Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Pertanda Bakal Mati Muda, Ilmuwan Jelaskan Alasannya

  • Maskobus
  • Aug 31, 2025

Sebuah studi yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai usia menunjukkan adanya korelasi signifikan antara frekuensi mimpi buruk dengan risiko kematian dini dan percepatan penuaan biologis. Penelitian ini, yang dipresentasikan dalam kongres European Academy of Neurology 2025, mengindikasikan bahwa mimpi buruk bukan hanya sekadar pengalaman tidur yang tidak menyenangkan, tetapi juga dapat menjadi indikator penting bagi kesehatan dan harapan hidup seseorang.

Para ilmuwan dari UK Dementia Research Institute dan Imperial College London melakukan analisis data komprehensif terhadap 183.012 orang dewasa berusia 26 hingga 86 tahun, serta 2.429 anak-anak berusia 8 hingga 10 tahun. Data tersebut dikumpulkan dari enam studi kesehatan jangka panjang yang berbeda. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi mimpi buruk, penuaan biologis, dan risiko kematian dini.

Pada awal penelitian, para peserta dewasa diminta untuk melaporkan seberapa sering mereka mengalami mimpi buruk. Para peneliti kemudian melacak kondisi kesehatan mereka selama periode hingga 19 tahun. Untuk kelompok anak-anak, frekuensi mimpi buruk dilaporkan oleh orang tua mereka. Selain itu, para peneliti juga mengukur penuaan biologis peserta dengan menggunakan berbagai metode. Pada kelompok anak-anak, pengukuran dilakukan dengan melihat panjang telomer, yaitu ‘tutup’ DNA kecil yang menunjukkan seberapa cepat sel menua. Pada orang dewasa, peneliti menggunakan panjang telomer sekaligus jam epigenetik mutakhir untuk menilai seberapa cepat tubuh secara keseluruhan mengalami penuaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami mimpi buruk setiap minggu memiliki risiko lebih dari tiga kali lipat untuk meninggal lebih cepat (sebelum usia 70 tahun) dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah mengalaminya. Bahkan, mereka yang hanya mengalami mimpi buruk bulanan juga menunjukkan percepatan penuaan dan peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan mereka yang tidak terbiasa mengalami mimpi buruk.

Temuan ini menyoroti pentingnya mimpi buruk sebagai prediktor yang kuat untuk kesehatan dan harapan hidup. Bahkan, penelitian ini menunjukkan bahwa mimpi buruk mungkin menjadi prediktor yang lebih kuat dibandingkan faktor risiko kesehatan lainnya seperti merokok, obesitas, pola makan buruk, dan kurangnya aktivitas fisik. Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 40 persen dari peningkatan risiko kematian yang terkait dengan mimpi buruk secara langsung terkait dengan percepatan penuaan biologis, yang ditemukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami mimpi buruk setiap hari atau setiap minggu.

Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Pertanda Bakal Mati Muda, Ilmuwan Jelaskan Alasannya

Kualitas dan durasi tidur merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Mimpi buruk dianggap sebagai salah satu indikator kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Tidur yang terganggu akibat mimpi buruk dapat memicu berbagai masalah kesehatan fisik, sementara di sisi lain, beberapa kondisi fisik juga dapat memicu terjadinya mimpi buruk.

Dr. Abidemi Otaiku, seorang ahli saraf dari Imperial College London, menjelaskan bahwa hubungan antara mimpi buruk dan kematian dini sangat kompleks. "Otak kita saat tidur tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Itu sebabnya mimpi buruk sering membuat kita terbangun dengan keringat, terengah-engah, dan jantung berdebar, karena respons ‘lawan atau lari’ kita terpicu. Reaksi stres ini bisa jadi lebih intens dibanding apapun yang kita alami saat terjaga," ujarnya.

Menurut Dr. Otaiku, mimpi buruk memicu peningkatan hormon stres kortisol dalam waktu lama. Hormon tersebut erat kaitannya dengan percepatan penuaan sel. Bagi mereka yang sering mengalami mimpi buruk, stres kumulatif ini dapat berdampak signifikan pada proses penuaan. "Selain itu, mimpi buruk mengganggu kualitas dan durasi tidur, sehingga merusak proses restorasi dan perbaikan sel yang sangat penting terjadi di malam hari. Kombinasi antara stres kronis dan tidur yang terganggu kemungkinan besar berkontribusi pada percepatan penuaan sel dan tubuh," tambahnya.

Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang dampak mimpi buruk terhadap kesehatan dan harapan hidup. Temuan ini menekankan pentingnya memperhatikan kualitas tidur dan mencari bantuan medis jika mengalami mimpi buruk yang sering atau mengganggu. Dengan memahami hubungan antara mimpi buruk, penuaan biologis, dan risiko kematian dini, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meningkatkan kesehatan tidur dan mengurangi risiko masalah kesehatan yang terkait.

Implikasi dari penelitian ini sangat luas. Pertama, temuan ini menyoroti pentingnya tidur yang berkualitas bagi kesehatan secara keseluruhan. Mimpi buruk dapat mengganggu tidur dan memicu stres, yang pada gilirannya dapat mempercepat penuaan dan meningkatkan risiko kematian dini. Oleh karena itu, penting untuk memprioritaskan tidur yang cukup dan berkualitas, serta mencari bantuan medis jika mengalami masalah tidur seperti mimpi buruk.

Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa mimpi buruk dapat menjadi indikator awal masalah kesehatan yang mendasarinya. Mimpi buruk yang sering atau mengganggu dapat menjadi tanda stres, kecemasan, depresi, atau kondisi medis lainnya. Jika Anda mengalami mimpi buruk yang sering, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mencari tahu penyebabnya dan mendapatkan perawatan yang tepat.

Ketiga, penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan holistik terhadap kesehatan. Kesehatan tidak hanya mencakup kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan emosional. Mimpi buruk dapat dipicu oleh stres, kecemasan, atau trauma. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi masalah-masalah ini melalui terapi, konseling, atau teknik relaksasi.

Keempat, penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara mimpi buruk, penuaan, dan kesehatan. Penelitian di masa depan dapat menyelidiki mekanisme yang mendasari hubungan ini, serta mengembangkan strategi untuk mencegah atau mengurangi mimpi buruk dan meningkatkan kualitas tidur.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga bagi pemahaman kita tentang dampak mimpi buruk terhadap kesehatan dan harapan hidup. Temuan ini menekankan pentingnya memperhatikan kualitas tidur dan mencari bantuan medis jika mengalami mimpi buruk yang sering atau mengganggu. Dengan mengambil langkah-langkah proaktif untuk meningkatkan kesehatan tidur, kita dapat mengurangi risiko masalah kesehatan yang terkait dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini bersifat observasional, yang berarti bahwa penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat antara mimpi buruk dan kematian dini. Mungkin ada faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini yang dapat menjelaskan hubungan tersebut. Namun demikian, temuan ini memberikan bukti yang kuat bahwa mimpi buruk dapat menjadi indikator penting bagi kesehatan dan harapan hidup.

Untuk penelitian di masa depan, penting untuk melakukan penelitian longitudinal yang melacak peserta selama periode waktu yang lebih lama. Penelitian ini dapat membantu untuk menentukan apakah mimpi buruk benar-benar menyebabkan percepatan penuaan dan peningkatan risiko kematian dini, atau apakah mimpi buruk hanya merupakan gejala dari kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Selain itu, penelitian di masa depan dapat menyelidiki efektivitas berbagai intervensi untuk mengurangi mimpi buruk dan meningkatkan kualitas tidur. Intervensi ini dapat mencakup terapi perilaku kognitif, teknik relaksasi, atau obat-obatan.

Dengan terus meneliti hubungan antara mimpi buruk, penuaan, dan kesehatan, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mencegah atau mengurangi mimpi buruk dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :