Presiden Venezuela Klaim HP Huawei Tak Bisa Dibobol Hacker AS

  • Maskobus
  • Sep 04, 2025

Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, baru-baru ini menjadi sorotan media internasional setelah memamerkan ponsel Huawei miliknya dan melontarkan klaim kontroversial. Dalam sebuah konferensi pers, Maduro dengan bangga menyatakan bahwa ponsel Huawei adalah yang terbaik di dunia karena kebal terhadap peretasan, khususnya oleh pihak Amerika Serikat. Klaim ini tentu saja memicu perdebatan dan pertanyaan tentang kebenaran di baliknya.

Maduro, yang terlihat memegang perangkat yang diidentifikasi sebagai Huawei Mate X6, ponsel layar lipat yang baru dirilis tahun 2024, menjelaskan bahwa ponsel tersebut adalah hadiah dari Presiden China, Xi Jinping. Dengan nada percaya diri, ia menegaskan, "Ini HP terbaik di dunia, Huawei, dan Amerika tidak dapat meretasnya, baik pesawat mata-mata mereka maupun satelit mereka." Pernyataan ini, yang dikutip dari TechCrunch pada Kamis, 4 September 2025, segera menyebar luas dan menjadi perbincangan hangat di kalangan pengamat teknologi dan keamanan siber.

Namun, klaim Maduro ini tidak serta merta diterima begitu saja. Seorang peneliti keamanan yang berbasis di Amerika Serikat, yang memilih untuk tetap anonim karena sensitivitas isu tersebut, memberikan pandangan yang bertentangan. Menurutnya, justru karena Huawei mengembangkan perangkat keras dan sistem operasinya sendiri, perangkat mereka menjadi lebih rentan terhadap peretasan.

"Pasti ada lebih banyak kesalahan dalam kode baru mereka dibandingkan di iOS dan Android saat ini," ujar peneliti tersebut. Pendapat ini didasarkan pada fakta bahwa sistem operasi HarmonyOS, yang dikembangkan Huawei setelah berpisah dari Google dan ekosistem Android, masih relatif baru dan belum melewati pengujian dan validasi yang ekstensif seperti sistem operasi yang lebih mapan.

HarmonyOS, seperti perangkat lunak lainnya, tidak luput dari bug dan kerentanan keamanan. Huawei sendiri secara rutin merilis pembaruan keamanan untuk menambal celah-celah yang ditemukan. Bahkan, bulan lalu, perusahaan tersebut menambal tidak kurang dari 60 bug di HarmonyOS, dengan 14 di antaranya dikategorikan sebagai bug yang sangat parah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Huawei berupaya keras untuk meningkatkan keamanan sistem operasinya, kerentanan tetap ada dan menjadi target potensial bagi para peretas.

Presiden Venezuela Klaim HP Huawei Tak Bisa Dibobol Hacker AS

Lebih lanjut, Huawei secara terbuka mengakui bahwa perangkat mereka dapat disusupi oleh malware dan menyediakan laman khusus untuk membantu pelanggan yang perangkatnya mungkin telah diretas. Pengakuan ini secara tidak langsung membantah klaim Maduro bahwa ponsel Huawei benar-benar kebal terhadap peretasan.

Sejarah juga mencatat bahwa Huawei telah menjadi target peretasan oleh pemerintah Amerika Serikat. Pada tahun 2014, dokumen yang dibocorkan oleh whistleblower Edward Snowden mengungkapkan bahwa National Security Agency (NSA) telah meretas dan menanam backdoor di server Huawei di China. Aksi ini memungkinkan NSA untuk memata-matai komunikasi eksekutif Huawei dan mendapatkan informasi tentang produk-produk perusahaan tersebut.

Dari peretasan ini, mata-mata NSA berhasil masuk ke sistem di markas Huawei di Shenzhen, yang memungkinkan mereka untuk mengakses informasi sensitif dan memantau aktivitas internal perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan dengan upaya keamanan yang canggih, Huawei tidak sepenuhnya kebal terhadap serangan siber yang dilakukan oleh aktor negara.

Klaim Maduro tentang keamanan ponsel Huawei perlu dilihat dalam konteks politik dan ekonomi yang lebih luas. Venezuela, di bawah kepemimpinan Maduro, telah menjalin hubungan yang erat dengan China, yang menjadi mitra dagang dan investor utama negara tersebut. Dukungan Maduro terhadap Huawei dapat dilihat sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan dengan China dan mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat.

Selain itu, klaim tersebut juga dapat berfungsi sebagai alat propaganda untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk-produk China dan menunjukkan perlawanan terhadap dominasi teknologi Amerika Serikat. Dalam konteks ini, kebenaran klaim tersebut mungkin menjadi kurang relevan dibandingkan dengan dampak politik dan ekonominya.

Namun, penting untuk diingat bahwa keamanan siber adalah isu yang kompleks dan terus berkembang. Tidak ada perangkat atau sistem yang benar-benar kebal terhadap peretasan. Bahkan perusahaan teknologi terbesar di dunia, seperti Apple dan Google, secara rutin menghadapi serangan siber dan harus terus-menerus memperbarui sistem keamanan mereka untuk melindungi pengguna.

Oleh karena itu, klaim Maduro tentang keamanan ponsel Huawei harus diperlakukan dengan skeptisisme. Meskipun Huawei telah melakukan upaya signifikan untuk meningkatkan keamanan perangkat dan sistem operasinya, kerentanan tetap ada dan menjadi target potensial bagi para peretas. Pengguna ponsel Huawei, seperti pengguna perangkat lainnya, harus mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi diri dari serangan siber, seperti menggunakan kata sandi yang kuat, memperbarui perangkat lunak secara teratur, dan berhati-hati terhadap tautan dan lampiran yang mencurigakan.

Pada akhirnya, keamanan siber adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, perusahaan teknologi, dan individu harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terjamin. Klaim yang berlebihan dan tidak berdasar, seperti yang dilontarkan oleh Maduro, tidak membantu upaya ini dan justru dapat menyesatkan publik.

Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang risiko keamanan siber dan memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang keamanan perangkat dan sistem yang berbeda. Dengan cara ini, kita dapat membantu orang membuat keputusan yang tepat tentang teknologi yang mereka gunakan dan melindungi diri dari ancaman siber.

Klaim Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, tentang ketidakmampuan peretasan ponsel Huawei oleh Amerika Serikat memicu diskusi mendalam tentang keamanan siber dan hubungan geopolitik antara Venezuela, China, dan Amerika Serikat. Pernyataan ini, yang disampaikan dengan nada percaya diri, segera menjadi bahan perdebatan di kalangan ahli teknologi, analis politik, dan masyarakat umum.

Meskipun Maduro mengklaim bahwa ponsel Huawei adalah yang terbaik di dunia dan tidak dapat diretas oleh Amerika Serikat, klaim ini tampaknya bertentangan dengan bukti dan pandangan dari para ahli keamanan siber. Sejarah menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya kebal terhadap serangan siber, dan bahkan perusahaan teknologi terbesar pun rentan terhadap peretasan.

Penting untuk mendekati klaim Maduro dengan skeptisisme dan mempertimbangkan faktor-faktor politik dan ekonomi yang mendasari pernyataan tersebut. Hubungan yang erat antara Venezuela dan China, serta ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat, dapat mempengaruhi persepsi dan pernyataan tentang keamanan teknologi.

Selain itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang risiko keamanan siber dan memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang keamanan perangkat dan sistem yang berbeda. Dengan cara ini, kita dapat membantu orang membuat keputusan yang tepat tentang teknologi yang mereka gunakan dan melindungi diri dari ancaman siber.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :