Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 Agustus – 01 September 2025: Hujan Masih Mengintai di Musim Kemarau: Tingkatkan Kewaspadaan – Prospek Cuaca Mingguan – BMKG

  • Maskobus
  • Aug 26, 2025

Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan yang masih signifikan selama periode 26 Agustus hingga 01 September 2025. Fenomena ini menuntut peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air.

Dalam sepekan terakhir (23–24 Agustus 2025), BMKG mencatat curah hujan ekstrem (>150 mm/hari) di beberapa wilayah, termasuk Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku. Curah hujan tertinggi tercatat di Bitung (166,4 mm/hari), Bogor (161,4 mm/hari), dan Banda Neira (115 mm/hari). Intensitas hujan yang tinggi ini menjadi indikasi kuat bahwa dinamika atmosfer masih sangat aktif dan berpotensi memicu cuaca ekstrem dalam beberapa hari mendatang.

Faktor Pemicu Hujan di Musim Kemarau

Beberapa faktor meteorologis berkontribusi terhadap kondisi hujan yang tidak lazim di tengah musim kemarau ini. Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer yang tengah aktif memainkan peran penting dalam meningkatkan pembentukan awan hujan. MJO adalah fenomena pergerakan sistem awan dan tekanan rendah dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik, yang dapat mempengaruhi pola cuaca global, termasuk Indonesia. Gelombang atmosfer, seperti gelombang Kelvin dan Rossby, juga berkontribusi pada peningkatan kelembapan dan pembentukan awan konvektif.

Suhu permukaan laut yang lebih hangat dari biasanya di sekitar wilayah Indonesia juga menjadi faktor signifikan. Perairan yang hangat menyediakan energi tambahan bagi atmosfer, meningkatkan penguapan dan pembentukan awan hujan. Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan pertemuan angin (konvergensi) di Papua Tengah turut memperkuat proses konveksi, yaitu proses naiknya udara hangat dan lembap yang kemudian membentuk awan dan hujan.

Prospek Cuaca Mingguan Periode 26 Agustus – 01 September 2025: Hujan Masih Mengintai di Musim Kemarau: Tingkatkan Kewaspadaan - Prospek Cuaca Mingguan - BMKG

Keberadaan Siklon Tropis KAJIKI di Laut Cina Selatan dan Bibit Siklon 93W di utara Maluku Utara juga memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di Indonesia. Meskipun Siklon Tropis KAJIKI diperkirakan bergerak menjauhi wilayah Indonesia, keberadaannya memicu angin kencang dan berpotensi meningkatkan tinggi gelombang di perairan sekitarnya. Bibit Siklon 93W, yang berada di utara Maluku Utara, memiliki potensi untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam beberapa hari mendatang, dan dapat memperkuat angin kencang serta gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia bagian timur.

Dinamika Atmosfer Sepekan ke Depan

Analisis dinamika atmosfer menunjukkan bahwa kondisi labil dan mendukung perkembangan awan konvektif akan terus berlanjut dalam sepekan mendatang. Interaksi faktor atmosfer skala global, regional, hingga lokal akan mempertahankan potensi pembentukan awan hujan yang signifikan di berbagai wilayah Indonesia.

Pada skala global, Dipole Mode Index (DMI) menunjukkan IOD negatif lemah (-0,91), yang cenderung meningkatkan pasokan uap air ke Indonesia bagian barat. IOD negatif adalah fenomena yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin di wilayah Samudra Hindia bagian timur dan lebih hangat di bagian barat, yang dapat meningkatkan curah hujan di Indonesia. Meskipun indeks NINO3.4 (0,22) dan SOI (+2,0) berada dalam kondisi netral, yang berarti tidak memberikan penguatan pembentukan awan yang berarti, faktor-faktor lain tetap dominan dalam memicu hujan.

Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini berada dalam fase 3, yang mendukung konveksi di Indonesia bagian barat dan tengah, dengan sinyal yang lebih signifikan di Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Laut Flores, dan Laut Banda bagian barat. Dalam beberapa hari ke depan, MJO diperkirakan menguat dan bergeser ke fase 4, yang berarti semakin mendekati wilayah Indonesia dan berpotensi meningkatkan curah hujan.

Pada skala regional, potensi hujan diperkuat oleh gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, dan Mixed Rossby Gravity (MRG) yang aktif di Sumatra, Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua. Gelombang-gelombang ini memicu peningkatan kelembapan dan ketidakstabilan atmosfer, yang mendukung pembentukan awan hujan. Selain itu, gelombang berfrekuensi rendah (low frequency) persisten di Lampung, sebagian Jawa dan Kalimantan, serta sebagian besar Indonesia timur juga berkontribusi pada peningkatan curah hujan.

Anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) negatif dan suhu permukaan laut (SST) yang lebih hangat di sejumlah perairan juga menjadi faktor pendukung pembentukan awan hujan. Anomali OLR negatif menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konveksi dan pembentukan awan, sementara suhu permukaan laut yang lebih hangat menyediakan energi tambahan bagi atmosfer untuk membentuk awan hujan.

Sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan Samudra Pasifik utara Papua Barat memicu zona konvergensi yang memanjang dari Samudra Pasifik utara Papua Barat Daya hingga timur Filipina. Zona konvergensi ini merupakan area pertemuan angin yang dapat memicu peningkatan kelembapan dan pembentukan awan hujan.

Intrusi udara kering (dry intrusion) dari barat–barat daya Banten hingga NTB berpotensi memicu konveksi di depan batas intrusi (udara lebih hangat dan lembab). Intrusi udara kering dapat meningkatkan ketidakstabilan atmosfer dan memicu pembentukan awan kumulonimbus yang dapat menghasilkan hujan lebat.

Siklon Tropis KAJIKI di Laut Cina Selatan diperkirakan bergerak ke barat menuju Vietnam dengan intensitas menurun, sementara Bibit Siklon 93W di timur Filipina cenderung persisten, dengan peluang menjadi Siklon Tropis dalam kategori rendah (24–72 jam). Meskipun demikian, Bibit Siklon 93W mampu menginduksi pola konfluensi di Filipina tengah, serta low-level jet di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, dan sebagian perairan Filipina. Dampak lain dari kondisi tersebut adalah penguatan angin permukaan hingga lebih dari 25 knot, sehingga berpotensi meningkatkan gelombang tinggi di Laut Maluku, Samudera Pasifik Utara Maluku, dan Samudera Pasifik Utara Papua Barat Daya hingga Papua.

Prospek Cuaca Sepekan ke Depan: Waspada Hujan Lebat Disertai Kilat dan Angin Kencang

Dengan mempertimbangkan dinamika atmosfer yang kompleks ini, BMKG memperkirakan bahwa potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang–lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi akan terus berlanjut dalam sepekan mendatang. Masyarakat diimbau untuk terus memantau pembaruan informasi cuaca dari BMKG dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi risiko dampak buruk dari cuaca ekstrem.

Periode 26 – 28 Agustus 2025:

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan. Peningkatan hujan dengan intensitas sedang perlu diwaspadai di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, dan Papua Selatan.

Hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah, dan BMKG telah mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah-wilayah tersebut. Masyarakat di wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Periode 29 Agustus – 01 September 2025:

Cuaca di Indonesia umumnya didominasi cerah berawan hingga hujan ringan. Peningkatan hujan dengan intensitas sedang perlu diwaspadai di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.

Hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah, dan BMKG telah mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah-wilayah tersebut. Masyarakat di wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Imbauan: Tingkatkan Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrem

Menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu kedepan, BMKG mengimbau masyarakat untuk:

  • Memantau secara berkala informasi cuaca terkini yang dikeluarkan oleh BMKG melalui website resmi, aplikasi mobile infoBMKG, dan media sosial @infoBMKG.
  • Membersihkan saluran drainase di lingkungan masing-masing untuk mencegah terjadinya genangan air dan banjir.
  • Menyesuaikan rencana aktivitas dengan mempertimbangkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
  • Bagi nelayan dan pengguna jasa penyeberangan, agar memperhatikan peringatan angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah perairan masing-masing.
  • Meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
  • Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti BPBD setempat, untuk mendapatkan informasi dan bantuan jika terjadi bencana.

Dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan, diharapkan masyarakat dapat mengurangi risiko dampak buruk dari cuaca ekstrem dan menjaga keselamatan diri dan keluarga.

Catatan: Informasi ini telah melalui proses penyuntingan dan pembaruan tanggal 25 Agustus 2025, 19.30 WIB.

Jakarta, 25 Agustus 2025

Direktorat Meteorologi Publik BMKG

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :