Beberapa waktu lalu, Zaskia Adya Mecca, seorang selebriti sekaligus ibu dari lima anak, membagikan sebuah momen mengharukan melalui Instagram story pribadinya, @zaskiadyamecca. Dalam unggahannya, terlihat Zaskia bergegas menuju sekolah putra keempatnya, Bhre, yang berusia tujuh tahun. Bhre mengalami insiden terjatuh di sekolah dan membutuhkan kehadiran ibunya.
Dalam video tersebut, Zaskia mengaku sempat dilanda kepanikan. Sesampainya di sekolah, ia langsung memeluk Bhre erat-erat. Menurut Zaskia, saat itu Bhre hanya membutuhkan pelukan hangat dari ibunya untuk merasa aman dan tenang.
Namun, ada satu hal yang membuat Zaskia terenyuh. Bhre ternyata berusaha menahan tangisnya karena merasa malu. Sebagai seorang anak laki-laki, Bhre merasa tidak seharusnya menangis di depan teman-temannya di sekolah. Pemikiran ini mencerminkan adanya tekanan sosial yang masih kuat di masyarakat, di mana anak laki-laki seringkali dituntut untuk selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan emosi, terutama kesedihan.
Kejadian yang dialami Bhre ini menjadi pengingat bagi para orang tua tentang pentingnya mengajarkan regulasi emosi pada anak, khususnya anak laki-laki. Regulasi emosi adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat dan adaptif. Kemampuan ini sangat penting untuk perkembangan sosial, emosional, dan mental anak.
Mengapa Regulasi Emosi Penting untuk Anak Laki-laki?
Sejak usia dini, anak laki-laki seringkali menerima pesan-pesan dari lingkungan sekitar bahwa mereka harus kuat, berani, dan tidak boleh menangis. Pesan-pesan ini dapat membentuk keyakinan yang salah bahwa mengekspresikan emosi, terutama kesedihan, adalah tanda kelemahan. Akibatnya, anak laki-laki cenderung menekan emosi mereka, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional mereka di kemudian hari.
Menekan emosi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti:
-
Kesulitan Mengelola Stres: Ketika anak laki-laki tidak belajar cara mengungkapkan emosi mereka, mereka mungkin kesulitan mengelola stres dan tekanan. Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
-
Masalah Hubungan: Anak laki-laki yang kesulitan mengekspresikan emosi mereka mungkin mengalami kesulitan membangun dan memelihara hubungan yang sehat. Mereka mungkin kesulitan untuk berempati dengan orang lain atau mengungkapkan kebutuhan mereka sendiri.
-
Perilaku Agresif: Dalam beberapa kasus, menekan emosi dapat menyebabkan perilaku agresif. Anak laki-laki yang tidak tahu cara mengungkapkan kesedihan atau frustrasi mereka mungkin melampiaskannya dengan cara yang tidak sehat, seperti berkelahi atau merusak barang-barang.
-
Rendahnya Harga Diri: Ketika anak laki-laki merasa bahwa mereka tidak boleh menunjukkan emosi mereka, mereka mungkin merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri mereka. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri dan perasaan tidak aman.
Tanggapan Psikolog tentang Ekspresi Emosi pada Anak Laki-laki
Psikolog Anak dan Keluarga, Dhisty Azlia Firnady, menjelaskan bahwa anak-anak usia sekolah sudah mulai memahami konsep rasa malu dan berusaha menahan emosi di situasi sosial tertentu. Hal ini dilakukan agar mereka tidak mendapat penilaian negatif dari teman-teman atau orang di sekitar mereka.
"Tidak apa-apa jika hal itu terjadi, tetapi orang tua perlu ajarkan bahwa anak boleh kok merasakan emosi tertentu, tidak apa-apa untuk mengekspresikannya, dan bagaimana cara menyalurkan emosinya," ujar Dhisty.
Tips Regulasi Emosi untuk Anak Laki-laki
Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak laki-laki mengembangkan kemampuan regulasi emosi yang sehat:
-
Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung:
- Pastikan anak merasa aman dan nyaman untuk mengekspresikan emosi mereka tanpa takut dihakimi atau diejek.
- Berikan dukungan dan validasi ketika anak mengungkapkan perasaannya. Katakan padanya bahwa tidak apa-apa untuk merasa sedih, marah, atau takut.
- Hindari mengatakan hal-hal seperti "Jangan menangis," atau "Laki-laki tidak boleh cengeng."
- Fokus pada mendengarkan dan memahami perasaan anak, bukan mencoba untuk memperbaiki atau mengubahnya.
