Pria Ini Ngaku Cuma Makan Junk Food 700 Hari, Begini Efek ke Tubuhnya

  • Maskobus
  • Sep 22, 2025

Kisah seorang pria yang hanya mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food selama hampir dua tahun penuh telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kesehatan. Pria yang tidak disebutkan namanya ini, mulai menjalani pola makan ekstrem ini sekitar bulan Juli 2023. Sejak kecil, ia mengaku terbiasa dengan makanan cepat saji, namun pengakuannya untuk tidak mengonsumsi makanan sehat selama lebih dari 700 hari berturut-turut sungguh mengejutkan.

"Sejak sekitar Juli atau Agustus 2023, saya belum pernah sehari pun tidak makan makanan cepat saji. Itu benar-benar satu-satunya yang saya makan," ungkap pria berusia 32 tahun tersebut, seperti dikutip dari Mirror UK. Pengakuannya ini memicu perdebatan sengit tentang bahaya jangka panjang dari pola makan yang tidak seimbang dan didominasi oleh junk food.

Setiap harinya, pria ini mengaku mengonsumsi satu porsi besar makanan cepat saji, dengan perkiraan mencapai 2.000 kalori, dari gerai makanan cepat saji pilihannya. Makanan tersebut selalu disertai dengan soda atau minuman berenergi. Kebiasaan ini bahkan dimulai sejak bangun tidur, di mana ia langsung mengonsumsi minuman berenergi, bisa mencapai 2 atau 3 kaleng berukuran 473 ml setiap hari. Lebih mencengangkan lagi, ia mengaku tidak mengonsumsi air putih sama sekali selama periode tersebut.

Meskipun menjalani gaya hidup yang jelas tidak sehat, pria ini bersikeras bahwa dirinya merasa sehat secara fisik. Indeks Massa Tubuh (IMT)-nya tercatat sekitar 20,8, yang masih termasuk dalam kategori berat badan normal, dengan berat badan 66 kg. Ia mengklaim bahwa tekanan darahnya normal dan hanya makan satu kali makanan utama sehari, yang terdiri dari 2.000 kalori makanan cepat saji yang dikonsumsi bersama soda atau minuman berenergi.

Pria tersebut menjelaskan bahwa alasan utama di balik pilihannya ini adalah kenyamanan, rasa, kemudahan akses, dan harga yang terjangkau. Ia bahkan mengklaim bahwa tubuhnya bereaksi lebih buruk saat mencoba mengonsumsi makanan sehat. "Sistem pencernaan saya hanya terasa tidak enak saat saya mencoba makan sayuran atau minum air putih. Entah kenapa, saya memang selalu seperti ini," ujarnya. Lebih lanjut, ia menambahkan, "Saya belum makan buah selama, mungkin 10 atau 15 tahun, tepatnya. Saya benci buah. Salad membuat saya merasa sangat mual."

Pria Ini Ngaku Cuma Makan Junk Food 700 Hari, Begini Efek ke Tubuhnya

Pengakuan ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah mungkin seseorang merasa sehat dan bugar hanya dengan mengonsumsi junk food? Tentu saja, jawabannya adalah tidak.

Menurut National Health Service (NHS) di Inggris, rata-rata pria membutuhkan sekitar 2.500 kalori per hari untuk menjaga berat badan yang sehat. Sementara para wanita, rata-rata membutuhkan sekitar 2.000 kalori. Namun, penting untuk dipahami bahwa bukan hanya tentang jumlah kalori yang dikonsumsi, tetapi juga tentang kualitas nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Meskipun sesekali mengonsumsi makanan cepat saji tidak berbahaya, para ahli sangat menyarankan untuk tidak menjadikannya sebagai satu-satunya sumber nutrisi tubuh, terutama dalam jangka waktu yang lama.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh jika terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji? Berikut adalah beberapa dampak negatif yang perlu diwaspadai, sebagaimana dilansir dari WebMD:

1. Kenaikan Berat Badan dan Obesitas:

Makanan cepat saji memang praktis dan murah, namun kandungan lemak, kalori, dan karbohidrat olahannya yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Kalori kosong dari junk food tidak memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, sehingga menyebabkan penumpukan lemak dan gangguan metabolisme.

2. Masalah Jantung:

Kandungan natrium yang tinggi dalam makanan cepat saji berfungsi sebagai penambah rasa dan pengawet. Namun, konsumsi natrium berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko gagal jantung, serangan jantung, dan stroke.

3. Lonjakan Gula Darah dan Risiko Diabetes Tipe 2:

Makanan cepat saji seringkali mengandung karbohidrat olahan yang tinggi, yang dipecah oleh tubuh menjadi gula. Lonjakan kadar gula darah yang terjadi setelah mengonsumsi junk food memicu pelepasan insulin untuk menyeimbangkannya. Seiring waktu, lonjakan gula darah yang berulang dapat merusak pankreas, menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol, dan akhirnya memicu diabetes tipe 2.

4. Gangguan Pencernaan:

Kandungan natrium yang tinggi dalam makanan cepat saji dapat menyebabkan kembung sementara. Selain itu, rendahnya serat dalam junk food dapat menyebabkan saluran pencernaan tersumbat, mengakibatkan sembelit dan meningkatkan risiko terkena wasir, hernia, dan divertikulitis.

5. Perubahan Suasana Hati dan Risiko Depresi:

Apa yang kita makan dan minum dapat memengaruhi perasaan kita secara mental dan fisik. Makanan cepat saji kekurangan vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya yang dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan yang dibeli di toko dapat meningkatkan risiko depresi.

6. Kelelahan Kronis:

Ketika sejumlah besar karbohidrat olahan masuk ke tubuh, kadar gula darah naik dengan cepat, diikuti dengan penurunan yang drastis. Fluktuasi gula darah ini dapat menyebabkan seseorang merasa lelah, lesu, dan kekurangan energi.

7. Masalah Kesuburan:

Ftalat, bahan kimia sintetis yang digunakan untuk melarutkan material dan membuat plastik tahan lama, sering ditemukan dalam kemasan makanan cepat saji. Studi terbaru mengaitkan paparan ftalat dengan masalah kesuburan dan peningkatan risiko gangguan belajar serta perilaku pada anak-anak.

8. Kerusakan Tulang dan Sendi:

Kelebihan berat badan dan obesitas yang disebabkan oleh konsumsi makanan cepat saji memberikan tekanan ekstra pada sendi, terutama pinggul dan lutut. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya patah tulang di sekitar sendi dan mempercepat perkembangan osteoarthritis.

9. Masalah Kulit:

Makanan cepat saji mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk kesehatan kulit. Gula dapat menurunkan kadar kolagen dan menyebabkan tanda-tanda penuaan dini, seperti kerutan. Garam dapat menguras kelembapan kulit, dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi dapat memicu hormon yang berperan dalam pembentukan jerawat.

10. Gangguan Memori dan Risiko Alzheimer:

Para ahli berpendapat bahwa lemak jenuh dan lemak trans yang banyak ditemukan dalam makanan cepat saji dapat memicu pembentukan plak di otak. Plak ini dapat menyebabkan demensia dan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi makanan cepat saji.

Kisah pria yang hanya makan junk food selama 700 hari ini adalah pengingat yang jelas tentang pentingnya pola makan yang seimbang dan bergizi. Meskipun ia mengklaim merasa sehat, dampak jangka panjang dari kebiasaan buruk ini dapat sangat merugikan kesehatan fisiknya dan mentalnya. Konsumsi makanan cepat saji sesekali mungkin tidak berbahaya, tetapi menjadikannya sebagai satu-satunya sumber nutrisi adalah resep untuk bencana kesehatan. Penting untuk memprioritaskan makanan segar, alami, dan bergizi untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :