Prabowo Tutup Pidato di Sidang Umum ke-80 PBB Pakai Salam 5 Agama

  • Maskobus
  • Sep 23, 2025

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengakhiri pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 dengan gestur simbolik yang kuat: salam dari lima agama yang diakui di Indonesia. Aksi ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan sebuah pernyataan mendalam tentang komitmen Indonesia terhadap perdamaian, toleransi, dan persatuan di tengah keragaman. Pidato yang disampaikan di Markas Besar PBB di New York pada hari Selasa, 23 September 2025, itu menjadi sorotan dunia, tidak hanya karena substansi pesan yang disampaikan, tetapi juga karena cara penyampaian yang inklusif dan menyentuh hati banyak orang.

Sebelum mengakhiri pidatonya dengan salam lintas agama, Prabowo Subianto menegaskan kembali komitmen teguh Indonesia untuk menjaga perdamaian dunia, dengan fokus khusus pada situasi yang memprihatinkan di Palestina dan Israel. Ia menekankan bahwa Indonesia percaya pada dialog dan negosiasi sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan konflik, dan siap untuk memainkan peran aktif dalam memfasilitasi proses perdamaian. Lebih dari itu, Prabowo menyerukan kepada semua pihak yang terlibat untuk mengedepankan kemanusiaan dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua.

"Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama harus hidup sebagai satu keluarga," kata Prabowo dengan nada yang tulus dan penuh harapan. Pernyataan ini mencerminkan filosofi dasar Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Filosofi ini mengajarkan bahwa meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, namun semuanya bersatu dalam satu bangsa. Prabowo ingin menyampaikan pesan ini kepada dunia, bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis.

Setelah menyampaikan pesan penting tentang perdamaian dan persatuan, Prabowo menutup pidatonya dengan salam lima agama, sebuah praktik yang sering ia lakukan saat berpidato di Indonesia. Ia mengucapkan, "Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Shalom. Om Shanti Shanti Shanti Om. Namo Buddhaya." Salam ini adalah representasi dari agama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha, empat agama yang paling banyak dianut di Indonesia, serta salam universal yang bermakna kedamaian dan kesejahteraan.

Prabowo Tutup Pidato di Sidang Umum ke-80 PBB Pakai Salam 5 Agama

Gestur Prabowo ini disambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin di Sidang Majelis Umum PBB. Banyak yang terkesan dengan keberaniannya untuk menyampaikan pesan toleransi dan inklusi di forum internasional yang begitu penting. Beberapa delegasi bahkan mendekati Prabowo setelah pidato untuk mengucapkan selamat dan menyampaikan apresiasi atas pesan yang ia sampaikan.

Setelah menutup pidatonya, Prabowo berjalan ke arah belakang panggung untuk kembali ke tempat duduknya. Sambil berjalan, ia menyempatkan diri untuk memberikan penghormatan dengan membungkukkan badan kepada Presiden Majelis Umum PBB, Annalena Baerbock, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gutteres, dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB yang bertindak sebagai presidium sidang. Tindakan ini menunjukkan rasa hormat Prabowo terhadap PBB sebagai organisasi internasional yang memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia.

Pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 ini tidak hanya menjadi sorotan media di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Banyak media asing yang memberitakan tentang pidato tersebut, dengan fokus pada pesan perdamaian dan toleransi yang disampaikan oleh Prabowo. Beberapa media bahkan menyebut Prabowo sebagai "duta perdamaian" dan "simbol harapan" bagi dunia yang lebih baik.

Namun, di balik pujian dan apresiasi yang diterima, pidato Prabowo juga menuai beberapa kritik. Beberapa pihak mempertanyakan efektivitas salam lima agama sebagai alat untuk mencapai perdamaian dunia. Mereka berpendapat bahwa perdamaian membutuhkan tindakan konkret, bukan hanya sekadar simbolisme. Selain itu, ada juga yang mengkritik Prabowo karena dianggap terlalu fokus pada masalah Palestina dan Israel, sementara mengabaikan masalah-masalah lain yang juga penting, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidaksetaraan.

Menanggapi kritik tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia menjelaskan bahwa pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 adalah bagian dari upaya Indonesia untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di dunia. Ia menambahkan bahwa Indonesia percaya bahwa perdamaian adalah prasyarat untuk pembangunan dan kemajuan, dan bahwa semua negara memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada perdamaian dunia.

Juru bicara tersebut juga mengatakan bahwa Indonesia menyadari bahwa masalah Palestina dan Israel adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif. Oleh karena itu, Indonesia terus berupaya untuk memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua.

Selain itu, juru bicara tersebut juga menegaskan bahwa Indonesia tidak mengabaikan masalah-masalah lain yang juga penting. Ia mengatakan bahwa Indonesia aktif terlibat dalam berbagai forum internasional untuk membahas dan mencari solusi atas masalah-masalah tersebut, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidaksetaraan.

Terlepas dari kritik yang ada, pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 tetap menjadi momen penting bagi Indonesia. Pidato tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang berkomitmen pada perdamaian dan toleransi, dan siap untuk memainkan peran aktif dalam menjaga perdamaian dunia.

Salam lima agama yang diucapkan oleh Prabowo di akhir pidatonya adalah simbol yang kuat tentang persatuan dalam keragaman. Simbol ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita berbeda-beda, namun kita semua adalah bagian dari satu keluarga manusia. Kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan kita, dan bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera bagi semua.

Pidato Prabowo juga memberikan inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Pidato tersebut menunjukkan bahwa perdamaian adalah mungkin, asalkan kita memiliki kemauan untuk bekerja sama dan saling memahami. Kita harus menolak kebencian dan intoleransi, dan mengedepankan cinta dan kasih sayang.

Sebagai penutup, pidato Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 adalah sebuah panggilan untuk bertindak. Panggilan untuk bertindak bagi semua negara, semua organisasi, dan semua individu untuk berkontribusi pada perdamaian dunia. Panggilan untuk bertindak untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.

Salam lima agama yang diucapkan oleh Prabowo di akhir pidatonya adalah sebuah janji. Janji bahwa Indonesia akan terus berjuang untuk perdamaian dan toleransi, dan akan terus bekerja sama dengan semua pihak untuk mencapai tujuan tersebut. Janji bahwa Indonesia akan selalu menjadi sahabat bagi semua bangsa, dan akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :