Dominasi Windows 11 di ranah sistem operasi desktop semakin tak terbendung. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh StatCounter, Windows 11 telah berhasil mencengkeram pangsa pasar (market share) sebesar 49,02% pada akhir Agustus 2025. Angka ini menandai tonggak penting dalam perjalanan sistem operasi besutan Microsoft ini, sekaligus mengukuhkan posisinya sebagai sistem operasi desktop paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Keberhasilan Windows 11 ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Microsoft untuk mendorong adopsi sistem operasi terbarunya. Mulai dari kampanye promosi yang gencar, hingga penawaran upgrade gratis bagi pengguna Windows 10 yang memenuhi persyaratan minimum. Namun, di balik kesuksesan ini, tersimpan pula sejumlah tantangan yang masih harus dihadapi oleh Microsoft, terutama terkait dengan nasib pengguna Windows 10.
Windows 10 sendiri masih memegang pangsa pasar yang cukup signifikan, yaitu sebesar 45,65%. Angka ini menunjukkan bahwa hampir separuh pengguna PC di seluruh dunia masih setia menggunakan sistem operasi yang dirilis pada tahun 2015 tersebut. Namun, keberadaan Windows 10 dalam jumlah yang besar ini justru menjadi perhatian tersendiri bagi Microsoft.
Pasalnya, Microsoft telah mengumumkan bahwa dukungan untuk Windows 10 akan dihentikan secara resmi pada tanggal 14 Oktober 2025. Artinya, setelah tanggal tersebut, pengguna Windows 10 tidak akan lagi menerima pembaruan fitur maupun keamanan dari Microsoft. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan risiko keamanan yang serius bagi para pengguna yang masih menggunakan Windows 10, karena sistem mereka akan rentan terhadap serangan malware dan virus.
Microsoft sendiri telah berupaya untuk mendorong pengguna Windows 10 agar segera beralih ke Windows 11. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan upgrade gratis bagi pengguna Windows 10 yang memenuhi persyaratan minimum hardware. Namun, persyaratan hardware untuk Windows 11 memang terbilang cukup tinggi, sehingga tidak semua PC yang menjalankan Windows 10 dapat diupgrade ke Windows 11.
Persyaratan minimum untuk menjalankan Windows 11 meliputi prosesor generasi ke-8 Intel Core atau AMD Ryzen 2000 series ke atas, RAM minimal 4 GB, dan ruang penyimpanan minimal 64 GB. Selain itu, PC juga harus mendukung fitur Secure Boot dan TPM 2.0 (Trusted Platform Module). Persyaratan ini tentu saja menjadi kendala bagi sebagian pengguna Windows 10, terutama mereka yang masih menggunakan PC dengan spesifikasi yang lebih rendah.
Di sisi lain, Microsoft juga sempat menutup celah instalasi yang memungkinkan pengguna untuk menginstal Windows 11 di PC jadul yang tidak kompatibel secara hardware. Padahal, celah ini sudah tersedia selama kurang lebih empat tahun sejak Windows 11 dirilis pada tahun 2021. Bahkan, Microsoft sempat memberikan tutorial untuk mengakali pengecekan hardware saat instalasi Windows 11 melalui laman dukungan resminya.
Keputusan Microsoft untuk menutup celah instalasi ini tentu saja menimbulkan kekecewaan bagi sebagian pengguna, terutama mereka yang ingin mencoba Windows 11 tanpa harus mengganti PC mereka. Namun, Microsoft berdalih bahwa langkah ini diambil untuk memastikan pengalaman pengguna yang optimal dan meminimalkan potensi masalah kompatibilitas.
Untuk mengatasi masalah ini, Microsoft menawarkan program khusus bernama Extended Security Update (ESU) bagi pengguna Windows 10 yang masih ingin mendapatkan dukungan keamanan setelah tanggal 14 Oktober 2025. Melalui program ESU, pengguna Windows 10 dapat membeli dukungan keamanan tambahan selama satu tahun. Namun, program ESU ini berbayar dan harganya akan semakin mahal setiap tahunnya.
Selain Windows 10, sistem operasi Windows versi lama seperti Windows 7, Windows 8, dan Windows 8.1 juga masih digunakan oleh sebagian kecil pengguna PC di seluruh dunia. Berdasarkan data StatCounter, Windows 7 masih memiliki pangsa pasar sebesar 3,54%, sementara Windows 8 hanya 1,13%, dan Windows 8.1 0,23%.
Keberadaan sistem operasi Windows versi lama ini juga menjadi perhatian bagi Microsoft, karena sistem-sistem operasi ini sudah tidak lagi mendapatkan dukungan keamanan dari Microsoft. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan risiko keamanan yang serius bagi para pengguna yang masih menggunakan sistem operasi tersebut.
Di sisi lain, persaingan di ranah browser web juga semakin memanas. Berdasarkan data StatCounter, Google Chrome masih menjadi browser web yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan pangsa pasar sebesar 70,25%. Pesaing terdekatnya adalah Microsoft Edge dengan pangsa pasar 11,8%, diikuti oleh Apple Safari 6,34%, Mozilla Firefox 4,94%, dan Opera 2,06%.
Dominasi Google Chrome di ranah browser web ini menunjukkan bahwa Google berhasil menghadirkan browser yang cepat, aman, dan kaya fitur. Selain itu, Google juga terus berupaya untuk meningkatkan Chrome dengan menambahkan fitur-fitur baru dan meningkatkan kinerja.
Microsoft Edge sendiri terus berupaya untuk mengejar ketertinggalannya dari Google Chrome. Microsoft telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan Edge, mulai dari mengganti mesin rendering Edge dengan Chromium (mesin rendering yang sama dengan Chrome), hingga menambahkan fitur-fitur baru seperti Collections dan Vertical Tabs.
Apple Safari juga masih menjadi pilihan bagi sebagian pengguna, terutama mereka yang menggunakan perangkat Apple seperti Mac dan iPhone. Safari dikenal dengan desainnya yang minimalis, kinerjanya yang cepat, dan integrasinya yang baik dengan ekosistem Apple.
Mozilla Firefox juga masih memiliki basis pengguna yang setia. Firefox dikenal dengan fokusnya pada privasi dan keamanan, serta kemampuannya untuk dikustomisasi dengan berbagai add-on.
Opera juga masih menjadi pilihan bagi sebagian pengguna yang mencari browser yang ringan dan hemat sumber daya. Opera juga memiliki fitur-fitur unik seperti VPN bawaan dan pemblokir iklan.
Secara keseluruhan, pasar sistem operasi dan browser web masih didominasi oleh Microsoft dan Google. Namun, persaingan di kedua ranah ini terus berlanjut, dan setiap perusahaan terus berupaya untuk menghadirkan produk dan layanan yang lebih baik bagi para pengguna. Masa depan pasar sistem operasi dan browser web akan sangat menarik untuk disaksikan, karena akan ada banyak inovasi dan perubahan yang akan terjadi.
Perkembangan teknologi yang pesat juga akan memengaruhi pasar sistem operasi dan browser web. Misalnya, semakin populernya perangkat mobile seperti smartphone dan tablet akan memengaruhi cara orang menggunakan komputer dan internet. Selain itu, perkembangan teknologi cloud computing juga akan memengaruhi cara orang menyimpan dan mengakses data.
Semua faktor ini akan memengaruhi strategi yang diambil oleh Microsoft, Google, Apple, dan perusahaan-perusahaan teknologi lainnya di pasar sistem operasi dan browser web. Perusahaan-perusahaan ini harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar untuk tetap relevan dan kompetitif.
Pada akhirnya, yang akan menentukan siapa yang akan menjadi pemenang di pasar sistem operasi dan browser web adalah kemampuan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menghadirkan produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan dan harapan para pengguna. Pengguna akan memilih produk dan layanan yang paling nyaman, aman, dan mudah digunakan.