Pemerintah Indonesia berencana menerapkan sistem pelabelan makanan dan minuman yang disebut "Nutri-Level" tahun ini, dengan fokus awal pada minuman siap konsumsi yang memiliki kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) tinggi. Inisiatif ini terinspirasi oleh sistem "Nutri-Grade" yang telah diterapkan di Singapura, dengan tujuan memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada konsumen mengenai kandungan nutrisi dalam produk yang mereka konsumsi. Sistem Nutri-Level akan menggunakan label dengan huruf A, B, C, dan D untuk mengkategorikan makanan dan minuman berdasarkan tingkat kesehatan, di mana A menunjukkan kategori paling sehat dan D menunjukkan kategori yang paling tidak sehat.
Keputusan untuk menerapkan Nutri-Level didasari oleh data survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2014 yang menunjukkan bahwa sekitar 29,7% penduduk Indonesia mengonsumsi makanan dengan kandungan GGL di atas standar yang direkomendasikan. Angka ini diperkirakan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) juga menyoroti bahwa salah satu faktor utama penyebab penyakit tidak menular (PTM) adalah pola makan yang tidak sehat, termasuk konsumsi GGL yang berlebihan.
"Salah satu strategi pengendalian konsumsi GGL adalah melalui penetapan pencantuman informasi nilai gizi (ING), termasuk informasi kandungan GGL, pada pangan olahan dan/atau pangan olahan siap saji," ujar Kepala BPOM RI, Taruna, pada Kamis, 24 September 2025. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya transparansi informasi bagi konsumen agar mereka dapat membuat pilihan yang lebih baik dan lebih sehat.
Pada tahap awal implementasi, Nutri-Level akan difokuskan pada minuman siap konsumsi yang memiliki kandungan GGL pada level C dan D. Hal ini berarti bahwa minuman-minuman yang tergolong dalam kategori ini akan wajib mencantumkan label Nutri-Level pada kemasannya. BPOM RI menjelaskan bahwa penerapan kewajiban pencantuman Nutri-Level pada pangan olahan akan dilakukan secara bertahap.
"Untuk tahap pertama ditargetkan pada minuman siap konsumsi dengan kandungan GGL pada level C dan level D. Kewajiban penerapan nutri-level juga akan dibuat sejalan antara pangan olahan yang ditetapkan oleh BPOM dengan pangan olahan siap saji yang ditetapkan oleh Kemenkes," terang Taruna. Koordinasi antara BPOM dan Kemenkes sangat penting untuk memastikan implementasi yang efektif dan konsisten di seluruh industri makanan dan minuman.
Deputi 3 BPOM, Elin Herlina, menambahkan bahwa proses penerapan label pada makanan olahan saat ini sedang dalam tahap reviu ketentuan pencantuman front of pack nutrition labelling (FOPNL). FOPNL adalah sistem pelabelan yang menampilkan informasi nutrisi penting pada bagian depan kemasan produk, sehingga memudahkan konsumen untuk melihat dan memahami kandungan gizi produk tersebut.
Sistem Nutri-Level terdiri dari empat tingkatan, yaitu level A, B, C, dan D. Level A menunjukkan kandungan GGL paling rendah, sedangkan Level D menunjukkan kandungan GGL paling tinggi. Dengan adanya sistem pelabelan ini, diharapkan konsumen dapat dengan mudah membandingkan kandungan GGL dalam berbagai produk dan memilih produk yang lebih sehat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, berharap bahwa penerapan label Nutri-Level dapat meningkatkan edukasi di masyarakat terkait pentingnya memilih produk dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang rendah. Edukasi ini sangat penting untuk mengubah perilaku konsumen dan mendorong mereka untuk mengadopsi pola makan yang lebih sehat.
Implementasi Nutri-Level merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan konsumsi GGL yang berlebihan. Penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker merupakan penyebab utama kematian di Indonesia, dan pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko utama.
Dengan memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada konsumen, Nutri-Level diharapkan dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih baik dan mengurangi risiko terkena PTM. Selain itu, Nutri-Level juga dapat mendorong produsen makanan dan minuman untuk mengurangi kandungan GGL dalam produk mereka, sehingga menciptakan lingkungan makanan yang lebih sehat bagi masyarakat Indonesia.
Namun, implementasi Nutri-Level juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah resistensi dari industri makanan dan minuman, yang mungkin khawatir bahwa pelabelan ini akan mengurangi penjualan produk mereka. Pemerintah perlu bekerja sama dengan industri untuk mengatasi kekhawatiran ini dan memastikan bahwa implementasi Nutri-Level dilakukan secara adil dan transparan.
Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan kampanye edukasi yang luas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Nutri-Level dan bagaimana cara menggunakannya. Kampanye ini dapat dilakukan melalui berbagai saluran media, seperti televisi, radio, media sosial, dan spanduk di tempat-tempat umum.
Keberhasilan Nutri-Level juga bergantung pada penegakan hukum yang efektif. BPOM perlu memastikan bahwa semua produsen makanan dan minuman mematuhi peraturan pelabelan dan bahwa produk-produk yang tidak memenuhi standar ditarik dari pasar.
Secara keseluruhan, Nutri-Level merupakan inisiatif yang menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada konsumen, Nutri-Level dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih baik dan mengurangi risiko terkena PTM. Namun, implementasi Nutri-Level juga membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat.
Penting untuk dicatat bahwa efektivitas Nutri-Level tidak hanya bergantung pada pelabelan itu sendiri, tetapi juga pada upaya-upaya lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat. Pemerintah perlu terus mengedukasi masyarakat tentang manfaat mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, serta pentingnya aktivitas fisik yang teratur.
Selain itu, pemerintah juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan sehat, misalnya dengan meningkatkan akses ke makanan segar dan sehat, serta membatasi iklan makanan dan minuman yang tidak sehat.
Dengan kombinasi pelabelan Nutri-Level, edukasi masyarakat, dan penciptaan lingkungan yang mendukung pola makan sehat, Indonesia dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan konsumsi GGL yang berlebihan.
Nutri-Level bukan hanya sekadar label, tetapi juga merupakan simbol komitmen pemerintah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang. Dengan dukungan dari semua pihak, Nutri-Level dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengubah perilaku konsumen dan mendorong industri makanan dan minuman untuk menghasilkan produk yang lebih sehat.
Implementasi Nutri-Level juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya tujuan nomor 3, yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua usia. Dengan mengurangi risiko PTM, Nutri-Level dapat membantu Indonesia mencapai tujuan ini dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pemerintah Indonesia perlu terus memantau dan mengevaluasi efektivitas Nutri-Level setelah implementasi. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk membuat penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa Nutri-Level mencapai tujuannya.
Nutri-Level merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada konsumen, Nutri-Level dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih baik dan mengurangi risiko terkena PTM. Namun, keberhasilan Nutri-Level bergantung pada kerja sama dari semua pihak dan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan sehat.
Dengan implementasi Nutri-Level, Indonesia bergabung dengan negara-negara lain di dunia yang telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan konsumsi GGL yang berlebihan. Inisiatif ini menunjukkan bahwa Indonesia serius dalam melindungi kesehatan masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.
Nutri-Level adalah investasi jangka panjang dalam kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan mengurangi risiko PTM, Nutri-Level dapat membantu meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah Indonesia perlu terus berinovasi dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Nutri-Level hanyalah salah satu langkah dalam perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih sehat. Dengan komitmen dan kerja keras dari semua pihak, Indonesia dapat mencapai tujuan ini dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.