Survei terbaru dari Litbang Kompas mengungkap bahwa Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, tengah menghadapi gelombang sentimen negatif di media sosial. Pemicunya adalah sindiran bernada meremehkan yang ia lontarkan terhadap "pejabat ngonten" atau pejabat yang aktif membuat konten di media sosial. Meskipun Luthfi tidak secara eksplisit menyebut nama, warganet ramai-ramai menafsirkan bahwa sindiran tersebut ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang memang dikenal aktif membagikan kegiatan dan kebijakan pemerintahannya melalui berbagai platform media sosial.
Sindiran tersebut dilontarkan Luthfi saat Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang diselenggarakan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan pada hari Rabu, 23 Juli 2025. Dengan nada sinis, Luthfi menirukan gaya pejabat yang sedang membuat konten dengan mengatakan, "Ora usah gaya, halo gaes," sambil tertawa. Sontak, pernyataan ini memicu reaksi negatif dari warganet yang merasa bahwa Luthfi merendahkan upaya pejabat lain dalam berkomunikasi dengan masyarakat melalui media sosial.
Litbang Kompas mencatat bahwa setelah sindiran tersebut dilontarkan, tren sentimen negatif terhadap Luthfi melonjak tajam. Sebanyak 56 persen warganet meresponsnya secara negatif, sementara hanya 29 persen yang memberikan respons positif, dan 15 persen memilih untuk netral. Lonjakan sentimen negatif ini menunjukkan bahwa pernyataan Luthfi telah menyinggung banyak pihak, terutama mereka yang percaya bahwa media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk membangun komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
Survei Litbang Kompas juga menunjukkan bahwa dampak dari sindiran Luthfi masih terasa hingga beberapa minggu setelahnya. Sentimen negatif terhadap Luthfi terus meningkat pada pekan keempat dan kelima Juli 2025, dan masih berdampak panjang hingga pekan pertama Agustus 2025. Bahkan, selama lebih dari dua bulan, topik terkait sindiran Luthfi menduduki peringkat pertama dalam aspek kuantitas komentar dan konten di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa isu ini telah menjadi perbincangan yang sangat luas dan menarik perhatian banyak pihak.
Warganet yang melontarkan sentimen negatif terhadap Luthfi umumnya berpendapat bahwa pihak yang disindir oleh Luthfi adalah Dedi Mulyadi. Mereka membandingkan gaya komunikasi Luthfi yang dianggap kurang dekat dengan masyarakat dengan gaya komunikasi Dedi Mulyadi yang lebih terbuka dan interaktif. Beberapa warganet bahkan membuat konten dan komentar yang secara langsung membandingkan kedua tokoh tersebut, menyoroti perbedaan pendekatan mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Selain sindiran "pejabat ngonten", Luthfi juga mendapatkan sentimen negatif di media sosial terkait dengan isu jalan rusak di Jawa Tengah. Topik ini mendapatkan 48 persen sentimen negatif dari warganet, sementara hanya sekitar 19 persen yang merespons positif, dan 32 persen lainnya netral. Sentimen negatif ini umumnya berisi laporan dan keluh kesah masyarakat yang jalanan di daerahnya masih rusak dan belum mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah daerah.
Temuan ini menunjukkan bahwa Luthfi tidak hanya menghadapi kritik terkait gaya komunikasinya, tetapi juga terkait dengan kinerja pemerintahannya dalam menangani isu-isu infrastruktur yang penting bagi masyarakat. Kombinasi dari kedua faktor ini telah menyebabkan penurunan citra Luthfi di mata publik, sebagaimana tercermin dalam survei Litbang Kompas.
Survei Litbang Kompas ini menggunakan metode pemantauan media sosial yang komprehensif. Tim peneliti memantau 22 ribu konten yang berkaitan dengan Ahmad Luthfi dengan periode pemantauan dimulai pada 1 Juni 2025 hingga 3 Agustus 2025. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi tren sentimen dan isu-isu yang paling relevan bagi publik.
Hasil survei ini memberikan pelajaran penting bagi para pejabat publik, terutama terkait dengan pentingnya menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat melalui berbagai saluran, termasuk media sosial. Pejabat publik perlu menyadari bahwa media sosial bukan hanya sekadar alat untuk membagikan informasi, tetapi juga platform untuk berinteraksi, mendengarkan aspirasi, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat.
Sindiran yang dilontarkan Luthfi menunjukkan kurangnya pemahaman tentang peran penting media sosial dalam komunikasi publik. Alih-alih meremehkan upaya pejabat lain dalam memanfaatkan media sosial, Luthfi seharusnya mendukung dan mendorong inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Selain itu, hasil survei ini juga mengingatkan para pejabat publik untuk lebih memperhatikan isu-isu yang menjadi perhatian utama masyarakat, seperti infrastruktur jalan yang rusak. Pejabat publik perlu menunjukkan komitmen yang kuat untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan memberikan solusi yang konkret bagi masyarakat.
Dalam konteks politik yang semakin dinamis, citra publik menjadi faktor yang sangat penting bagi keberhasilan seorang pejabat publik. Oleh karena itu, Luthfi perlu mengambil langkah-langkah yang strategis untuk memperbaiki citranya di mata publik. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Memperbaiki Gaya Komunikasi: Luthfi perlu mengubah gaya komunikasinya menjadi lebih terbuka, ramah, dan interaktif. Ia perlu lebih sering berinteraksi dengan masyarakat melalui media sosial, mendengarkan aspirasi mereka, dan memberikan respons yang cepat dan tepat terhadap isu-isu yang mereka angkat.
- Menunjukkan Komitmen terhadap Pembangunan Infrastruktur: Luthfi perlu menunjukkan komitmen yang kuat untuk menyelesaikan masalah jalan rusak di Jawa Tengah. Ia perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan, serta memastikan bahwa proyek-proyek tersebut dilaksanakan dengan transparan dan akuntabel.
- Membangun Hubungan yang Baik dengan Media: Luthfi perlu membangun hubungan yang baik dengan media, baik media mainstream maupun media sosial. Ia perlu aktif memberikan informasi yang akurat dan relevan kepada media, serta merespons pertanyaan dan kritik dari media dengan bijak dan profesional.
- Meningkatkan Kinerja Pemerintah: Luthfi perlu meningkatkan kinerja pemerintahannya dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ia perlu memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
- Meminta Maaf kepada Publik: Jika memang dianggap perlu, Luthfi dapat mempertimbangkan untuk meminta maaf kepada publik atas sindiran "pejabat ngonten" yang telah ia lontarkan. Permintaan maaf ini dapat menunjukkan bahwa ia menyadari kesalahannya dan bersedia untuk memperbaiki diri.
Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, Luthfi diharapkan dapat memulihkan citranya di mata publik dan kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa membangun citra publik yang positif membutuhkan waktu dan upaya yang berkelanjutan. Luthfi perlu terus bekerja keras dan menunjukkan komitmen yang tulus untuk melayani masyarakat.
Survei Litbang Kompas ini juga memberikan pelajaran bagi para calon pejabat publik yang akan maju dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilihan umum (pemilu). Para calon pejabat publik perlu memahami bahwa media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam kampanye politik. Mereka perlu memanfaatkan media sosial secara efektif untuk menyampaikan visi dan misi mereka kepada masyarakat, membangun dukungan, dan memobilisasi pemilih.
Namun, para calon pejabat publik juga perlu berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Mereka perlu menghindari penggunaan bahasa yang kasar, ujaran kebencian, atau berita palsu (hoax). Mereka juga perlu menghormati perbedaan pendapat dan menjunjung tinggi etika dalam berpolitik.
Selain itu, para calon pejabat publik juga perlu memiliki program-program yang konkret dan relevan bagi masyarakat. Mereka perlu menunjukkan bahwa mereka memiliki solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Dengan mempersiapkan diri dengan baik dan memanfaatkan media sosial secara bijak, para calon pejabat publik dapat meningkatkan peluang mereka untuk terpilih dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat.
Sebagai penutup, hasil survei Litbang Kompas ini menunjukkan bahwa sentimen publik dapat berubah dengan cepat dan tidak terduga. Oleh karena itu, para pejabat publik perlu selalu waspada dan responsif terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat. Mereka juga perlu terus berupaya untuk meningkatkan kinerja mereka dan menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengawasi kinerja para pejabat publik dan memberikan masukan yang konstruktif. Dengan partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan para pejabat publik dapat bekerja lebih baik dan memberikan pelayanan yang lebih berkualitas kepada masyarakat.