-
Ajarkan Anak untuk Mengidentifikasi dan Menamai Emosi:
- Bantu anak untuk mengenali berbagai macam emosi dan menamainya.
- Gunakan buku, film, atau permainan untuk membantu anak belajar tentang emosi.
- Bicarakan tentang emosi yang Anda rasakan sendiri. Misalnya, "Aku merasa senang hari ini karena…" atau "Aku merasa sedikit khawatir tentang…"
- Semakin anak mampu mengidentifikasi dan menamai emosi mereka, semakin mudah bagi mereka untuk mengelolanya.
-
Ajarkan Anak Strategi Mengelola Emosi:
- Ajarkan anak cara-cara sehat untuk mengatasi emosi yang sulit, seperti:
- Bernapas Dalam-dalam: Ajarkan anak untuk menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri.
- Berbicara dengan Seseorang: Dorong anak untuk berbicara dengan orang dewasa yang dipercaya tentang perasaan mereka.
- Melakukan Aktivitas yang Menenangkan: Bantu anak menemukan aktivitas yang dapat membantu mereka merasa lebih tenang, seperti membaca, menggambar, mendengarkan musik, atau bermain di luar.
- Olahraga: Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.
- Menulis Jurnal: Menulis jurnal dapat membantu anak mengeksplorasi perasaan mereka dan mengidentifikasi pola-pola tertentu.
- Ajarkan anak cara-cara sehat untuk mengatasi emosi yang sulit, seperti:
-
Berikan Contoh yang Baik:
- Anak-anak belajar dengan mengamati orang dewasa di sekitar mereka.
- Tunjukkan pada anak bagaimana Anda mengelola emosi Anda sendiri dengan cara yang sehat.
- Jangan takut untuk menunjukkan emosi Anda, tetapi pastikan Anda melakukannya dengan cara yang terkendali dan bertanggung jawab.
- Jika Anda merasa kesulitan mengelola emosi Anda sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional.
-
Bantu Anak Memecahkan Masalah:
- Ketika anak mengalami masalah yang menyebabkan emosi yang kuat, bantu mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
- Ajarkan anak untuk mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan mengevaluasi hasilnya.
- Bantu anak untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif.
-
Hindari Stereotip Gender:
- Hindari menyampaikan pesan-pesan yang membatasi tentang bagaimana anak laki-laki seharusnya bersikap.
- Biarkan anak laki-laki mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik dan autentik.
- Dorong anak laki-laki untuk terlibat dalam berbagai macam aktivitas, terlepas dari stereotip gender.
-
Bersabar dan Konsisten:
- Mengajarkan regulasi emosi adalah proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran.
- Bersikaplah konsisten dengan pendekatan Anda dan terus berikan dukungan kepada anak.
- Rayakan kemajuan kecil dan jangan menyerah jika anak mengalami kemunduran.
Dhisty juga menyarankan agar orang tua mengajak anak memikirkan solusi alternatif ketika mereka merasa tidak nyaman tetapi malu mengekspresikan perasaannya secara langsung. Contohnya, anak bisa diajarkan untuk pergi ke guru atau ke toilet sejenak untuk mengambil napas dan menenangkan diri.
Khusus untuk anak laki-laki, tak bisa dipungkiri, tekanan sosial agar ‘tidak boleh menangis’ memang sering membuat mereka merasa malu mengekspresikan kesedihan. Namun yang tak kalah penting, orang tua juga harus membantu anak mengelola emosi sedihnya dengan mengajak bicara mengenai kejadian yang dialami, perasaan anak saat itu, cara mengatasi masalah, serta rencana ke depan agar anak lebih siap menghadapi situasi serupa.
"Ajak anak berbicara mengenai kejadian, perasaannya, caranya meresolusi masalah, dan planning ke depannya setelah orang tua dan anak memiliki waktu berdua," tegasnya.
Mencari Bantuan Profesional
Jika Anda merasa kesulitan membantu anak Anda mengembangkan kemampuan regulasi emosi, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau terapis anak dapat memberikan panduan dan dukungan yang Anda butuhkan.
Mengajarkan regulasi emosi pada anak laki-laki adalah investasi penting untuk masa depan mereka. Dengan memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi pria dewasa yang sehat, bahagia, dan mampu menjalin hubungan yang bermakna. Ingatlah bahwa setiap anak unik, dan penting untuk menyesuaikan pendekatan Anda dengan kebutuhan individu mereka. Dengan kesabaran, pengertian, dan cinta, Anda dapat membantu anak laki-laki Anda mengembangkan kemampuan regulasi emosi yang akan melayani mereka dengan baik sepanjang hidup mereka.