Alokasi anggaran pendidikan dalam APBN 2026 menjadi sorotan tajam, khususnya terkait proporsi dana yang dialokasikan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi prioritas pemerintahan Prabowo Subianto. Pemerintah menetapkan anggaran pendidikan sebesar Rp757,8 triliun, di mana hampir separuhnya, yakni Rp335 triliun, diperuntukkan bagi program MBG. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pakar pendidikan, terutama terkait dampaknya terhadap pos-pos anggaran pendidikan lainnya, seperti kesejahteraan guru, beasiswa, riset, dan infrastruktur pendidikan.
Achmad Hidayatullah Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), mengungkapkan bahwa meskipun program MBG memiliki potensi positif dalam meningkatkan gizi peserta didik dan menciptakan lapangan kerja, alokasi anggaran yang sangat besar dari pos pendidikan menimbulkan pertanyaan serius.
"Yang menjadi catatan dan perdebatan di masyarakat adalah ketika anggaran MBG Rp335 triliun itu diambil dari alokasi anggaran pendidikan yang 20 persen. Jika benar, maka anggaran untuk beasiswa, kesejahteraan guru dan dosen, riset, serta infrastruktur pendidikan menjadi sangat kecil," ujar Dayat, panggilan akrabnya.
Menurut Dayat, pemerintah perlu memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai skema pembiayaan program MBG dan mempertimbangkan sumber pendanaan alternatif. Ia menekankan bahwa amanat konstitusi yang mewajibkan alokasi minimal 20 persen APBN untuk pendidikan harus tetap dijaga secara substansial, bukan hanya sebagai formalitas angka.
Kekhawatiran Dayat sejalan dengan aspirasi banyak pihak yang menginginkan peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Alokasi anggaran yang proporsional dan efektif menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan anggaran pendidikan:
- Kesejahteraan Guru:
Kesejahteraan guru merupakan faktor krusial dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang sejahtera akan lebih termotivasi dan fokus dalam menjalankan tugasnya. Kesejahteraan guru meliputi berbagai aspek, antara lain:
- Gaji yang layak: Gaji yang memadai akan memenuhi kebutuhan hidup guru dan keluarganya, sehingga mereka tidak perlu mencari penghasilan tambahan yang dapat mengganggu kinerja mereka.
- Tunjangan: Tunjangan, seperti tunjangan kinerja, tunjangan profesi, dan tunjangan hari raya, dapat meningkatkan kesejahteraan guru dan memberikan insentif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Fasilitas kesehatan: Akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai akan menjaga kesehatan guru dan memastikan mereka dapat bekerja dengan optimal.
- Pengembangan profesional: Kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional akan meningkatkan kompetensi guru dan membuat mereka lebih percaya diri dalam mengajar.
- Lingkungan kerja yang kondusif: Lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan mendukung akan menciptakan suasana yang positif bagi guru dan siswa.
- Beasiswa:
Beasiswa merupakan instrumen penting untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Beasiswa dapat membantu siswa untuk:
- Mengakses pendidikan: Beasiswa membuka pintu bagi siswa yang memiliki potensi akademik tetapi terkendala masalah ekonomi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
- Mengurangi kesenjangan pendidikan: Beasiswa membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin.
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia: Beasiswa menghasilkan lulusan yang berkualitas dan kompeten, yang dapat berkontribusi pada pembangunan bangsa.
- Mendorong prestasi akademik: Beasiswa memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat dan meraih prestasi akademik yang tinggi.
- Membangun generasi penerus: Beasiswa membantu membangun generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.
- Riset:
Riset merupakan fondasi penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Investasi dalam riset di bidang pendidikan dapat menghasilkan:
- Inovasi pembelajaran: Riset dapat menghasilkan metode pembelajaran yang lebih efektif, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
- Pengembangan kurikulum: Riset dapat memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pasar kerja.
- Peningkatan kualitas guru: Riset dapat menghasilkan program pelatihan guru yang lebih efektif dan berbasis bukti.
- Solusi untuk masalah pendidikan: Riset dapat membantu mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan.
- Pengembangan kebijakan pendidikan: Riset dapat memberikan dasar ilmiah untuk pengembangan kebijakan pendidikan yang lebih efektif dan tepat sasaran.
- Infrastruktur Pendidikan:
Infrastruktur pendidikan yang memadai merupakan prasyarat untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Infrastruktur pendidikan meliputi:
- Ruang kelas yang layak: Ruang kelas yang bersih, aman, dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai akan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
- Perpustakaan: Perpustakaan yang lengkap dengan koleksi buku dan sumber informasi yang beragam akan mendukung kegiatan belajar dan penelitian siswa.
- Laboratorium: Laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan yang modern akan memungkinkan siswa untuk melakukan eksperimen dan mengembangkan keterampilan praktis.
- Fasilitas olahraga: Fasilitas olahraga yang memadai akan mendukung kegiatan ekstrakurikuler dan mengembangkan kesehatan fisik siswa.
- Akses internet: Akses internet yang cepat dan stabil akan memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dan sumber belajar online.
Dayat juga menyoroti masih lemahnya dukungan pendidikan di daerah tertinggal, kesejahteraan guru yang belum memadai, hingga minimnya anggaran riset di perguruan tinggi. Ketimpangan ini perlu diatasi agar kualitas pendidikan dapat merata di seluruh Indonesia.
"Kalau dibandingkan negara maju, anggaran pendidikan kita bukan hanya kecil, tapi juga terhambat kerumitan administrasi," tandasnya.
Pernyataan Dayat menggarisbawahi pentingnya efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan anggaran pendidikan. Birokrasi yang rumit dan berbelit-belit dapat menghambat penyaluran dana dan mengurangi dampak positifnya terhadap kualitas pendidikan.
Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran pendidikan juga sangat penting. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana dana pendidikan dialokasikan dan digunakan, serta bagaimana dampaknya terhadap kualitas pendidikan.
Pemerintah perlu melibatkan berbagai pihak, termasuk pakar pendidikan, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat umum, dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program pendidikan. Keterlibatan yang luas akan memastikan bahwa program-program pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Alokasi anggaran pendidikan yang proporsional dan efektif, kesejahteraan guru yang memadai, beasiswa yang luas, riset yang berkualitas, dan infrastruktur pendidikan yang memadai merupakan investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Dengan pendidikan yang berkualitas, Indonesia dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan berkarakter, yang mampu bersaing di era global.
Oleh karena itu, pemerintah perlu meninjau kembali alokasi anggaran pendidikan dan memastikan bahwa dana yang tersedia digunakan secara optimal untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Program Makan Bergizi Gratis memang penting, tetapi jangan sampai mengorbankan pos-pos anggaran pendidikan lainnya yang juga krusial.
Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kemajuan dan kesejahteraan. Mari kita bersama-sama berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa. Dengan komitmen dan kerja keras, kita dapat mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara maju yang berpendidikan dan berdaya saing.