September’s Full Corn Moon Coincides with a Total Lunar Eclipse: Here’s What to Know

  • Maskobus
  • Sep 07, 2025

Fenomena langit yang menakjubkan akan menyapa para pengamat bintang di berbagai belahan dunia pada akhir pekan ini: gerhana bulan total yang berpotensi mengubah warna bulan menjadi merah tua yang memukau. Peristiwa langka ini bertepatan dengan munculnya "Corn Moon," sebutan untuk bulan purnama di bulan September yang menandai musim panen jagung.

Menurut NASA, gerhana bulan ini akan terlihat pada hari Minggu di wilayah Eropa, Afrika, Asia, dan Australia. Prosesnya dimulai ketika Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar dalam orbitnya masing-masing. Bulan akan memasuki bayangan Bumi berbentuk sabit secara bertahap sebelum akhirnya tertutup sepenuhnya. Pada saat itulah, sebagian cahaya Matahari akan membelok di sekitar tepi Bumi. Molekul udara akan menyebarkan cahaya biru, sementara panjang gelombang yang tersisa akan terpantul dari permukaan Bulan, membuatnya tampak bersinar merah. Fenomena inilah yang dikenal sebagai "blood moon" atau bulan darah.

Peristiwa gerhana akan dimulai pada pukul 11:28 ET (Eastern Time) dan berakhir pada pukul 16:55 ET. Sayangnya, pengamat di zona waktu bagian timur tidak akan dapat menyaksikan gerhana ini. Fase totalitas, ketika Bulan tertutup sepenuhnya oleh bayangan Bumi, akan dimulai pada pukul 13:30 ET dan berlangsung selama sekitar satu jam 23 menit, sebagaimana dilansir EarthSky.

Noah Petro, kepala Laboratorium Geologi, Geofisika, dan Geokimia Planet NASA di Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland, menjelaskan, "Keindahan gerhana bulan terletak pada prosesnya yang bertahap. Bagi mereka yang pernah menyaksikan gerhana matahari, peristiwanya berlangsung cukup cepat. Gerhana bulan menawarkan pengalaman yang jauh lebih santai. Anda tidak harus berada di lokasi tertentu untuk melihatnya, tetapi Anda harus berada di belahan bumi yang tepat."

Bagi para pengamat di Amerika Utara dan Selatan yang tidak dapat menyaksikan gerhana bulan, mereka tetap dapat menikmati pemandangan bulan purnama yang terang benderang pada akhir pekan ini, yang dikenal sebagai Corn Moon.

September’s Full Corn Moon Coincides with a Total Lunar Eclipse: Here’s What to Know

Berikut adalah beberapa tips dari para ahli untuk memaksimalkan pengalaman pengamatan bulan purnama dan gerhana bulan total:

  1. Cari Lokasi yang Gelap: Jauhi lampu-lampu terang yang dapat mengganggu visibilitas satelit alami kita saat melewati semua tahapan gerhana. Polusi cahaya dapat secara signifikan mengurangi kemampuan Anda untuk melihat detail halus di permukaan bulan dan perubahan warna selama gerhana.

  2. Tidak Perlu Peralatan Khusus: Sara Russell, seorang ilmuwan riset dan kepala Kelompok Material Planet di Museum Sejarah Alam London, menekankan bahwa gerhana bulan adalah pemandangan yang luar biasa dan dapat dinikmati tanpa peralatan khusus. Anda tidak memerlukan teleskop atau kacamata khusus seperti yang dibutuhkan saat mengamati gerhana matahari. Namun, ia menambahkan bahwa penggunaan teropong atau teleskop dapat meningkatkan pengalaman pengamatan Anda. Teropong dapat membantu Anda melihat lebih banyak detail di permukaan bulan, seperti kawah dan fitur geografis lainnya. Teleskop, terutama yang berukuran lebih besar, dapat memberikan pemandangan yang lebih dekat dan lebih detail, memungkinkan Anda untuk melihat perubahan warna bulan dengan lebih jelas selama gerhana.

