus
  • Aug 26, 2025

Jeritan memekik dari tajuk pohon yang tinggi, sesaat sebelum tubuh mungil bayi monyet kapusin melayang jatuh, mengakhiri hidupnya di tanah. Pemandangan tragis ini tak hanya disaksikan oleh alam, tetapi juga oleh lensa kamera yang merekam detail mengerikan: kerumunan kerabat bayi malang itu mendekat, bukan untuk berduka, melainkan untuk melahap bangkainya yang tak bernyawa. Peristiwa kanibalisme ini, yang sebelumnya tak pernah tercatat dalam sejarah pengamatan populasi monyet kapusin berwajah putih (Cebus imitator), mengguncang dunia primatologi dan memicu serangkaian pertanyaan tentang perilaku sosial dan kelangsungan hidup spesies ini.

Selama lebih dari 37 tahun, para peneliti telah mencurahkan perhatian mereka untuk mempelajari kehidupan monyet kapusin di Taman Nasional Santa Rosa, Kosta Rika. Mereka mendokumentasikan setiap aspek kehidupan sosial, pola makan, dan interaksi kelompok monyet-monyet tersebut. Namun, hingga 9 April 2019, tak satu pun dari mereka pernah menyaksikan atau mencatat adanya perilaku kanibalisme di antara monyet-monyet tersebut. Kejadian ini menjadi anomali yang menantang pemahaman para ilmuwan tentang batas-batas perilaku sosial primata.

Tim peneliti yang dipimpin oleh seorang ahli primata terkemuka, mendokumentasikan insiden mengerikan ini dalam laporan yang diterbitkan pada 16 Oktober 2020 di jurnal Ecology and Evolution. Laporan tersebut memberikan gambaran detail tentang kejadian tersebut, dari saat-saat terakhir kehidupan bayi monyet hingga tindakan mengerikan yang dilakukan oleh kerabatnya sendiri.

Kisah tragis ini dimulai ketika tim peneliti sedang mengamati sekelompok kecil monyet di habitat alami mereka. Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh suara keras yang berasal dari atas pohon di dekatnya. Setelah mencari sumber suara, mereka melihat seekor monyet berusia 10 hari, yang diidentifikasi sebagai CT-19, jatuh dari ketinggian yang cukup signifikan. Induknya, yang dikenal sebagai CT, dengan sigap bergegas turun untuk menyelamatkan bayinya.

Dengan naluri keibuan yang kuat, CT mencoba menggendong bayinya kembali ke puncak pohon. Dua kali ia mencoba mendaki dengan CT-19 menempel erat di perutnya. Namun, upaya CT sia-sia. Bayi monyet itu jatuh dua kali dan tampaknya kehilangan kekuatan untuk berpegangan pada induknya. Setelah jatuh untuk kedua kalinya, CT-19 terbaring tak bergerak di tanah selama beberapa menit.

Perilaku Aneh, Monyet-monyet Lucu Terlihat Lakukan Kanibalisme

Keheningan yang mencekam itu segera dipecahkan oleh kedatangan monyet-monyet lain. Mereka mendekati bangkai CT-19, bukan untuk memberikan penghormatan terakhir, melainkan untuk memeriksa potensi sumber makanan. Salah satu monyet yang pertama kali mendekat adalah seekor monyet jantan berusia 2 tahun. Dengan rasa ingin tahu yang mungkin didorong oleh rasa lapar, ia mulai menggigit kaki bayi monyet yang mati, menggigit jari-jari kakinya.

Meskipun menyaksikan pemandangan mengerikan di depan matanya, CT tidak berusaha untuk mengambil bayinya kembali. Ia hanya berdiri di dekatnya, dalam keadaan waspada dan kebingungan. Para penulis laporan tersebut mencatat bahwa perilaku CT sangat tidak biasa, mengingat ikatan yang kuat antara induk dan anak pada spesies ini.

Adegan selanjutnya bahkan lebih mengejutkan. Seekor monyet betina alfa, yang merupakan pemimpin kelompok dan berusia 23 tahun, mendekati lokasi kejadian. Tanpa ragu, ia menarik tubuh CT-19 menjauh dari monyet jantan muda dan mulai menggigiti bangkai itu dengan sungguh-sungguh. Ia memulai ‘santapannya’ dari kaki kiri bayi monyet tersebut.

Selama setengah jam berikutnya, monyet betina alfa itu melahap seluruh bagian bawah tubuh CT-19. Ketika ia selesai, hanya tersisa kepala, dada, dan lengan bayi monyet yang malang itu. Monyet jantan muda sempat berhasil mencuri sedikit ekor selama ‘pesta’ kanibalistik ini, tetapi sebagian besar tubuh CT-19 dilahap oleh betina alfa.

Para peneliti kemudian menemukan bahwa monyet jantan muda tersebut adalah sepupu kedua CT-19, sedangkan monyet betina alfa adalah bibi buyut bayi tersebut. Fakta ini menambah dimensi yang lebih kompleks pada kejadian tersebut, menimbulkan pertanyaan tentang peran kekerabatan dalam perilaku kanibalisme.

Sebelum kematian CT-19, hanya ada delapan kasus kanibalisme yang terdokumentasi pada primata di Amerika Tengah dan Selatan. Dalam sebagian besar kasus tersebut, kanibalisme terjadi setelah pembunuhan bayi oleh orang dewasa yang tidak berkerabat. Namun, ada juga beberapa kasus di mana individu yang berkerabat dekat memakan bayi setelah kematiannya yang wajar.

Dalam kasus CT-19, ada alasan untuk percaya bahwa kematiannya mungkin bukan karena kecelakaan. Para peneliti menduga bahwa CT-19 mungkin menjadi korban pembunuhan bayi. "Segera setelah teriakan dan bayi jatuh ke tanah, monyet jantan dewasa dikejar dari area yang sama oleh seekor betina dewasa," tulis para peneliti dalam laporan mereka.

Pengamatan sebelumnya terhadap monyet kapusin menunjukkan bahwa betina sering mengusir pelaku setelah menyaksikan pembunuhan bayi. Meskipun para ilmuwan tidak menyaksikan secara langsung bagaimana atau mengapa CT-19 jatuh, mereka menduga bahwa monyet jantan dewasa mungkin telah mendorong atau menyerang bayi tersebut. Motif di balik dugaan pembunuhan bayi ini masih belum jelas, tetapi beberapa teori menunjukkan bahwa hal itu mungkin terkait dengan persaingan untuk sumber daya atau dominasi sosial.

Monyet kapusin berwajah putih biasanya memakan tumbuhan dan hewan kecil, seperti kadal, tupai, dan burung. Saat menangkap mangsa, monyet-monyet ini cenderung memulai dengan menggigit wajah mangsanya agar cepat membungkam mangsa dan menghindari digigit. Monyet kapusin biasanya memakan seluruh tubuh mangsa, baik sendiri maupun berkelompok.

Namun, perilaku monyet-monyet ini sangat berbeda ketika mereka memakan salah satu dari jenis mereka sendiri. Hanya dua monyet yang ikut makan, dan mereka membiarkan seluruh bagian atas bangkai mangsa tidak tersentuh. Kebanyakan monyet lain di dekatnya hanya memeriksa bangkai tersebut, atau membuat gerakan mengancam ke arahnya, yang menunjukkan bahwa ini adalah situasi yang tidak biasa bagi kapusin.

Para penulis laporan tersebut menduga bahwa beberapa monyet yang beralih ke kanibalisme mungkin melakukannya demi manfaat nutrisi. Sekitar dua minggu setelah memakan CT-19, monyet betina alfa melahirkan anaknya sendiri, yang berarti ia sedang dalam tahap akhir kehamilan saat kejadian tersebut. Kondisi kehamilan yang membutuhkan nutrisi ekstra mungkin menjadi faktor pendorong perilaku kanibalistiknya.

Monyet jantan muda baru saja disapih dari induknya sendiri, yang berarti ia baru mulai mencari makan sendiri ketika CT-19 jatuh dari puncak pohon. Kondisi kelaparan dan kebutuhan nutrisi yang meningkat mungkin juga mendorongnya untuk ikut serta dalam ‘pesta’ kanibalistik tersebut.

Skenario-skenario ini mengisyaratkan bahwa kapusin mungkin beralih ke kanibalisme ketika sangat membutuhkan nutrisi tambahan. Namun, karena kanibalisme primata sangat jarang diamati, ini hanyalah hipotesis. Para peneliti mengakui bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya faktor-faktor yang mendorong perilaku ini.

Para penulis menyimpulkan bahwa laporan kasus kanibalisme primata perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan secara pasti mengapa monyet melakukan perilaku ini. Mereka berharap bahwa penelitian di masa depan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kompleksitas perilaku sosial primata dan batas-batas kelangsungan hidup spesies ini. Kasus CT-19 menjadi pengingat bahwa bahkan di dunia hewan yang tampak lucu dan menggemaskan, terdapat sisi gelap yang kompleks dan misterius yang masih menunggu untuk diungkap. Kejadian ini juga menekankan pentingnya penelitian jangka panjang untuk memahami sepenuhnya perilaku dan dinamika populasi satwa liar.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :