Seorang pria bernama Lin, warga Taichung, Taiwan, harus dilarikan ke rumah sakit dan menjalani perawatan intensif akibat infeksi ginjal parah yang berkembang menjadi sepsis. Gaya hidupnya yang kurang sehat, terutama kebiasaan mengonsumsi teh oolong manis dalam jumlah berlebihan dan sering menahan buang air kecil, menjadi penyebab utama masalah kesehatan serius yang hampir merenggut nyawanya.
Lin bekerja di sebuah warung makan dan memiliki kebiasaan minum dua cangkir besar teh oolong manis setiap hari. Kebiasaan ini dilakukannya untuk mengatasi rasa haus dan meningkatkan energi selama bekerja. Selain itu, tuntutan pekerjaan yang padat seringkali memaksanya untuk menahan buang air kecil dalam waktu lama. Kombinasi kedua kebiasaan buruk inilah yang akhirnya membawa petaka bagi kesehatan ginjalnya.
Awalnya, Lin menyadari adanya darah dalam urinenya, sebuah indikasi yang jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan sistem kemihnya. Namun, alih-alih berkonsultasi dengan dokter dan menjalani pemeriksaan medis yang komprehensif, ia memilih untuk mengabaikan gejala tersebut dan hanya mengonsumsi obat-obatan yang dibeli bebas selama tiga hari. Tindakan ini, yang didorong oleh kurangnya kesadaran akan bahaya yang mengintai dan mungkin juga karena kesibukan pekerjaannya, ternyata menjadi kesalahan fatal.
Sekitar sebulan setelah kemunculan gejala awal, kondisi Lin memburuk secara signifikan. Ia mulai mengalami demam berulang yang tak kunjung reda. Merasa khawatir dengan kondisinya yang semakin memburuk, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke unit gawat darurat (UGD) di sebuah rumah sakit. Di UGD, dokter segera melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab demam dan gejala lainnya yang dialami Lin.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Lin menderita infeksi ginjal yang telah berkembang menjadi sepsis, sebuah kondisi medis yang sangat serius dan berpotensi mengancam jiwa. Sepsis terjadi ketika infeksi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, memicu respons inflamasi yang berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan organ yang parah.
Melihat kondisi Lin yang kritis, dokter memutuskan untuk segera memberinya perawatan intensif. Ia harus menjalani serangkaian tindakan medis, termasuk pemberian antibiotik intravena untuk melawan infeksi, serta dukungan organ untuk menjaga fungsi vital tubuhnya.
Setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa waktu, kondisi Lin perlahan-lahan membaik. Infeksi mulai terkendali, dan fungsi organnya mulai pulih. Ia sangat bersyukur karena berhasil melewati masa kritis dan mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup.
Pengalaman pahit ini menjadi pelajaran berharga bagi Lin. Ia bertekad untuk mengubah gaya hidupnya secara drastis dan lebih memperhatikan kesehatannya. Salah satu komitmennya adalah untuk selalu menjaga tubuhnya terhidrasi dengan mengonsumsi air putih yang cukup setiap hari. Ia juga berjanji untuk tidak lagi menahan buang air kecil dan menghindari konsumsi minuman manis secara berlebihan.
"Hidup saya kembali dan akan lebih baik dalam hal minum air mulai dari sekarang," ujar Lin, seperti yang dikutip dari Taipei Times. Ia berharap pengalamannya ini dapat menjadi peringatan bagi orang lain untuk lebih peduli terhadap kesehatan ginjal dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu masalah kesehatan serius.
Dr. Huang Pin-jui, seorang dokter di Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Dajia Lee, adalah salah satu dokter yang menangani kasus Lin. Ia menjelaskan bahwa saat Lin tiba di UGD, pemeriksaan menunjukkan adanya dua batu ginjal berukuran 1 mm di ginjal kanannya. Lebih parah lagi, ginjal tersebut bahkan mengalami pembengkakan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan ginjal kirinya.
"Ia dirawat di rumah sakit perawatan karena peradangannya melonjak hingga 27 mg/dl, yang berarti 90 kali lipat dari kadar normal," terang dr. Huang. Kadar inflamasi yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa infeksi yang dialami Lin sangat parah dan telah menyebabkan kerusakan yang signifikan pada ginjalnya.
Tekanan darah Lin sempat turun drastis, dan ia bahkan sempat kehilangan kesadaran. Kondisi ini memaksa dokter untuk memindahkannya ke unit perawatan intensif (ICU) agar dapat diberikan perawatan yang lebih intensif dan pemantauan yang ketat.
Meskipun kondisinya sempat kritis, Lin menunjukkan respons yang baik terhadap pengobatan. Peradangan yang dialaminya mulai mereda setelah mendapatkan penanganan medis yang tepat. Namun, infeksi yang parah sempat menyebabkan kerusakan pada hatinya, yang ditandai dengan munculnya gejala penyakit kuning. Untungnya, kondisi hatinya perlahan membaik setelah menjalani perawatan intensif.
Setelah melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam, dokter mendiagnosis Lin mengidap pielonefritis akut, yaitu peradangan pada ginjal dan pelvis renalis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen jika tidak diobati dengan cepat dan tepat.
Dr. Huang menjelaskan bahwa kondisi Lin kemungkinan besar dipicu oleh kombinasi kebiasaan buruknya, yaitu menahan buang air kecil dalam waktu lama dan sering mengonsumsi minuman manis. Kebiasaan menahan buang air kecil dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK), yang jika tidak diobati dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan pielonefritis. Sementara itu, konsumsi minuman manis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal.
Batu ginjal dapat menghalangi aliran urine, menyebabkan penumpukan bakteri dan meningkatkan risiko infeksi ginjal. Dalam kasus Lin, batu ginjal yang ada di ginjal kanannya mungkin telah memperburuk infeksi yang dialaminya dan menyebabkan pembengkakan ginjal yang signifikan.
Dr. Huang mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan ginjal dengan minum air putih yang cukup dan menghindari konsumsi minuman manis secara berlebihan. Ia juga menyarankan untuk tidak menahan buang air kecil terlalu lama dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala-gejala yang mencurigakan, seperti nyeri pinggang, demam, atau darah dalam urine.
Lin sendiri mengakui bahwa ia bekerja shift 12 jam di sebuah kedai makanan dengan suhu yang panas. Untuk mengatasi rasa haus, ia terbiasa membawa dua cangkir teh oolong manis, sementara konsumsi air putihnya sangat sedikit. Bahkan saat hari libur, ia tetap mengonsumsi minuman manis dalam jumlah yang berlebihan, hingga bisa mencapai 60 gelas dalam sebulan.
"Ini benar-benar memalukan. Saya tidak pernah menyangka bahwa tidak minum air putih akan membuat saya sakit dan bahkan membahayakan nyawa saya," pungkas Lin. Ia berharap pengalamannya ini dapat menjadi pelajaran bagi semua orang untuk lebih menghargai kesehatan dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat merusak organ vital tubuh, terutama ginjal.
Kasus yang dialami Lin menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Ginjal adalah organ vital yang berfungsi menyaring limbah dan racun dari darah, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon yang penting untuk kesehatan tulang dan tekanan darah.
Gaya hidup yang sehat, termasuk minum air putih yang cukup, menghindari konsumsi minuman manis secara berlebihan, tidak merokok, dan menjaga berat badan yang ideal, sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama jika memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
Dengan menjaga kesehatan ginjal, kita dapat mencegah berbagai masalah kesehatan serius, seperti infeksi ginjal, batu ginjal, penyakit ginjal kronis, dan gagal ginjal. Ingatlah, mencegah lebih baik daripada mengobati.