  3. Nikmati Cahaya Merah Darah: Bulan akan berubah menjadi merah ketika tertutup sepenuhnya oleh bayangan Bumi, diterangi oleh cahaya merah-oranye dari matahari terbenam dan terbit di Bumi, jelas Petro. Efek visual ini disebabkan oleh hamburan cahaya oleh atmosfer Bumi. Cahaya biru dengan panjang gelombang pendek tersebar lebih banyak daripada cahaya merah dengan panjang gelombang panjang. Akibatnya, cahaya merah-oranye yang tersisa membelok di sekitar Bumi dan menerangi Bulan, menciptakan efek "bulan darah."

  4. Perhatikan Pita Biru dan Ungu: Kadang-kadang, tepat sebelum dan sesudah fase totalitas, Bulan dapat tampak memiliki pita cahaya biru dan ungu di atasnya. Fenomena ini disebabkan oleh sinar matahari yang melewati lapisan ozon Bumi di atmosfer bagian atas, kata Russell. Lapisan ozon menyerap sebagian cahaya merah, meninggalkan cahaya biru dan ungu yang lebih menonjol. Efek ini bisa sangat halus, tetapi dapat menambah keindahan dan kompleksitas visual dari gerhana bulan.

Meskipun bulan purnama terjadi setiap 29 hari, gerhana bulan biasanya hanya terjadi sekitar dua kali setahun ketika Matahari, Bulan, dan Bumi sejajar. Bagi mereka yang mungkin merasa kecewa karena tidak dapat menyaksikan gerhana kali ini, gerhana bulan total berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 3 Maret dan akan terlihat di sebagian Amerika Utara dan Selatan, kata Petro.

Russell menambahkan, "Saya selalu senang melihat bulan purnama, apakah ada gerhana atau tidak. Bulan terbentuk pada masa-masa awal sejarah Bumi, dan Bumi serta Bulan telah melalui banyak hal bersama. Anda dapat melihat buktinya dengan mata telanjang, melihat ke atas untuk melihat semua kawah di Bulan yang telah terbentuk selama 4,5 miliar tahun sejarah."

Menariknya, tiga bulan purnama berikutnya akan menjadi supermoon, yaitu bulan purnama yang terjadi ketika Bulan berada paling dekat dengan Bumi dalam orbitnya, membuatnya tampak lebih besar dan lebih terang dari bulan purnama biasa. Supermoon menawarkan kesempatan unik untuk mengamati Bulan dengan lebih detail dan kecerahan yang lebih tinggi.

Berikut adalah daftar bulan purnama yang tersisa di tahun 2025, menurut Farmers’ Almanac:

  • Oktober: Hunter’s Moon
  • November: Beaver Moon
  • Desember: Cold Moon

Dua minggu setelah gerhana bulan total, pada tanggal 21 September, gerhana matahari sebagian akan terlihat di sebagian Australia, Atlantik, Pasifik, dan Antartika. Peristiwa ini terjadi ketika Bulan bergerak di antara Matahari dan Bumi, menghalangi sebagian cahaya Matahari dari pandangan. Gerhana matahari sebagian tidak pernah se spektakuler gerhana matahari total, tetapi tetap merupakan pemandangan yang menarik untuk disaksikan.

Selain itu, ada juga kesempatan untuk mengamati aktivitas tata surya lainnya, termasuk beberapa hujan meteor yang akan menghiasi langit malam dalam beberapa bulan mendatang. Hujan meteor terjadi ketika Bumi melewati jalur puing-puing yang ditinggalkan oleh komet atau asteroid. Puing-puing ini memasuki atmosfer Bumi dan terbakar, menciptakan garis-garis cahaya yang kita lihat sebagai meteor.

Berikut adalah tanggal puncak hujan meteor yang diperkirakan pada tahun 2025, menurut American Meteor Society dan EarthSky:

  • Orionids: Oktober
  • Leonids: November
  • Geminids: Desember

Mengamati langit malam adalah cara yang bagus untuk terhubung dengan alam semesta dan merenungkan keajaiban kosmos. Baik Anda mengamati bulan purnama, gerhana bulan, hujan meteor, atau hanya bintang-bintang, selalu ada sesuatu yang baru dan menarik untuk dilihat di langit malam. Jadi, keluarlah, temukan tempat yang gelap, dan nikmati pertunjukan langit!

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :