Profil Nadiem Makarim: Pendiri Gojek, Mendikbud, Lalu Tersangka

  • Maskobus
  • Sep 04, 2025

Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan Nadiem Anwar Makarim, mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop. Penetapan ini menjadi babak baru dalam perjalanan karir Nadiem, yang sebelumnya dikenal sebagai pendiri Gojek, perusahaan teknologi transportasi dan layanan on-demand terkemuka di Indonesia.

"Telah menetapkan tersangka baru dengan inisial NAM," ujar Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Anang Supriatna, dalam konferensi pers di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, pada Kamis, 4 September 2025.

Penetapan tersangka ini tentu mengejutkan banyak pihak. Nadiem Makarim, sosok yang identik dengan inovasi dan perubahan di dunia teknologi dan pendidikan, kini harus menghadapi proses hukum terkait dugaan penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan laptop. Kasus ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan pertanyaan besar mengenai integritas dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran negara.

Nadiem Makarim menjabat sebagai Mendikbudristek pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Penunjukannya sebagai menteri pada tahun 2019 sempat menuai pro dan kontra, mengingat latar belakangnya yang bukan berasal dari dunia pendidikan formal. Namun, Presiden Jokowi memberikan kepercayaan penuh kepada Nadiem untuk melakukan transformasi di sektor pendidikan Indonesia.

Selama menjabat sebagai Mendikbudristek, Nadiem Makarim meluncurkan berbagai program dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu program yang paling dikenal adalah "Merdeka Belajar," yang menekankan pada fleksibilitas kurikulum, otonomi sekolah, dan pengembangan karakter siswa. Program ini mendapat sambutan positif dari sebagian kalangan pendidik, namun juga menuai kritik dari pihak-pihak yang merasa khawatir terhadap implementasi dan dampaknya.

Profil Nadiem Makarim: Pendiri Gojek, Mendikbud, Lalu Tersangka

Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, Nadiem Makarim telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong inovasi dan digitalisasi di sektor pendidikan Indonesia. Ia juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan generasi muda dan memiliki visi yang jelas mengenai arah pengembangan pendidikan di masa depan.

Nadiem Anwar Makarim lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1984. Ia merupakan putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka, sementara ibunya adalah seorang penulis lepas. Keluarga Nadiem memiliki latar belakang yang kaya dan beragam, dengan akar budaya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Saya SD di Indonesia, rumah selalu di Jakarta, background saya ibu lahir Pasuruan, ayah saya Pekalongan," ungkap Nadiem dalam sebuah wawancara.

Ayah Nadiem, Nono Anwar Makarim, adalah salah satu pendiri kantor hukum Makarim & Taira Sjuga. Ia lahir dari orang tua yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, yaitu Minang dan Arab. Sementara itu, ibu Nadiem adalah putri dari Hamid Algadri, seorang tokoh keturunan Pasuruan-Arab.

Kakek Nadiem dari pihak ibu adalah seorang pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang berjasa dalam perundingan Linggarjati, perundingan Renville, Konferensi Meja Bundar (KMB), dan merupakan salah satu anggota parlemen pada masa awal berdirinya Negara Republik Indonesia. Latar belakang keluarga yang kaya akan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia ini tentu memberikan pengaruh besar dalam pembentukan karakter dan pandangan hidup Nadiem Makarim.

"Tapi dari bapak saya itu dari Bukittinggi, jadi saya ada Sumatera, Madura-nya, ada Jawa Timur, ada Jawa Tengah, terus campuran Arab," jelas Nadiem.

Nadiem menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Jakarta dan Singapura. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya di Brown University, Amerika Serikat, dengan mengambil jurusan International Relations. Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration (MBA) dari Harvard Business School.

Pengalaman belajar di luar negeri memberikan Nadiem perspektif yang luas dan mendalam mengenai berbagai isu global. Ia juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan para pemikir dan pemimpin dunia, yang semakin memperkaya wawasan dan pengetahuannya.

"Karena saya punya perspektif sekolah di luar negeri, saya bisa balik lalu melihat hal-hal dengan lensa yang baru," ujarnya.

Setelah menyelesaikan studinya di Harvard Business School, Nadiem kembali ke Indonesia dan memulai karirnya di dunia bisnis. Ia bekerja di berbagai perusahaan konsultan dan e-commerce sebelum akhirnya memutuskan untuk mendirikan Gojek pada tahun 2010.

Gojek awalnya merupakan layanan call center yang menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek. Ide ini muncul dari pengalaman pribadi Nadiem yang sering kesulitan mencari ojek di Jakarta. Ia melihat potensi besar dalam menghubungkan pengemudi ojek dengan penumpang melalui teknologi.

Pada tahun 2015, Gojek meluncurkan aplikasi mobile dengan empat layanan utama: GoRide, GoSend, GoShop, dan GoFood. Peluncuran aplikasi ini menjadi titik balik dalam perkembangan Gojek. Aplikasi Gojek memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memesan ojek, mengirim barang, berbelanja, dan memesan makanan secara online.

Popularitas Gojek melonjak dengan cepat, terutama melalui layanan GoFood yang menjadi salah satu layanan pesan-antar makanan terbesar di Indonesia. Gojek kemudian berekspansi ke berbagai layanan digital lainnya, seperti pembayaran (GoPay), logistik, hingga hiburan.

Keberhasilan Gojek tidak lepas dari visi Nadiem Makarim yang berani dan inovatif. Ia mampu melihat peluang di tengah permasalahan transportasi dan logistik di Indonesia. Ia juga mampu membangun tim yang solid dan memiliki semangat yang sama untuk memberikan solusi bagi masyarakat.

Pada tahun 2019, Nadiem Makarim ditunjuk sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko Widodo. Penunjukan ini mengejutkan banyak pihak, namun juga disambut dengan antusiasme oleh sebagian kalangan yang melihat Nadiem sebagai sosok yang mampu membawa perubahan positif di sektor pendidikan Indonesia.

Setelah Nadiem ditunjuk sebagai Mendikbud, kepemimpinan di Gojek diteruskan oleh Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi. Mereka berdua memiliki pengalaman yang panjang di Gojek dan mampu melanjutkan visi Nadiem dalam mengembangkan perusahaan.

Pada tahun 2021, Gojek merger dengan Tokopedia dan membentuk GoTo Group, salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara. Merger ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi Gojek dan Tokopedia di pasar Indonesia dan regional. GoTo Group memiliki ekosistem bisnis yang lengkap, mulai dari transportasi, e-commerce, pembayaran, hingga layanan keuangan.

Kasus dugaan korupsi pengadaan laptop yang menyeret nama Nadiem Makarim tentu menjadi pukulan berat bagi GoTo Group dan citra perusahaan. Namun, GoTo Group memiliki tim manajemen yang kuat dan berpengalaman, yang diharapkan mampu mengatasi tantangan ini dan terus mengembangkan bisnis perusahaan.

Penetapan Nadiem Makarim sebagai tersangka merupakan proses hukum yang harus dihormati. Kita perlu menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui kebenaran dari kasus ini. Namun, terlepas dari kasus hukum yang sedang dihadapi, Nadiem Makarim tetap merupakan sosok yang inspiratif bagi banyak orang. Ia telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, inovasi, dan visi yang jelas, kita dapat mencapai kesuksesan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Perjalanan karir Nadiem Makarim dari pendiri Gojek hingga Mendikbud, dan kini menjadi tersangka, merupakan cerminan dari kompleksitas kehidupan dan dinamika kekuasaan. Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua mengenai pentingnya integritas, akuntabilitas, dan transparansi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, baik di sektor publik maupun swasta. Kita berharap kasus ini dapat diselesaikan secara adil dan transparan, sehingga kebenaran dapat terungkap dan keadilan dapat ditegakkan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :