Strategi BRIN Bangun Ekosistem Satelit Nasional di Tengah Gempuran Starlink

  • Maskobus
  • Sep 14, 2025

Di tengah dominasi konstelasi satelit global seperti Starlink yang telah resmi beroperasi di Indonesia sejak Mei 2024, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus berupaya keras mengembangkan ekosistem satelit nasional yang tangguh dan berkelanjutan. Dengan visi untuk mempercepat inklusi digital di seluruh pelosok negeri dan mewujudkan kemandirian teknologi antariksa, BRIN telah merumuskan serangkaian strategi kolaboratif yang komprehensif untuk memperkuat posisi Indonesia di tengah persaingan global yang semakin ketat. Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, Wahyudi Hasbi, dalam sebuah wawancara eksklusif, mengungkapkan langkah-langkah strategis yang sedang diimplementasikan oleh BRIN untuk mencapai tujuan ambisius ini.

Kolaborasi Strategis dengan Swasta: Pilar Utama Ekosistem Satelit Nasional

BRIN memainkan peran sentral dalam membangun ekosistem satelit nasional yang kokoh melalui kolaborasi erat dengan sektor swasta, termasuk perusahaan-perusahaan terkemuka seperti PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan Telkom. Meskipun BRIN tidak terlibat secara langsung dalam proyek-proyek komersial seperti Satelit Nusantara Lima (SNL), BRIN memberikan dukungan krusial melalui riset dan pengembangan yang inovatif. Dukungan ini mencakup pengembangan antena phased-array canggih untuk stasiun Bumi, penelitian mendalam tentang komunikasi satelit, dan studi komprehensif tentang mitigasi interferensi.

"Kami mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, infrastruktur yang modern, dan kegiatan riset yang relevan dengan kebutuhan industri. BRIN sangat terbuka untuk kolaborasi, termasuk penggunaan fasilitas uji dan integrasi satelit yang kami miliki," ujar Wahyudi Hasbi, saat ditemui di acara peluncuran Satelit Nusantara Lima di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.

Kolaborasi ini juga mencakup pengembangan Satelit Konstelasi Nusantara, sebuah program satelit nasional multimisi yang ambisius untuk observasi bumi, pengawasan maritim, dan komunikasi. Berbekal pengalaman sukses mengoperasikan tiga satelit LEO (LAPAN-A1, A2, dan A3) yang masih aktif hingga saat ini, BRIN kini tengah merancang konstelasi satelit LEO baru yang canggih untuk mendukung pembangunan nasional dan industri dalam negeri.

Strategi BRIN Bangun Ekosistem Satelit Nasional di Tengah Gempuran Starlink

"Harapannya, Indonesia bisa memiliki industri manufaktur satelit sendiri dalam waktu dekat," tambahnya dengan optimisme.

Wahyudi Hasbi menyadari sepenuhnya bahwa membangun ekosistem satelit nasional bukanlah tugas yang mudah. Salah satu tantangan utama adalah minimnya kesadaran akan potensi investasi di sektor antariksa, baik dari pemerintah maupun swasta.

Untuk mengatasi tantangan ini, BRIN bekerja sama dengan Bappenas dan asosiasi profesi untuk mengkampanyekan potensi besar space economy, yang diprediksi mencapai USD 1,8 triliun secara global pada tahun 2035.

"Kami fokus pada hilirisasi riset, pelatihan SDM bersama kampus dan industri, serta penyusunan kebijakan antariksa yang relevan," jelas Wahyudi.

Menavigasi Persaingan dengan Starlink: Strategi Adaptif dan Inovatif

Kehadiran Starlink, dengan konstelasi satelit LEO-nya yang masif, menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Wahyudi Hasbi menegaskan bahwa layanan satelit GEO VHTS seperti SNL dan layanan NGSO global seperti Starlink dapat saling melengkapi.

"Pemerintah perlu memastikan kepatuhan regulasi nasional, tetapi kami melihat potensi sinergi untuk memperluas konektivitas dengan memprioritaskan kapasitas nasional," jelas Wahyudi, yang meraih gelar Doktor (-Ing) dari Technische Universitat Berlin.

SNL, dengan kapasitas lebih dari 160 Gbps dan teknologi Ka-band spot beam, dirancang untuk menjangkau wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), seperti menyediakan backhaul BTS/USO, akses internet sekolah, dan puskesmas. Kombinasi dengan satelit lain menjadikan Indonesia salah satu negara dengan kapasitas satelit terbesar di Asia, memperkuat posisi regionalnya.

Namun, pekerjaan rumah yang dihadapi Indonesia masih besar. Salah satunya adalah mengatasi kesenjangan kapasitas satelit sekitar 1 Tbps di wilayah 3T.

Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong strategi multifaset. Strategi ini meliputi pembangunan satelit VHTS baru seperti SNL, pengembangan satelit LEO, optimalisasi spektrum, dan pendekatan hibrid dengan serat optik.

"Kami juga melakukan riset untuk mitigasi interferensi dan pengelolaan spektrum agar operasional satelit lebih efisien," ungkap Wahyudi.

BRIN juga berkontribusi pada space situational awareness untuk memastikan keselamatan satelit di orbit. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan ekosistem lokal juga menjadi fokus utama.

BRIN membuka peluang co-development dan co-creation. Hal ini diwujudkan melalui program magang, penggunaan fasilitas riset bersama, dan konsorsium riset dengan perguruan tinggi serta industri.

"Kami ingin membangun SDM unggul dan memperkuat ekosistem satelit nasional melalui kegiatan Assembly-Integration-Test (AIT) di dalam negeri," kata Wahyudi.

Fokus pada Pengembangan SDM dan Infrastruktur Lokal

BRIN menyadari bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan infrastruktur lokal yang memadai adalah kunci untuk membangun ekosistem satelit nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, BRIN secara aktif berinvestasi dalam program-program pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan insinyur dan ilmuwan yang terampil di bidang teknologi satelit. BRIN juga membangun fasilitas riset dan pengembangan yang modern untuk mendukung inovasi dan pengembangan teknologi satelit di dalam negeri.

Peningkatan Kesadaran dan Dukungan Publik

BRIN juga berupaya untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan publik terhadap pentingnya teknologi satelit bagi pembangunan nasional. BRIN secara aktif mengkomunikasikan manfaat teknologi satelit kepada masyarakat luas melalui berbagai media, termasuk media sosial, konferensi, dan seminar. BRIN juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mempromosikan penggunaan teknologi satelit di berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata.

Kerja Sama Internasional

BRIN juga menjalin kerja sama internasional dengan berbagai negara dan organisasi untuk memperkuat kemampuan teknologi satelit Indonesia. BRIN berpartisipasi dalam program-program penelitian dan pengembangan bersama, pertukaran ilmuwan dan insinyur, serta transfer teknologi. Kerja sama internasional ini memungkinkan BRIN untuk mengakses pengetahuan dan teknologi terbaru di bidang teknologi satelit, serta memperluas jaringan kerja sama dengan para ahli dan praktisi di seluruh dunia.

Membangun Ekosistem yang Berkelanjutan dan Mandiri

Dengan strategi ini, BRIN tidak hanya berupaya menjawab tantangan persaingan global, tetapi juga membangun fondasi untuk kemandirian teknologi antariksa Indonesia.

"Satelit seperti SNL dan rencana konstelasi LEO kami adalah langkah menuju ekosistem yang kuat, yang tidak hanya mendukung konektivitas, tetapi juga observasi bumi dan pengawasan maritim," pungkas Wahyudi Hasbi.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh BRIN ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di industri satelit regional dan global. Dengan ekosistem satelit nasional yang kuat dan mandiri, Indonesia akan dapat memanfaatkan teknologi satelit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mempercepat pembangunan ekonomi, dan menjaga kedaulatan negara. Pengembangan ekosistem satelit nasional adalah investasi strategis jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar bagi Indonesia di masa depan. BRIN berkomitmen untuk terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara yang mandiri dan berdaya saing di bidang teknologi antariksa.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :